Co-Founder Anomali Coffee, Irvan Helmi, mengungkapkan bahwa sebagian besar keuntungan dari penjualan biji kopi tidak masuk ke kantong petani.
Banyak petani kopi yang terikat sistem ijon karena berutang untuk membiayai hidup keluarganya. Sistem ijon membuat petani terikat, harus menjual hasil kebunnya ke pemberi utang dengan harga yang rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para petani itu tidak bebas menjual biji kopinya akibat sistem ijon. Harga biji kopi pun di luar kendali petani.
"Kalau kita ke sana, bukan kita bawa koper isi duit lalu beli, enggak segampang itu. Mereka (petani) sudah janji jual ke mana dengan harga berapa. Mesti belajar supply chain," tukasnya.
Untuk membantu para petani kopi, Anomali Coffee bekerja sama dengan koperasi yang menyetor sebagian besar penerimaannya ke petani. Dengan begitu, petani menikmati pendapatan yang lebih baik.
"Saya optimistis itu bakal selesai. Kita pembeli suka tutup mata. Kita kerja sama dengan koperasi, 80% yang kita bayar harus ke petani yang menanam biji. Itu penting untuk kita galakkan," paparnya.
Irvan yakin masalah panjangnya rantai pasokan biji kopi ini dapat segera terselesaikan dan kesejahteraan petani bisa ditingkatkan.
"Sekarang rantai makin tipis, roaster bisa beli langsung ke petani. Dalam 1 waktu kita menguntungkan petani," tuturnya.
Lebih lanjut, Irvan berpesan agar masyarakat lebih banyak mengonsumsi kopi lokal, jangan hanya menyeruput kopi impor. Dengan banyak membeli kopi lokal, konsumen turut mengangkat kesejahteraan petani.
"Ini PR kita sama-sama untuk selalu minum kopi Indonesia. Kalau kita minum kopi Indonesia sekali-sekali, lebih banyak kopi luar, siapa yang kita bikin sejahtera?" tutupnya. (mca/dna)