Sulap Tanah Liat Jadi Hiasan Estetik, Pria Ini Kantongi Rp 30 Juta/Bulan

Sulap Tanah Liat Jadi Hiasan Estetik, Pria Ini Kantongi Rp 30 Juta/Bulan

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 15 Okt 2021 08:00 WIB
Kerajinan Tanah Liat
Foto: Anisa Indraini
Jakarta -

Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) salah satunya terkenal dengan sentra kerajinan gerabah. Tanah liat mampu 'disulap' oleh para pengrajin jadi berbagai pajangan yang ciamik mulai dari asbak, tempat lilin, tempat lampu, kendi, hingga celengan.

Salah satu sentra kerajinan gerabah yang cukup diminati adalah produksi Yulia Pottery dengan kehadirannya sejak 2008. Hal itu bisa dilihat dari pendapatannya yang saat ini bisa Rp 30 juta per bulan hingga tembus pasar ekspor, walaupun di tengah pandemi COVID-19.

"Sekarang (pesanan) 5 ribu (pcs)/bulan, paling maksimal 15 ribu khusus ke luar, kalau warga lokal kan biasa cuma beli-beli. Sekarang (omzet) Rp 25-30 juta," kata Pemilik Yulia Pottery bernama Amran, ditemui di tokonya yang terletak di daerah Tenandon, Penujak Praya Barat, Lombok Tengah, Kamis (14/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lain halnya saat sebelum pandemi COVID-19, volume penjualan gerabah Amran mampu mencapai ratusan ribu item per bulan hingga omzet tembus ratusan juta. Paling banyak pesanan dikirim ke Bali, hingga Spanyol.

"Sudah ke semua negara kita kirim. Ekspor paling banyak ke Australia, Prancis, New Zealand, Spanyol, senang sekali mereka dengan gerabah," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Selain barangnya unik, perabotan seperti kendi yang berasal dari gerabah juga memiliki khasiat tersendiri untuk kesehatan. Apalagi bahan yang digunakan Yulia Pottery asli tanah liat yang diambil dari desa tetangga.

"Kita percaya tanah liat itu bagus untuk kesehatan banyak orang. Bule tertarik dengan gerabah ini karena bisa menetralisir racun yang ada di minuman atau makanan itu," jelasnya.

Lanjut halaman berikutnya.

Kehadiran Yulia Pottery tidak hanya bermanfaat bagi pemilik, tetapi juga ribuan warga sekitar yang menjadi pengrajin gerabah di mana berisi emak-emak. Sistem bayarannya bukan per bulan, tetapi per satu item yang Amran beli dari pengrajin tersebut.

"Karyawan kita di sini khususnya pengrajin kita bahkan lebih dari dua ribu (orang). Umumnya pengrajin kita di sini nggak punya pendidikan semua, ibu-ibu yang sekolahnya paling SD, SMP, bahkan nggak sekolah," terangnya.

Dengan adanya balapan World Superbike (WSBK) pada 19-21 November 2021 dan MotoGP pada Maret 2022 mendatang, Amran yakin bisnis gerabahnya semakin menggeliat. Apalagi pihaknya jadi yang memproduksi merchandise untuk acara tersebut.

"Harapan kita mudah-mudahan bisa lebih dari yang kita harapkan. Namanya kita berusaha di sini sebagai UMKM yang bisa ikut tampil, jangan sampai kita jadi penonton aja di daerah sendiri," tuturnya.

Harga gerabah yang ditawarkan bervariasi. Paling murah Rp 10 ribu untuk asbak dan tempat lilin, hingga paling mahal Rp 10 juta untuk kendi besar. Tertarik untuk membeli? Produknya bisa dilihat di Instagram @YuliaPottery.


Hide Ads