Rezeki Mengular dari Bisnis 'Ikan Ular' Unagi

Rezeki Mengular dari Bisnis 'Ikan Ular' Unagi

Dana Aditiasari - detikFinance
Selasa, 01 Sep 2015 08:25 WIB
Ikan Sidat
Jakarta - Budidaya ikan sidat bisa menjadi pilihan bisnis yang menjanjikan di tengah kondisi perekonomian yang tengah melemah saat ini. Ikan mirip ular asli Indonesia ini punya pasar yang luas di pasar ekspor dari mulai Jepang Hingga Eropa.

Apa itu ikan sidat?

Direktur PT Agromania Mitra Artha, Marlini‎ Hasan mengatakan, ikan ini memiliki bentuk yang sangat mirip dengan belut atau bahkan ular. Memiliki bentuk panjang mengilap dengan sirip di dekat kepala yang membuatnya terlihat seperti belut atau ular bertelinga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari 18 spesies ikan sidat di seluruh dunia, 8 diantaranya ada di Indonesia. Banyak di antaranya berada di perairan Sulawesi. Beberapa jenis di Perairan Pulau Jawa dan Nusa Tenggara‎," ujar Marlini saat berbincang dengan detikFinance, Minggu (30/8/2015).

Dari 8 spesies yang ada di Indonesia, ada dua jenis ikan sidat yang paling terkenal‎ adalah jenis Bicolour dan Marmorata. "Bicolour punya warna hitam polos dengan garis putih di bagian bawahnya yang memanjang dari kepala sampai ekor. Kalau Marmorata punya warna abu-abu coklat dengan bintil-bintil gelap," katanya.

Ikan yang dalam bahasa Jepang disebut sebagai 'Unagi' ini hidup di dua lingkungan perairan. "Tumbuh dan besar di air tawar, bertelur di air asin di laut. Makanya banyak bibit ikan sidat (ikan sidat baru lahir) sering ditemui di muara sungai dekat laut," jelas Marlini.

Ikan sidat yang masih berbentuk bibit memiliki tekstur bening seperti kaca, sehingga sering disebut glass eel (belut kaca) ini memiliki nilai gizi yang sangat tinggi.

Kandungan vitamin A pada ikan sidat mencapai 45 kali lipat dari kandungan vitamin A yang terkandung pada susu sapi. Vitamin lainnya seperti vitamin B1 dalam ikan sidat setara dengan 25 kali lipat kandungan vitamin B1 pada susu sapi.

Ia mengatakan, kandungan gizi dalam ikan sidat bahkan lebih unggul ketimbang ikan salmon yang dikenal kaya DHA (Decosahexaenoic acid) yakni kandungan gizi yang sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan kecerdasan anak.

"Dibanding ikan salmon, sidat mengandung DHA sebanyak 1.337 mg/100 gram sementara ikan salmon hanya 748 mg/100 gram. Sidat juga memiliki kandungan EPA (Eicosapentaenoic Acid) sebesar 742 mg/100 gram sementara salmon hanya 492 mg/100 gram‎," jelasnya.

Peluang yang Menggiurkan‎

Meski memiliki kandungan gizi tinggi dan populasinya yang sangat banyak di Indonesia, sayangnya potensi ekonomi ikan ini belum dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia.

"Di Indonesia masih diolah sederhana. Karena sering ditemukan dalam bentuk bibit dan jumlahnya sangat banyak, oleh masyarakat kita ikan ini hanya dijadikan peyek saja," kata Marlini.

Padahal, di pasaran, ikan sidat yang sudah memiliki usia dan ukuran layak konsumsi bisa dihargai sangat mahal.

Bayangkan saja, untuk ikan sidat yang masih berbentuk bibit bisa dihargai Rp 3,5 juta/kg. "Ikan sidat bibit itu ukurannya kecil. 1 kg bisa terdiri dari 5.000-6.000 ekor ikan sidat," sambung dia.

Kemudian ikan sidat ukuran yang lebih besar yakni 30-50 ekor/kg bisa dihargai lebih murah yaitu Rp 800.000. Dan yang ukuran konsumsi yakni 2-3 ekor/kg bisa dihargai Rp 180.000/kg.

