Produk-produk daur ulang menjadi salah satu peluang usaha yang cukup menjanjikan di tengah perkembangan gaya hidup masyarakat ke arah yang lebih ramah lingkungan alias eco friendly. Apakah menguntungkan?
Peluang tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Reza Rahman, yang berhasil menyulap limbah kayu sisa pabrik menjadi jam tangan cantik dengan nilai jual yang tinggi. Ia merupakan owner sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Gentanala, merek yang membuat produk aksesoris dengan bahan dasar kayu dan resin yang berbasis di Jakarta.
Kepada detikcom, Reza yang merupakan mantan karyawan di salah satu perusahaan di bidang interior ini bercerita, dirinya pertama kali mencetuskan idenya untuk mengembangkan produk tersebut pada 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reza mengaku telah tertarik dengan produk kayu dan resin sejak bekerja di bidang interior. Biasanya resin dipergunakan untuk penambal marmer. Padahal menurutnya perpaduan antara resin dan kayu bisa menghasilkan karya dengan nilai jual yang tinggi.
Akhirnya, ia memutuskan untuk membangun usahanya sendiri dan memadukan kayu dengan resin. Namun pada kala itu, ia melihat adanya peluang lain.
"Dulu saya bikin furnitur tapi itu kan ukurannya terlalu besar. Sama segmennya juga lebih ke menengah atas. Saya punya misi supaya perpaduan ini bisa lebih dikenal masyarakat luas, Indonesia bahkan mancanegara. Dari furnitur yang gede, saya keciliin jadi yang bisa dibawa ke mana-mana," kata Reza kepada detikcom, ditulis Sabtu (3/6/2023).
![]() |
Dari sana, lahir jam tangan dengan dengan memadukan kayu dan resin. Ia pun memulai usaha tersebut di garasi rumahnya, hanya bermodalkan Rp 4 juta dan dengan alat seadanya.
"Dulu bikin di garasi rumah izin orang tua ngotorin garasi Semua saya kerjain sendiri, motong kayu, amplas packing, konten saya garap, bahkan saya sampai sempet kecelakaan. Jempol saya kepotong sampai alhamdulillah sekarang udah disambung, dulu sampai segitunya," ungkap Reza.
"Modal sekitar Rp 4 jutaan. Itu juga lebih gedenya untuk R&D, develop produk. Alat-alatnya dulu sebenarnya sederhana banget, fully handmade," tambahnya.
Produk jam tangan yang ditawarkannya pun memiliki harga yang bervariasi, di kisaran Rp 400-600 ribu. Produk tersebut pun dibuat secara manual dengan tangan alias handmade oleh para perajinnya di workshop setiap harinya.
Dengan mengandalkan marketing online dan menggenjot penjualan bandar besar lewat skema business to business (B2B), bisnisnya berkembang pesat dalam waktu kurang dari tiga tahun. Dari produksi yang awalnya hanya sekitar 30-40 jam tangan dalam 1 bulan, kini menyentuh hingga 300 produk per bulannya.
"Yang membedakan, kita klaim untuk aksesoris jam tangan yang pertama menggunakan kayu yang dipadukan resin itu kita pertama, dan jam ini punya tema beragam yang mencakup tema pemandangan alam. Jadi kita pake tema-tema itu, tujuannya biar lebih relate," katanya.
Produk-produk yang dijual Reza terbuat dari limbah kayu sisa-sisa pabrik furniture. Hal ini menjadikan Gentanala sebagai bisnis yang mengedepankan produk ramah lingkungan. Kayu yang biasanya digunakan merupakan kayu-kayu eksotis Indonesia dengan karakter khasnya masing-masing, seperti jati, amboina, lamtoro, hingga trembesi.
"Kita mengambil kayu dari pabrik furnitur. Biasanya ada waste material sama biasanya mereka bakar. Akhirnya kami karungin dan dijadikan value. Campaign-nya juga kita selamatkan berton-ton kayu," imbuhnya.
Tidak hanya jam tangan, Reza juga kini telah mengembangkan produk aksesoris lainnya, antara lain card holder, casing handphone, kartu nama resin NFC. Dari omzet awalnya yang hanya sekitar Rp 15 jutaan, kini per bulannya, omzetnya bisa tembus Rp 100 juta.
"Omzet per bulan itu di angka Rp 80-100 juta kurang lebih kotor-kotornya, tapi ya memang salah satunya kalau saya kasih tahu sedikit, gedenya di penjualan B2B korporasi," terangnya.
(ara/ara)