Cerita Tahir Awali Karir Jadi Inang-inang

d'Preneur

Cerita Tahir Awali Karir Jadi Inang-inang

Sylke Febrina Laucereno, Citra Fitri Mardiana - detikFinance
Senin, 22 Mei 2017 21:40 WIB
Pengusaha Nasional, Tahir di acara d'Preneur (Foto: Herianto Batubara)
Jakarta - Pengusaha Nasional, Tahir yang menempati urutan orang terkaya ke 12 di Indonesia, membeberkan awal mula dirinya meniti karir. Tahir mengaku karirnya bermula dari menekuni pekerjaan sebagai seorang supplier.

Tahir menuturkan, dirinya terlahir dari keluarga miskin. Untuk merubah hidupnya dirinya berusaha keras dengan menekuni salah satu pekerjaan. Dengan modal Rp 700 ribu, Tahir muda memilih untuk menjadi supplier barang-barang impor. Singapura menjadi negara sasarannya untuk berbelanja barang-barang impor.

"Awal mula karir saya jadi inang-inang. Beli barang dari kota besar ke kota kecil. Saya dapat uang Rp 700 ribu dari ibu saya. Saya orang Surabaya, saya ke Singapura untuk belanja mainan, rok wanita, barang-barang sale, lalu saya kembali ke Surabaya," Tahir dalam acara d'Preneur di Ice Palace, Lotte Shoping Avanue, Jakarta, Senin (22/05/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, semasa dirinya muda barang-barang impor belum banyak yang memperjualbelikan, sehingga banyak orang yang cukup tertarik memiliki barang impor. Tak terasa kurang lebih 2,5 tahun dirinya menggeluti pekerjaan tersebut.

Pengusaha Nasional, Tahir di acara d'PreneurPengusaha Nasional, Tahir di acara d'Preneur (Foto: Herianto Batubara)
Sampai akhirnya dirinya bertemu dengan istrinya, Rosi Riady yang merupakan anak dari pengusaha sukse Mochtar Riady. Dalam keadaan yang masih pas-pasan dirinya memberanikan diri meminang Rosy dalam usia 21 tahun.

"Saya menikahi anak orang kaya. Saya tidak kehilangan kehormatan saya tidak minta-minta ke orang tua saya. Orang tua saya tidak punya uang, saya harus jaga nama orang tua saya. Kalau saya minta-minta saya jual nama orang tua saya," katanya.

Oleh karena itu dirinya berkomitmen untuk menjaga kehormatan dengan terus bekerja keras tanpa meminta-minta.

"Yang saya pegang sampai hari ini, kemiskinan jangan sampai menghilangkan kehormatan. Saya tidak minta-minta, saya harus bekerja keras," ujarnya.

(dna/dna)

Hide Ads