"Sudah sejak 2011 saya membuat aksesoris dari bebatuan khas Turki. Saya otodidak," kata Fardal di lantai apartemennya di Istanbul daratan Asia. detikFinance menemuinya, di sela-sela mengikuti wisata religi puluhan franchiser busana muslimah Zoya pada 7-14 Juni lalu.
Aktivitas ekonomi semacam itu tergolong pemandangan langka di Turki. Perempuan, khususnya ibu rumah tangga di Negeri Ataturk, lazimnya hanya melakukan pekerjaan domestik seperti memasak dan merawat rumah. Budaya di sana tak memberi peluang bagi mereka untuk berwirausaha, atau semacam industri rumahan dan kreativitas lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain keuntungan materi, bisnis ini memberinya kepuasan tersendiri. Apalagi bila aksesoris kreasinya membuat penampilan si pembeli menjadi terlihat lebih cantik, menawan, dan percaya diri. Soal keterampilannya membuat assesoris, Fardal mengaku berlatih secara otodidak lewat berbagai buku dan internet.
"Saya pernah ikut kursus super singkat hanya untuk teknik tertentu seperti wiring," ujar perempuan kelahiran Toraja itu.
Fardal tak mengalami kesulitan saat blusukan mencari batu permata dan bebatuan lain di seantero Istanbul. Enver Yilmaz yang menikahinya pada 2009 menjadi pemandu setianya.
Ia menawarkan kalung, cincin, dan gelang paling murah seharga US$ 25 hingga ratusan dolar AS. Pembelinya selain teman-teman di Indonesia juga mereka yang bermukim di mancanegara. "Promosi dan pemasarannya CTCR (Customers to customers reference)," ujar Fardal.
Ia juga memajang hasil kreasinya di media sosial seperti facebook dan path. "Lumayan, bulan kemarin saya dapat US$ 5.000," ujarnya.
(alx/dnl)