Puluhan Siswa SMK An-Nur Ibun sibuk mengambar disain pakaian di atas buku gambar berukuran 30x60 sentimeter. Dengan menggunakan pensilnya masing-masing, para siswa nampak cekatan dalam membuat pola pakaian dengan mengikuti arahan guru pembimbing.
Sementara itu, di ruang sebelah atau ruang tata busana nampak puluhan siswa lainnya sedang melakukan praktek menjahit. Meski skill menjahit para siswa ini masih di bawah rata-rata, siapa sangka produk pakaian yang mereka buat yaitu blazer sarung sudah di pasarkan ke sejumlah negara di ASEAN.
Kepada detikcom, salah satu siswa menunjukkan cara membuat blazer sarung, satu buah sarung berwarna coklat di gelar di atas meja, pola blazer langsung dibuat di atas kain itu, setelah membuat pola, kain sarung tersebut langsung di gunting dan dilanjutkan ke proses menjahit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar menghasilkan produk blazer sarung yang berkualitas, Yanti menekankan kepada para siswa agar tetap disiplin dalam membuat sebuah karya. Menurutnya, produk yang ia jual itu adalah seni dan bukan sebagai produk blazer biasa. Satu senti meter pun karya blazer yang dibuat mereka beda, maka akan mempengaruhi hasil.
"Merekalah generasi milenial, mereka jangan hanya tahu hasil, tapi harus tahu proses. Proses membuat karya yang baik, berkualitas dan memiliki nilai jual," ujarnya.
![]() |
Menurutnya, blazer sarung yang dibuat oleh para siswa tidak hanya dipasarkan di Indonesia tapi sudah merambah ke negara-negara ASEAN. "Its Blazer Ibun sudah sampai ke Thailand, Jepang, Kuala Lumpur dan sejumlah negara lainnya. Sedangkan di Indonesia kita sudah ada pangsa pasar sendiri yaitu di Surabaya dan Bali," ujarnya.
Yanti mengajarkan para siswa dalam menjalankan sebuah usaha agar tidak berpaku pada money oriented. Dirinya kerap mengingatkan anak didiknya agar lihatkanlah karya terlebih dahulu dan jangan dulu bertanya seberapa besar harga karya yang mereka jual.
"Jangan pernah berhitung dulu, kesuksesan akan datang dengan usaha yang kita lakukan saat ini. Kita tekankan itu, jangan berpikir berapa uang yang akan kita dapat, tapi kita harus berpikir apa yang kita berikan. Kalau mereka sudah money oriented tidak mengejar kualitas pada akhirnya mereka sendiri yang tidak akan sukses," jelasnya.
Blazer sarung yang ia buat dijual Rp 200-400 ribu. Harga tersebut bisa menjadi lebih mahal bila dijual ke luar negeri, karena bahan baku blazer sarung yang ia jual ke luar negeri merupakan blazer sarung yang memiliki kualitas nomor satu.
![]() |
Ada dua macam bahan baku blazer sarung yang ia jual, ada yang berbahan baku dari sarung yang dibuat menggunakan mesin, ada juga bahan baku sarung yang dibuat dari alat tenun bukan mesin (ATBM). Bahan baku sarung itu sendiri dibeli Yanti dari sejumlah pengusaha sarung yang ada di Ibun dan Majalaya.
"Saya ingin mensejahterakan masyarakat disini, khususnya para ibu-ibu dengan memiliki pemasukan tambahan," tambahnya.
Tak hanya dapat dijadikan blazer, sarung juga bisa dijadikan kemeja dan beragam model pakaian lainnya. Dari sarung juga Yanti bisa membuat tas, sprai, gorden, sarung bantal, tempat tisu, gantungan, bros bahkan sandal.