Ricky, Usia 22 Tahun Sudah Punya Bisnis Travel Beromzet Puluhan Juta

#dNewGeneration

Ricky, Usia 22 Tahun Sudah Punya Bisnis Travel Beromzet Puluhan Juta

Wiji Nurhayat - detikFinance
Selasa, 16 Jun 2015 08:13 WIB
Foto Oleh Wiji Nurhayat-detikFinance
Jakarta - Menyalurkan hobi berkeliling Indonesia ternyata bisa menjadi bisnis menggiurkan. Hal ini coba dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir Universitas Prasetya Mulya, Ricky Surya.

Bersama dengan 4 orang temannya, Ricky yang baru berumur 22 tahun sukses membuka bisnis travel and tour, dengan nama Let's Get Lost Tour. Bahkan, bisnis ini digerakan hanya bermodal laptop alias berbasis online, tanpa ruang kantor.

"Bisnis traveling berbasis full online. Kita memiliki layanan kepada wisatawan untuk mengunjungi wisata-wisata di dalam negeri, dan memberikan prioritas utama kebutuhan wisatawan dan kepuasan konsumen," kata Ricky saat ditemui detikFinance, dalam acara Entrepreneurship Prasetya Mulya di Plaza Bapindo, pekan lalu.

Bisnis yang dimulai awal 2015 ini sukses menggaet para calon wisatawan yang ingin berkeliling Indonesia. Calon wisatawan cukup berkunjung ke situs www.letsgetlostid.com. Per bulan, Rata-rata Ricky dapat menggaet 58 orang, dengan omzet puluhan juta rupiah. Padahal modal awal yang dikeluarkan dia dan keempat temannya hanya Rp 38 juta.

"Bisnis ini dimulai tahun ini, tetapi konsepnya sudah ada sejak 2014. Kita fokus ke tempat-tempat destinasi lokal. Modal waktu itu Rp 38 juta, sekarang omzetnya per bulan Rp 40-60 juta. Wisatawan yang kami layani setelah 6 bulan bisnis ini berjalan yaitu 58 kepala/bulan," tuturnya.

Ia mengatakan, ada 25 lokasi tempat yang ia tawarkan kepada calon wisatawan. Lokasinya mulai ujung barat Indonesia, hingga yang paling jauh adalah Pulau Sulawesi.

"Papua dan Raja Ampat khususnya kita akan buka dalam waktu dekat," katanya.

Untuk jenis wisata, para calon wisatawan dapat memilih beberapa menu yang ditawarkan, contohnya Escapist Experiences, yaitu wisata lebih kepada kegiatan outdoor. Lalu Entertainment Experience, yaitu lebih kepada wisata acara di daerah. Ada Educational Experience atau wisata pendidikan, misalnya mengenal sejarah sebuah tempat. Terakhir Natural Aesthetics, yaitu wisata yang lebih mengarahkan wisatawan yang ingin berfoto-foto.

"Dari keempat menu tersebut, kita selalu memiliki program social and environmental contribution, seperti bagi-bagi buku dan kegiatan melepas penyu," tambahnya.

Ricky mengungkapkan, alasan khusus mengapa hanya menawarkan layanan wisata keliling Indonesia bukan keluar negeri. Menurut Ricky, pasar wisata dalam negeri justru jauh lebih besar, dan masih sedikit perusahaan yang mau menggarap.

"Kenapa kita masuk ke bisnis tur lokal? Dari 100%, persentase perbandingan wisata keluar dan dalam negeri itu 30% : 70%. Dari 70% pun tidak semua permintaan terlayani. Kenapa kita harus main keluar ketika market share wisata di dalam masih luas," jelasnya.

(hen/dnl)

Hide Ads