Jangan buang botol bekas minuman! Sebab di tangan orang yang tepat, barang-barang bekas dapat sangat berarti dan menghasilkan cuan. Seperti yang dilakukan Lukman Hakim. Warga asli Betawi dari Kebayoran Lama ini menjadikan botol bekas minuman yang sudah dibersihkan dapat digunakan untuk membuat suvenir ondel-ondel.
Lukman mengawali usahanya pada tahun 2014. Saat itu penghasilan dari kerjanya sebagai satpam tidak cukup untuk menghidupi istri dan 2 anaknya. Selain itu, Lukman juga ingin melestarikan budaya Betawi. Bermodalkan belajar autodidak, gemar menggambar, melukis, dan mendekor, Lukman mencoba peruntungan membuat suvenir ondel-ondel. Dia juga cuma memiliki uang Rp 200 ribu untuk modal membeli cat, kuas, gunting, dan sebagainya. Omzetnya saat itu kisaran Rp 1,5 juta dengan untung bersih atau cuan Rp 600 ribu.
Pria kelahiran tahun 1969 ini awalnya mempromosikan usahanya melalui acara perayaan Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus di RT dan RW. Saat itu karyanya yang dikenalkan tersebut yakni dekorasi rumah Betawi.
"Saya waktu itu bikin dekorasi rumah Betawi untuk panggung 17 Agustus," ujar Lukman kepada detikFinance di rumahnya sekaligus tempat usahanya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Menurut Lukman, dari perkenalan karyanya lewat RT dan RW akhirnya namanya terangkat. Kemudian dia membuat suvenir ondel-ondel berupa miniatur ondel-ondel dan celengan ondel-ondel, serta ondel-ondel 2 meter. Dalam dua minggu dia membuat 200 botol bekas minuman teh menjadi 100 pasang suvenir ondel-ondel. Dia membuatnya bersama istrinya yang menjahit kain-kain ondel-ondel. Untuk ondel-ondel 2 meter, Lukman membuat bersama saudaranya. Saat detikFinance datang, ondel-ondel tersebut sedang dititip ke rumah saudaranya karena rumahnya dipakai untuk kegiatan Ramadan.
Untuk suvenir ondel-ondel, Lukman memasok ke beberapa toko mainan anak-anak dan tempat wisata seperti Setu Babakan, Jakarta Selatan. Untuk toko mainan, Lukman mematok harga suvenir ondel-ondel Rp 35 ribu sepasang. Namun jika untuk tempat wisata Betawi harganya diberandol Rp 50 ribu sepasang. Jika membeli langsung, Lukman menjual Rp 25 ribu sepasang. Setiap toko ada yang memesan 20 hingga 50 pasang suvenir ondel-ondel.
Kini, Lukman mengaku omzetnya dari suvenir ondel-ondel kisaran Rp 1,5 juta per bulan dan untung bersih sekitar Rp 700 ribu. Belum lagi uang untuk jasa sewa ondel-ondel 2 meter. Bagi yang menyewa di sekitar rumahnya, Lukman mematok Rp 500 ribu. Kalau konsumen yang menyewa ondel-ondel jauh dari rumahnya Lukman memberandol harga dengan jasa ongkos kirim. Misalnya ke Bintaro Rp 1,5 juta. Dari sewa ondel-ondel 2 meter, Lukman mendapat omzet sekitar Rp 1,5 juta per bulan atau untung bersih Rp 1,2 juta.
Usaha Saat COVID-19
Seperti pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) non makanan lainnya, usaha Lukman saat Covid-19 menurun. Tidak ada yang menyewa ondel-ondel 2 meter. Namun usahanya terbantu dengan pemesanan suvenir ondel-ondel dari toko mainan. Di toko mainan tersebut, Lukman menitipkan suvenir ondel-ondel dan jika tidak laku, Lukman akan mengambilnya kembali.
Lukman juga pernah menitipkan suvenir ondel-ondel di Lenggang Jakarta, Monas. Namun saat pandemi Covid-19, Monas tutup sehingga suvenirnya tidak dikirim ke Lenggang Jakarta.
"Bahkan pernah sempat kebakaran di Lenggang Jakarta. 50 Suvenir ondel-ondel saya terbakar dan saya rugi Rp 2 juta. Akhirnya diganti barang 50 pasang tapi saya rombak lagi," tutur Lukman.
Kini, suvenir ondel-ondel belum lagi masuk Lenggang Jakarta Monas. Karena dia belum kenal dengan pengurus baru Lenggang Jakarta, Monas. Meski demikian, Lukman terus berusaha dengan mengikuti festival-festival Betawi. Dari festival tersebut, beberapa tokoh pernah membeli suvenir ondel-ondelnya.
"Ada Rano Karno yang beli 10 pasang dan Bu Airin Rachmi Diany yang borong 20 pasang di Kecamatan Pamulang," kenang Lukman.
Ikut KUR BRI
Bagi Lukman, dalam menjalankan usaha tidak dipungkiri membutuhkan modal. Asupan modal tersebut untuk nyawanya agar usaha terus berlanjut. Pada 2019 Lukman melalui pemberitahuan dari rekannya, mencoba mendapatkan modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR). Lukman pun mendapat Rp 20 juta dengan cicilan Rp 600 ribu selama 2 tahun.
KUR BRI cair kurang lebih seminggu dan prosesnya tidak ribet. Modal tersebut dipergunakan untuk membeli alat-alat usaha seperti kertas, gunting, lem, kain-kain perca. 3 Tahun kemudian, Lukman mengajukan kembali KUR BRI senilai Rp 50 juta. Pengajuan Lukman disetujui BRI dengan cicilan Rp 1,5 juta selama jangka waktu 3 tahun. Proses pencairan KUR BRI yang didapat Lukman lagi-lagi cepat. Karena itu, Lukman berterima kasih pada BRI.
"Ucapan terima kasih pada BRI atas pinjaman dengan bunga yang terendah untuk memajukan para Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)," kata Lukman.
Dalam situs resmi BRI disebutkan, KUR BRI adalah kredit modal kerja dan atau investasi kepada debitur yang memiliki usaha produktif dan layak. Untuk KUR Mikro Bank BRI plafon sampai Rp 50 juta. Sedangkan KUR kecil plafonnya dari 50 juta hingga Rp 500 juta per debitur.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari dalam rilis pada November 2013 lalu mengatakan, hingga Triwulan III 2023, debitur KUR BRI baru telah mencapai 1,44 juta debitur hingga triwulan III 2023. Sedangkan target debitur KUR baru 2023 adalah 1,36 juta debitur.
(nwy/hns)