Tahir menuturkan, dirinya terlahir dari keluarga miskin. Untuk merubah hidupnya dirinya berusaha keras dengan menekuni salah satu pekerjaan. Dengan modal Rp 700 ribu, Tahir muda memilih untuk menjadi supplier barang-barang impor. Singapura menjadi negara sasarannya untuk berbelanja barang-barang impor.
"Awal mula karir saya jadi inang-inang. Beli barang dari kota besar ke kota kecil. Saya dapat uang Rp 700 ribu dari ibu saya. Saya orang Surabaya, saya ke Singapura untuk belanja mainan, rok wanita, barang-barang sale, lalu saya kembali ke Surabaya," Tahir dalam acara d'Preneur di Ice Palace, Lotte Shoping Avanue, Jakarta, Senin (22/05/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saya menikahi anak orang kaya. Saya tidak kehilangan kehormatan saya tidak minta-minta ke orang tua saya. Orang tua saya tidak punya uang, saya harus jaga nama orang tua saya. Kalau saya minta-minta saya jual nama orang tua saya," katanya.
Oleh karena itu dirinya berkomitmen untuk menjaga kehormatan dengan terus bekerja keras tanpa meminta-minta.
"Yang saya pegang sampai hari ini, kemiskinan jangan sampai menghilangkan kehormatan. Saya tidak minta-minta, saya harus bekerja keras," ujarnya.
(dna/dna)
"Yang saya pegang sampai hari ini, kemiskinan jangan sampai menghilangkan kehormatan. Saya tidak minta-minta, saya harus bekerja keras," ujarnya.