Kini, bisa dibilang usahanya sukses dalam waktu singkat. Rata-rata omzet kotornya per bulan bisa mencapai Rp 60 juta/bulan dari dua cabangnya itu.
"Per hari per stand kalau ramai bisa Rp 1 juta lebih, kalau nggak ya Rp 500-700 ribu, per hari dari jam 15.00 sampai jam 22.00 WIB. Produksi setiap hari dan itu dadakan jadi kita siapinnya bahan mentah, langsung dibikin dan digoreng di situ jadi fresh. Sehari habis 27-36 box, satu box isi 5 pcs," bebernya.
Tertarik mau coba piscok Maryam? Kunjungi salah satu cabangnya di daerah Sleman, Yogyakarta. Harga dan menu yang ditawarkan beragam seperti piscok toping cokelat/vanilla/tiramisu/greentea dihargai Rp 15.000/box, jika ingin ada tambahan taburan keju/oreo/almond/chococip/mesis tambah Rp 2.000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi yang mau mulai berbisnis, Maryam memberikan tips bahwa jangan peduli perkataan orang lain untuk memulai jika sudah yakin. "Kalau dulu saya dengerin orang lain, mungkin saya nggak punya Menepiscok seperti sekarang. Soalnya waktu awal-awal tuh omongan sudah banyak banget 'mending bisnis ini, bisnis ini'. Kalau kita dengerin omongan orang kita bakal kayak gitu aja," tambahnya.
Meski begitu, Maryam membeberkan salah satu kendala dalam berbisnis adalah konsistensi untuk terus menjalankannya. Apalagi dia menjalankan ini bersamaan dengan kegiatan perkuliahan.
"Walaupun sudah ada pegawai tapi tetap saya yang ngecek, belanja juga masih saya. Padahal tinggal jalanin kan, tapi dari kitanya tetap ada lah rasa malas, susah konsistennya. Banyak begadang sekarang, nongkrong sama teman jadi kurang dikit-dikit," ucapnya.
(aid/hns)