Artinya, bila dibandingkan harga satuan per ekor, saat ikan sidat masih berbentuk bibit dihargai Rp 500-700 /ekor. Sedangkan saat usia konsumsi, harganya bisa melejit menjadi Rp 90.000 / ekor atau berkali-kali lipat dibanding harga saat masih menjadi bibit. Dari bibit yang dibeli seharga Rp 3,5 juta/kg, bisa diperoleh hasil penjualan hingga Rp 540 juta.

Marlini mengungkapkan, di pasar ekspor permintaan ikan sidat terus meningkat setiap tahunnya lantaran populasi ikan sidat di negara lain, seperti Jepang dan sejumlah negara Eropa yang kian menurun.

"Kebutuhan dunia akan sidat saat ini sekitar 300.000 ton. Dan, khusus di Jepang, permintaannya mencapai 120.000 ton per tahun," ungkap dia.

Padahal, Negeri Matahari Terbit ini sudah sejak lama mengembangbiakkan ikan jenis ini. Namun, saat ini 75% bibit ikan yang dibudidayakan harus diimpor dari negara lain.

"Karena benih ikan sidat itu masih mengandalkan ketersediaan di alam. Di Jepang jumlahnya semakin menurun jadi dia harus impor. Tapi di Indonesia jumlahnya masih sangat melimpah," ujar dia.

Ia menambahkan, sidat ini bukan hanya dijual mentah. Bila dijual dalam bentuk panganan jadi, harganya bahkan bisa lebih mahal lagi.

"Nggak perlu pengolahan rumit cukup dibuat abon atau dipanggang. Kalau orang Jepang kenalnya Unagi Kabayaki. Itu ikan sidat yang dipanggang dan diolesi kecap asin. Orang jepang sangat gemar dan harganya sangat mahal," kata dia.

Produksi‎ Ikan Sidat

Untuk membudidayakan ikan sidat dari bibit hingga ukuran siap konsumsi dibutuhkan ketekunan dan kesabaran. Dari bibit sampai siap konsumsi dibutuhkan waktu bididaya kurang lebih 11 bulan.

Namun demikian, ia menyebutkan tidak perlu mengkhawatirkan akan banyak ikan sidat yang mati selama masa budidaya. Hal ini karena sifat alami ikan sidat yang sangat kuat ketika hidup di alam liar.

"Ikan sidat tumbuh dewasa di air tawar, tapi bertelurnya di laut. Jadi bayi ikan sidat harus harus menghadapi rintangan untuk bertahan hidup, menantang arus sungai sampai memanjat air terjun, sehingga fisik ikan ini sangat kuat," kata dia.

Untuk melakukan budidaya, tempat pemeliharaan yang digunakan adalah bak beton dengan dimensi 2 x 5 x 1,8 m3 dengan air media yang digunakan hanya 5 m3.

Bak pemeliharaan dilengkapi dengan sistem air mengalir. Air media pemeliharaan berasal dari air sumur yang dialirkan melalui paralon ke dalam bak pemeliharaan. Pada bagian atas bak ditutupi oleh terpal untuk menjaga suhu air pada kisaran 29 - 31 derajat celcius.

Sama seperti budidaya ikan lainnya, untuk mendapat hasil yang optimal maka kandungan gizi yang cukup pada pakan harus menjadi perhatian. Namun katanya, tak perlu khawatir harus keluar uang banyak untuk kebutuhan pangan.

"Bisa dibuat dari cacing tanah dicampur dengan pelet atau sisa-sisa ikan kalau tinggal di dekat pantai. Jadi nggak perlu mengandalkan pakan impor supaya lebih murah," pungkas dia.

Bagi yang berminat melakukan budidaya, saat ini benih ikan sidat bisa dengan mudah diperoleh salah satunya di Jakarta ada PT Agromania Mitra Artha yang menyediakan bibit ikan sidat ini.

Bukan hanya itu, Agromania juga rutin melakukan pelatihan bagi para pembudidaya pemula sehingga bisa meminimalisir potensi kegagalan dalam proses budidaya.

Dalam pelatihan dan pendampingan bisnis yang dilakukan, Agromania juga memberikan pelatihan cara-cara pengemasan hingga marketing yang tepat sehingga bisa diperoleh nilai bisnis yang maksimal.

(dna/dnl)

Hide Ads