Mendapat penghasilan belasan juta dari jabatan yang lumayan tinggi bisa jadi suatu pencapaian yang cukup bagi seorang anak muda. Namun itu tidak berlaku bagi Redha Taufik Ardias.
Pria berusia 29 tahun ini rela meninggalkan jabatannya dan gaji yang mencapai belasan juta dari sebuah perusahaan produsen teh pada 2017. Dia justru memilih untuk menjadi pengusaha minuman teh.
Alasan Redha memutuskan untuk menjadi pengusaha produk minuman teh ini karena ingin membantu penghasilan pemetik teh yang dibayar sangat kecil. Selama menjabat sebagai Product & Brand Manager di perusahaan teh, dirinya mengetahui bahwa upah untuk pemetik teh sebesar Rp 800-1.200 per kg dengan catatan daun teh masih basah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari situlah saya mulai tergerak untuk mencari tahu lebih banyak tentang teh di Indonesia, dan berharap bisa berkontribusi terhadap kesejahteraan Ibu-Ibu pemetik teh ini, baik dengan hal kecil sekalipun," kata Redha saat berbincang dengan detikcom, Jumat (31/1/2020).
![]() |
Redha menilai produk minuman teh memiliki potensi yang sama seperti kopi yang saat ini tengah menjamur di tanah air. Dia pun ingin membiasakan masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh dengan kualitas premium.
Menurut dia, selama ini kebanyakan masyarakat di Indonesia hanya mengonsumsi teh 'sisa'. Teh 'sisa' yang dimaksud adalah sari dari teh yang seharusnya untuk satu gelas namun dicampur lagi dengan air putih dan disajikan untuk beberapa gelas.
Demi tekadnya membiasakan masyarakat meminum teh dengan kualitas premium dan menyejahterakan pemetik teh, dirinya pun membangun PT Sila Agri inovasi. Perusahaan ini fokus pada pengembangan produk teh. Nama produknya adalah SILA yang berasal dari bahasa sansekerta dengan arti prinsip moral dan nilai dasar.
Dengan produk SILA, Redha melibatkan seluruh pelaku produk teh dari hulu tukang kebun hingga konsumen melalui invasi yang telah dilakukan dalam setiap produknya.
"Kami berharap dengan aktif melakukan edukasi, perlahan namun pasti masyarakat Indonesia mulai mengapresiasi teh yang berkualitas dari dalam negeri sendiri dan mencintai produk lokal," jelasnya.
![]() |
Pria lulusan Universitas Indonesia ini menyebut produk teh SILA ada 20 varian yang sudah dipasarkan dari 40 varian yang sudah diciptakan. Seluruh varian tersebut masuk dalam lima tipe yaitu white tea, green tea, yellow tea, red tea, dan black tea.
Yang membedakan produk SILA, dikatakan Redha adalah karena ada campuran herbal seperti melati, jahe, sereh, lemon, jeruk, mint, kayu manis, dan jenis rempah lainnya. Dia meyakini bahwa minuman teh ini akan booming seperti kopi yang saat ini banyak digemari masayarakat.
Untuk detil produk dari 20 varian yang saat ini di pasaran adalah Glorious White Tea, Silver Needle, Black Booster, Srikantea, Fresh'O Green Tea, Smangat Pagi, Kasmaran, Guardian Angel, Lemongrass Green Tea, Mojang Geulis, Levare Black Tea, Asian Unitea, Lemongrass Black Tea, Fesh'O Green, White Peony, Prime Green Tea, Guardian Angel, Radiant Yellow Tea, Sinensis Red Tea, dan Blissful Morning.
Ragam varian teh ini dikemas dalam beragam kemasan, yang utamanya kemasan kaleng tabung dan zip pouch. Adapun harga produknya mulai dari Rp 20 ribu sampai Rp 200 ribuan per kemasan tergantung dari tipe kemasan.