Biaya penyusutan merupakan salah satu biaya yang akan dialami setiap perusahaan atau menjadi biaya yang tak terhindarkan. Setiap perusahaan tentunya akan mengalami biaya penyusutan, terutama bila perusahaan memiliki banyak aset yang diperlukan untuk kelancaran bisnis.
Ingin mengetahui bagaimana cara menghitung biaya penyusutan? Berikut penjelasannya!
Mengenal Apa Itu Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan atau depresiasi adalah penurunan nilai aset perusahaan secara bertahap. Depresiasi/penyusutan bukanlah penilaian aktiva tetap, melainkan proses pengalokasian harga perolehan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alokasi dilakukan sepanjang umur agar manfaat yang berupa periode waktu atau jumlah produksi/unit yang diharapkan akan diperoleh dari aktiva tetap tersebut.
Mengutip staffnew.uny.ac.id, ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusutan, yaitu:
1. Harga Perolehan (Cost)
Faktor pertama adalah harga perolehan. Dalam suatu aktiva, harga perolehan meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan untuk dapat digunakan.
2. Nilai Residual atau Nilai Sisa (Residual Value/Salvage Value)
Jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat suatu aktiva tidak digunakan lagi.
3. Masa atau Umur Manfaat Aktiva Tetap
Aktiva tetap memiliki masa manfaat yang terbatas. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya kecacatan, kemerosotan nilai, dan kerusakan (kecuali tanah).
Cara Menghitung Biaya Penyusutan
Ada empat cara atau metode yang dapat digunakan untuk menghitung biaya penyusutan. Berikut adalah penjelasannya menurut Universitas Negeri Yogyakarta:
1. Metode Garis Lurus
Metode garis lurus berarti nilai penyusutan dibebankan secara merata selama estimasi umur aktiva.
Rumus: Harga Perolehan - Taksiran Nilai Residu
-------------------------------------------------
Estimasi Umur Manfaat
Contoh:
Harga perolehan Mesin (rupiah) : Rp 20.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu) : 0
Taksiran umur manfaat (tahun) : 5
Tanggal pemakaian 1 Januari 2022
Maka, besarnya penyusutan per tahun:
20.000 - 0
-------------- = 4.000 per tahun
5 thn
2. Metode Unit Produksi
Metode selanjutnya adalah metode unit produksi, yaitu metode yang menghasilkan beban penyusutan yang berbeda-beda menurut jumlah penggunaan aktiva.
Rumus: Harga Perolehan - Taksiran Nilai Sisa
-------------------------------------------------
Estimasi Jam Mesin
Contoh:
Harga perolehan Mesin (rupiah) : Rp 20.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu) : 0
Estimasi jam mesin (jam) : 10.000
Maka, besarnya penyusutan per unit satu jam mesin:
Besarnya penyusutan = 20.000 - 0
---------- = Rp 2 (penyusutan per jam mesin)
10.000 jam
Bila di tahun pertama telah digunakan sebanyak 3.000 jam, besar penyusutannya adalah:
Besar penyusutan di tahun pertama = 3.000 jam x Rp 2 = 6.000
3. Metode Saldo Menurun
Dalam metode ini, beban penyusutan periodik semakin menurun sepanjang umur estimasi aktiva dan nilai residu (nilai sisa) tidak diperhitungkan. Persentase yang digunakan adalah perkalian atas tingkat garis lurus yang dikalkulasikan untuk berbagai masa manfaat sebagai berikut:
----------------------------------------------------
Penjelasan:
Untuk estimasi masa manfaat selama 4 tahun:
Tarif garis lurusnya = (1/4) x 100% = 25%
Jika memakai 1,5 kali tarif garis lurus = 25% x 1,5 = 37.5%
Jika memakai 2 kali tarif garis lurus = 25% x 2 = 50%
Prinsip akuntansi yang dipakai untuk metode saldo menurun adalah saldo menurun berganda sama dengan memakai 2 kali tarif garis lurus.
Contoh:
Harga perolehan Mesin (rupiah) : Rp 20.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu): 0
Taksiran umur manfaat (tahun) : 5
Tanggal pemakaian 01 Januari 2022
Sebelum membuat tabel penyusutan, tarif perlu ditentukan terlebih dahulu dengan cara:
2 x Tarif Garis lurus = 2 x ((1/5) x 100%) = 2 x 20% = 40%
4. Metode Jumlah Angka Tahun
Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan periodik yang stabil menurun selama estimasi umur manfaat aktiva itu. Pecahan yang semakin kecil dan berturut-turut diterapkan setiap tahun pada harga pokok awal aktiva dan dikurangi estimasi nilai residu.
Dalam metode ini, Anda perlu menghitung jumlah penyebutnya dengan rumus:
S= N x (N + 1)
-------
2
S = Penyebut
N = Taksiran umur manfaat
Contoh:
Harga perolehan Mesin (rupiah) : Rp 16.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu): 1.000
Taksiran umur manfaat (tahun) : 5
Tanggal pemakaian 01 Desember 2022
Sebelum menghitung beban penyusutan, hitunglah penyebutnya terlebih dahulu:
S = 5 * ((5 + 1) / 2)
S = 15
Bisa juga dengan cara lain, yaitu:
S = 5 + 4 + 3 + 2 + 1
S = 15
Aset Apa Saja yang Dapat Mengalami Penyusutan?
Mengutip media.neliti.com, semua jenis aktiva tetap, kecuali tanah, akan menghadapi pengurangan kemampuan dalam memberikan jasa dengan berlalunya waktu. Haryono Jusup sendiri menggolongkan aktiva tetap menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Tanah
Tanah yang dimaksud dalam aktiva tetap seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan.
2. Perbaikan Tanah
Aktiva tetap perbaikan tanah dapat berupa jalanan di sekitar lokasi perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.
3. Gedung
Aktiva tetap gedung yang dimaksudkan dapat berupa gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.
4. Peralatan
Contoh aktiva tetap peralatan adalah peralatan kantor, mesin pabrik, peralatan pabrik, kendaraan, dan mebel.
Itulah cara menghitung biaya penyusutan dalam bisnis. Biaya penyusutan sendiri adalah penurunan nilai aset perusahaan secara bertahap. Untuk menghitung biaya penyusutan, ada empat metode berbeda yang dapat digunakan, mulai dari metode garis lurus, unit produksi, saldo menurun, hingga jumlah angka tahun. Dari segala aktiva tetap, hanya tanah yang tidak mengalami penyusutan.
(des/fds)