Terkadang dalam jual beli, perusahaan harus kehilangan pasar potensial karena faktor internal maupun eksternal. Hilangnya pasar potensial itu disebut sebagai deadweight loss. Berikut ini penjelasan mengenai definisi deadweight loss beserta penyebab dan contohnya.
Pengertian Deadweight Loss
Dalam penelitian Muthia Faridatunnisa dari Politeknik Negeri Bandung, dijelaskan bahwa deadweight loss adalah hilangnya efisiensi ekonomi untuk konsumen dan produsen karena tidak adanya titik temu antara permintaan dan penawaran.
Deadweight loss terjadi karena adanya distorsi ekonomi yang membuat pendapatan terlalu rendah bagi produsen atau pengeluaran yang terlalu besar dari sisi konsumen. Dalam kurva permintaan dan penawaran, deadweight loss akan terlihat dalam bentuk segitiga yang disebut harberger triangle.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenis Deadweight Loss
Setidaknya ada tiga jenis deadweight loss.
1. Deadweight Loss Karena Monopoli Pasar
Kekuatan penjual yang terlalu besar membuat penjual memonopoli pasar dan menetapkan hukum satu harga kepada semua pembeli. Dalam kasus ini, penjual tidak mau menjual dengan harga rendah karena akan mengurangi keuntungan. Maka terjadilah deadweight loss karena adanya ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran.
2. Deadweight Loss Karena Faktor Eksternal
Dikutip dari situs Brigham Young University Idaho, byui.edu, deadweight loss bisa terjadi karena faktor eksternal negatif maupun faktor eksternal positif.
- Faktor eksternal negatif seperti pencemaran akibat operasional pabrik akan menyebabkan perusahaan membayar mahal untuk penanganannya, sehingga mungkin menyebabkan penawaran yang menurun. Akibatnya tidak terjadi transaksi optimal pada pasar yang seharusnya potensial.
- Faktor eksternal negatif lainnya seperti produk minuman keras yang membuat konsumennya melakukan tindakan kriminal. Akibat kasus itu, mungkin saja permintaan terhadap produk tersebut menjadi turun sehingga transaksi potensial tidak tercapai.
- Faktor eksternal positif contohnya pembangunan proyek bandara yang menyebabkan harga tanah kawasan sekitar proyek menjadi lebih mahal. Hal ini menjadi keuntungan bagi pemilik lahan, namun mungkin banyak pembeli potensial yang mengurungkan niatnya karena harga terlalu tinggi.
3. Deadweight Loss Karena Pajak
Deadweight loss juga terjadi karena kebijakan pajak pemerintah. Pajak yang tinggi membuat produsen juga menaikkan harga jual, sehingga tidak terjadi transaksi di pasar potensial.
Faktor Penyebab Deadweight Loss
Dilansir dari masterclass.com, ada tujuh penyebab terjadinya deadweight loss.
1. Surplus produk
Produk yang terlalu banyak di pasar, sementara permintaan sudah tercukupi membuat potensi jual beli menjadi hilang.
2. Defisit produk
Begitu pula dengan jumlah produk yang beredar di pasar terlalu sedikit, sementara ada banyak permintaan. Maka hilanglah potensi jual beli di pasar yang seharusnya potensial tersebut.
3. Pajak
Pajak mungkin berdampak positif bagi pembangunan, namun pajak yang tinggi akan membuat harga barang semakin tinggi. Dampaknya, konsumen mungkin batal memutuskan pembelian produk.
4. Penetapan Harga Tertinggi
Plafon harga tertinggi sebenarnya dilakukan untuk melindungi konsumen dari penetapan harga dari perusahaan yang semena-mena. Namun di sisi lain, perusahaan akan mematok harga tertinggi meskipun sebenarnya dapat dijual lebih rendah.
Konsumen pun akan berpikir dua kali untuk membeli produk tersebut. Jika konsumen batal membeli karena harga yang lebih mahal, di situlah terjadi deadweight loss.
5. Penetapan Harga Dasar
Penetapan harga dasar juga dilihat sebagai dua sisi. Seperti dalam penetapan upah minimum, pemerintah ingin melindungi pekerja agar mendapatkan gaji terlalu rendah.
Di sisi lain, perusahaan banyak membayar pegawai senilai upah minimum meskipun seharusnya bisa membayar lebih tinggi. Akibatnya, daya beli pun tidak optimal.
6. Monopoli
Adanya monopoli pasar membuat konsumen terpaksa mengeluarkan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhannya. Inilah yang menyebabkan deadweight loss.
7. Subsidi Pemerintah
Subsidi pemerintah terhadap produk atau perusahaan tertentu dapat membuat penawaran yang bagus. Tapi bagaimana pun, ini akan mengarah pada peningkatan permintaan palsu.
Rumus Cara Menghitung Deadweight Loss
Lalu bagaimana menghitung angka deadweight loss? Dikutip dari Indeed, beberapa hal yang perlu diketahui adalah harga asli, harga setelah terdistorsi, jumlah permintaan yang asli, dan jumlah permintaan setelah harga terdistorsi. Berikut rumus untuk menghitung deadweight loss.
Deadweight loss = ((Pn β Po) Γ (Qo β Qn)) / 2
Keterangan:
- Pn : Harga yang terdistorsi, seperti karena pajak, terdampak penetapan harga tertinggi, dan lain-lain.
- Po : Harga asli.
- Qo : Jumlah permintaan asli.
- Qn : Jumlah permintaan setelah harga terdampak pajak, penetapan harga tertinggi, dan lain-lain.
Contoh Deadweight Loss
Contoh deadweight loss, seperti dilansir dari BoyceWire, misalnya toko roti yang mengalami deadweight loss karena surplus produk. Toko roti membuat 100 roti, namun hanya terjual 80 roti. Sisa 20 roti tersebut hanya dibuang atau dibagikan secara gratis sehingga terjadi deadweight loss.
Sebaliknya kasus juga bisa terjadi karena defisit produk. Toko roti membuat 100 roti dan terjual semuanya. Sementara sebetulnya masih ada 20 orang yang mengantre untuk membeli roti. Potensi 20 pembeli tersebut adalah deadweight loss.
Contoh lain terjadi karena pajak yang tinggi terhadap produk rokok. Pabrik A biasanya mampu menjual 100 produk, namun karena kebijakan pajak yang tinggi, konsumen berpindah ke produk pabrik B yang lebih murah meski kualitasnya di bawah pabrik A. Akibatnya, pabrik A hanya dapat menjual 60 produk. Sisa 40 produk inilah yang disebut deadweight loss.
Nah detikers, demikian tadi penjelasan mengenai deadweight loss lengkap dengan jenis, penyebab dan contoh-contohnya.
(bai/fds)