Babak Belur Saat COVID-Rugi Puluhan Juta, Encih Tak Kapok Jualan Keripik Lagi

Babak Belur Saat COVID-Rugi Puluhan Juta, Encih Tak Kapok Jualan Keripik Lagi

Niken Widya Yunita - detikFinance
Rabu, 24 Apr 2024 13:34 WIB
Bos Keripik Singkong Cipuy Renyah, Encih
Encih, Pemilik Keripik Singkong Cipuy Renyah/Foto: Niken Widya Yunita/detikFinance
Jakarta -

Tulisan Keripik Singkong Cipuy Renyah sudah hampir tidak terlihat lagi. Namun begitu sampai ke lokasi usahanya, di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kita dapat melihat para pekerja yang sedang mengemas keripik singkong.

Sang pemilik, Encih (43) pun ikut membantu pekerja. Begitu melihat kedatangan detikFinance, dia berhenti bekerja dan mempersilakan detikFinance untuk masuk. Perbincangan pun dimulai.

Encih memulai usaha sejak tahun 2017 dengan modal Rp 10 juta. Uang itu didapatnya dari tabungan saat bekerja selama 2 tahun menjadi karyawan keripik singkong yang tidak jauh dari rumahnya. Dengan modal Rp 10 juta, Encih mendapat omzet Rp 5 juta per bulan dari bisnis keripik singkong. Kini Encih mendapat omzet sekitar Rp 15 juta seminggu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun saat pandemi Covid-19, Encih babak belur. Dia rugi sekitar Rp 60 juta karena keripik singkongnya tidak laku dijual.

"Lagi corona parah. Saya jebol Rp 60 juta. Karena (keripik singkong) nggak laku. Toko tutup, nggak ada yang belanja. Kita jual di rumah, jangankan orang mau belanja, buat makan saja susah," ujar Encih kepada detikFinance saat ditemui di lokasi usahanya, di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, dan ditulis Rabu (24/4/2024).

ADVERTISEMENT

Saat pandemi, Encih tetap memproduksi keripik singkong. Namun jumlahnya jauh lebih sedikit yakni hanya 1 bal yang berisi 20 bungkus. Biasanya dia memproduksi hingga 5 bal atau 100 bungkus.

Karena saat pandemi pembeli keripik singkong sangat sedikit, Encih pun menyambung hidup dari tabungan. Encih menguras habis tabungannya senilai Rp 15 juta. Uang di tabungan hanya tersisa Rp 50 ribu untuk batas minimal rekening di bank.

Selain hidup dari tabungan, Encih terbantu dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang didapatnya pada pertengahan 2021. Encih mendapatkan kredit senilai Rp 25 juta dengan jangka waktu 3 tahun dan cicilan Rp 700 ribu sebulan.

Untuk membayar cicilan, Encih tiba-tiba saja mendapatkan orderan dari sebuah toko saat jatuh tempo KUR BRI. Karena itu dia bersyukur dewi fortuna selalu menghampirinya pada saat dibutuhkan.

UMKM BRIKeripik Singkong Cipuy Renyah/UMKM BRI Foto: Niken Widya Yunita/detikFinance

Setelah pandemi, Encih pun mulai berjualan keripik singkong lagi pada 2022. Dia pun mengaku tidak kapok untuk berjualan keripik singkong kembali. Sebab dia ingat nasihat kedua orang tua agar tidak mudah menyerah.

"Saya nggak kapok (meski pernah rugi Rp 60 juta). Karena saya pantang menyerah dan karyawan nggak nuntut. Jika ada uang, baru mereka akan dibayar," ungkap Encih.

Setelah bisnisnya berjalan normal, Encih pun telah melunaskan utang singkong kepada petani Rp 60 juta. Uang didapat dari KUR BRI yang cair Rp 50 juta pada Maret 2024. Dia pun harus mencicil Rp 1,52 juta per bulan selama 3 tahun.

"Alhamdulillah sudah kelar utang sama petani. Maret 2024 dapat KUR BRI lagi uangnya saya gunakan untuk melunasi membayar utang singkong kepada petani. Sisanya saya gunakan untuk pengembangan usaha," tutur Encih.

KUR BRI adalah kredit modal kerja dan atau investasi kepada debitur yang memiliki usaha produktif dan layak. Dalam situs BRI disebutkan, untuk KUR Mikro Bank BRI plafon sampai Rp 50 juta. Sedangkan KUR kecil plafonnya dari 50 juta hingga Rp 500 juta per debitur.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari dalam rilis pada November 2013 lalu, mengatakan, debitur KUR baru telah mencapai 1,44 juta hingga triwulan III 2023. Target debitur KUR baru 2023 yakni 1,36 juta.

(nwy/hns)

Hide Ads