Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) salah satunya terkenal dengan sentra kerajinan gerabah. Tanah liat mampu 'disulap' oleh para pengrajin jadi berbagai pajangan yang ciamik mulai dari asbak, tempat lilin, tempat lampu, kendi, hingga celengan.
Salah satu sentra kerajinan gerabah yang cukup diminati adalah produksi Yulia Pottery dengan kehadirannya sejak 2008. Hal itu bisa dilihat dari pendapatannya yang saat ini bisa Rp 30 juta per bulan hingga tembus pasar ekspor, walaupun di tengah pandemi COVID-19.
"Sekarang (pesanan) 5 ribu (pcs)/bulan, paling maksimal 15 ribu khusus ke luar, kalau warga lokal kan biasa cuma beli-beli. Sekarang (omzet) Rp 25-30 juta," kata Pemilik Yulia Pottery bernama Amran, ditemui di tokonya yang terletak di daerah Tenandon, Penujak Praya Barat, Lombok Tengah, Kamis (14/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lain halnya saat sebelum pandemi COVID-19, volume penjualan gerabah Amran mampu mencapai ratusan ribu item per bulan hingga omzet tembus ratusan juta. Paling banyak pesanan dikirim ke Bali, hingga Spanyol.
"Sudah ke semua negara kita kirim. Ekspor paling banyak ke Australia, Prancis, New Zealand, Spanyol, senang sekali mereka dengan gerabah," tuturnya.
Selain barangnya unik, perabotan seperti kendi yang berasal dari gerabah juga memiliki khasiat tersendiri untuk kesehatan. Apalagi bahan yang digunakan Yulia Pottery asli tanah liat yang diambil dari desa tetangga.
"Kita percaya tanah liat itu bagus untuk kesehatan banyak orang. Bule tertarik dengan gerabah ini karena bisa menetralisir racun yang ada di minuman atau makanan itu," jelasnya.
Lanjut halaman berikutnya.