Bersama empat orang jamu gendong lainnya, Lasmi berlenggak lenggok menghibur tamu undangan di panggung Graha Insan Pendidikan Berprestasi Kompleks Kemendikbud dalam acara Penyerahan Sertifikat Inskripsi Warisan Budaya Dunia, Kamis (25/4/2024). Ketua Laskar Jamu Gendong itu juga turut menyuguhkan jamu kepada tamu undangan.
Lasmi kecil merupakan anak dari penjual jamu di pasar daerah Sukoharjo, Jawa Tengah. Pada usia 12 tahun ia digembleng ibunda untuk meneruskan selempang dan bakul jamu yang telah turun temurun, Lasmi merupakan generasi ketiga yang meneruskan resep jamu tradisional.
"Dulu awal mula saya umur 12 tahun ikutin ibu saya yang juga penjual jamu gendong, saya sudah generasi ke 3 dan yang ke 4 saat ini anak saya. Dulu hanya ikut ibu jualan di pasar dari situ saya jualan, belajar naikin turunin (bakul jamu gendong) kalo orang nggak biasa gendong kan susah ya nurunin naikin gitu," cerita Lasmi saat berbincang dengan detikcom usai mengikuti acara di Kemendikbud, Kamis (25/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai mendapatkan bekal ilmu yang cukup, Lasmi merantau ke Surabaya bersama sang suami pada tahun 1982. Namun usai mencoba peruntungan di sana Lasmi kurang beruntung, ia lantas diajak sang kakak untuk mencoba mengadu nasib di Jakarta pada tahun 1988.
Berada di ibu kota Lasmi membawa semangat juang yang tinggi, bahkan meski banjir sekalipun Lasmi tetap berjualan jamu gendongnya dan dibawa keliling ke Kawasan Tegal Parang, Mampang hingga Kuningan Barat, Jakarta Selatan. Namun lambat laun langganan Lasmi mulai banyak, dengan stok yang kian banyak ia berkeliling dengan cara bersepeda.
Kini Lasmi patut berbangga atas jerih payah yang ia lakukan sebab selain menjadi ketua Laskar Jamu Gendong Lasmi kini dapat bekerja di lingkungan Kementerian Kesehatan, sehari-harinya Lasmi dipercaya meracik jamu untuk para karyawan. Selain itu orderan dari luar kantor juga sangat banyak salah satunya menyiapkan 7.000 botol jamu untuk pemecahan rekor MURI di Bogor dan berbagai orderan jamu lainnya. Omzet Lasmi yang dulu Rp 100 ribu sehari kini mencapai Rp 20 juta dalam satu bulan.
"Dulu waktu merintis paling Rp 100 ribu sudah paling banyak itu awal mulanya, sekarang omzet per bulannya bisa sampai Rp 10 - 15 jutaan. Karena kita bukan hanya 1 tempat aja memang semua itu bulanan jadi di tempat yang lain bisa Rp 10 juta di sini Rp 5 juta jadi ya keseluruhannya bisa sampai Rp 20 juta," tegas Lasmi.
Lasmi memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI, tepatnya pada tahun 2015 dan 2022. Lasmi mendapatkan KUR dengan nominal Rp 50 juta dan Rp 100 juta yang diambilnya di BRI Unit Pasar Minggu. Dana segar tersebut dimanfaatkan ketika ada orderan jamu dalam jumlah besar dan dibelikan bahan - bahan jamu. Kini keberhasilan dalam usaha jamu membuatnya memiliki rumah pribadi.
Tak mau sukses sendirian, Lasmi berupaya merangkul pegiat jamu gendong lainnya, ia mengajak para mbok-mbok jamu gendong untuk mengikuti seminar usaha dengan target untuk meningkatkan penjualan rekan seperjuangannya, namun hal itu tak mudah sebab para penjual jamu gendong lebih memilih berjualan ketimbang belajar.
"Saya door to door ngajak mereka itu susah, dari pada diajak nambah ilmu atau latihan kadang-kadang gini 'ah saya mending jualan saya dapat duit, kalo ikut pelatihan kan nggak dapat duit' padahal, kalo ikut pelatihan menambah ilmu dan justru bisa menambah pendapatan," lanjut Lasmi.
Namun upayanya tersebut lama-lama membuahkan hasil, kini Laskar Jamu Gendong yang diketuai oleh Lasmi beranggotakan 700 anggota aktif yang menjajakan jamu gendong se Indonesia. Terbaru Lasmi mewakili para pegiat jamu gendong Indonesia untuk menerima sertifikat salinan penetapan Budaya Sehat Jamu sebagai warisan budaya tak benda dunia UNESCO.
Dalam sambutan acara tersebut Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan penghargaan tersebut menjadi upaya melestarikan dan memajukan kebudayaan sekaligus membagikannya kepada dunia.
"Setelah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, selain bangga kita juga punya tugas untuk terus melestarikan warisan ini sebagai kontribusi Indonesia untuk peradaban dunia," Jelas Hilmar Farid.
(hns/hns)