Menariknya, Oyoh Jengkol dirintis dengan modal sekitar Rp 100.000. Di tangan Imas, jengkol yang dikenal bau disulap menjadi kerupuk yang nikmat dikonsumsi dan tidak berbau.
Imas menerangkan, usaha kerupuk jengkol sebenarnya sudah dijalani keluarga dari tahun 1980-an. Namun, usaha itu sifatnya hanya kecil-kecilan dan tidak permanen alias sering vakum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imas punya niatan mengembangkan kerupuk jengkol di tahun 2014. Motivasinya mengembangkan kerupuk jengkol karena berkaca dari ibunya yang mampu menghidupi keluarga dari kerupuk tersebut.
Dengan mengembangkan kerupuk jengkol, dia punya harapan dapat memberi manfaat yang besar bagi orang sekitar terutama petani jengkol.
"Kepikirannya kan ibu saya kecil-kecilan ibaratnya beliau menghidupi anak-anaknya snack jengkol ini. Saya pikir, saya kembangin, lebih fokus. Saya mungkin lebih dari ibu saya bukan hanya kebutuhan keluarga, tapi membantu orang sekitar kita," ungkapnya.
Awal mula mengembangkan kerupuk jengkol, Imas hanya menuturkan modal yang dikeluarkan sekitar Rp 100.000. Modal itu digunakan untuk membeli bahan baku seperti jengkol, tepung dan lain-lain.
Hasil produksinya pun dijual ke warung-warung terdekat dengan harga Rp 800 per bungkus. Paling tidak, kata dia, tiap warung bisa menjual kisaran 10 bungkus.
Inovasi dilakukan Imas supaya produk tersebut laku di pasaran. Dia menerangkan, inovasi itu ialah proses pengolahan yang bersih sehingga krupuk yang dihasilkan tidak menimbulkan bau. Kemudian, perbaikan kemasan sehingga menarik minat konsumen.
"Kalau pertama bikin kemasan masih biasa di warung-warung, cuma sesudah saya pegang beli kemasan yang aluminium foil," ujarnya.
![]() |
Perkembangan bisnis Imas memang juga tak bisa dilepaskan oleh nasib yang baik. Di akhir tahun 2017, produk Imas memenangkan sebuah kontes usaha. Dalam ajang tersebut, Imas mendapat juara III dengan hadiah Rp 200 juta.
Itu ialah titik penting bisnis Imas. Selain mendapat suntikan modal, bisnis Imas lebih berkembang dari segi perbaikan produk, kemasan, hingga pemasaran.
Kemasan produk Imas kemudian menjadi lebih modern. Di pemasaran, produk Imas kini lebih maju karena dipasarkan lewat online.
Produk yang dihasilkan Imas pun menjadi lebih bernilai dengan tiap kemasannya dijual seharga Rp 15.000. Produk tersebut bisa laku 500 hingga 1.000 bungkus per bulannya.
"Kalau omzetnya sih sekitar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan," ujarnya.
Bagi Imas, tantangan mengembangkan usaha ini ialah mengubah cara pandang masyarakat tentang jengkol yang selama diidentikkan sebagai makanan yang bau. Tantangan lain ialah bersaing dengan snack pabrikan.
Imas bilang, terpenting dalam menjalankan usaha ialah menghasilkan produk dengan kualitas sebaik mungkin.
"Jadi sekarang gimana biar bisa kaya mereka dengan kualitas produk bagus," ungkapnya.
Untuk mendapat produknya, konsumen bisa memesan melalui Instagram @oyohjengkol, Blibli.com Oyoh Jengkol.
Tonton juga '8 Kali Gagal PNS, Maryati Berbisnis Kendang Omzet Rp 1 Miliar/ minggu':
(ara/ara)