Sampah Bisa Diolah Jadi Perhiasan hingga Hasilkan Jutaan Rupiah, Kok Bisa?

Saatnya Jadi Bos

Sampah Bisa Diolah Jadi Perhiasan hingga Hasilkan Jutaan Rupiah, Kok Bisa?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 02 Jul 2024 07:00 WIB
Di Rubysh, sampah plastik diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual seperti perhiasan, jam tangan, kacamata, dan lain-lain.
Sampah Bisa Diolah Jadi Perhiasan hingga Hasilkan Jutaan Rupiah, Kok Bisa?/Foto: Dok. Rubysh
Jakarta -

Sampah, terutama sampah plastik selama ini menjadi barang yang tidak ada nilainya. Di Rubysh, sampah plastik diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual seperti perhiasan, jam tangan, kacamata, dan lain-lain.

Encep Amir adalah orang di balik Rubysh. Dia bercerita, cikal bakal bisnis ini dimulai pada 2013. Saat itu, pria yang menempuh kuliah di bidang Ilmu Lingkungan ini tengah mengerjakan tugas akhir yang fokus pada pengelolaan sampah.

"Saya pernah ada program penelitian di Bandung mengolah sampah jadi berbagai produk mulai dari biogas, pupuk cair dan juga kerajinan. Karena dulu memang gol awalnya mengolah sampahnya. Jadi bukan bikin brand, kaya bikin community recycling center di tengah Kota Bandung," katanya kepada detikcom, ditulis Selasa (2/7/2024)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seiring berjalannya waktu, tugas akhirnya tiba-tiba dipresentasikan di Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikti). Saat itu, ia sudah lulus kuliah. Dari situ, kemudian, pihaknya mendapat dana hibah dari Pemerintah Australia.

"Pemerintah Australia punya dana hibah diberikan kepada ide-ide sosial startup. Jadi inisiatif-inisiatif yang sekiranya itu bisa berdampak sosial tapi juga jadikan bisnis," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Lewat dana itu, kemudian ide tadi dibuat serius melalui pengembangan produk. Amir sendiri baru benar-benar meluncurkan produknya pada tahun 2019.

"Prototyping ini lumayan lama, karena memang saya nggak full time. Jadi kadang vakum berapa bulan, lanjut lagi," ungkapnya.

Amir menerangkan, pihaknya saat ini mengolah berbagai limbah. Sebutnya, sampah plastik PET seperti botol minuman kemasan. Lalu, plastik HDPE seperti botol oli, sampo, kosmetik dan lain-lain. Hingga, limbah gelas kaca.

Di Rubysh, sampah plastik diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual seperti perhiasan, jam tangan, kacamata, dan lain-lain.Di Rubysh, sampah plastik diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual seperti perhiasan, jam tangan, kacamata, dan lain-lain. Foto: Dok. Rubysh

Dalam hal pemasaran, ia menjual produknya secara online dan offline. Untuk online terdapat 3 saluran yakni di website dan dua e-commerce. Sementara, untuk offline ia menjalin kerja sama dengan beberapa toko yang berlokasi Pantai Indah Kapuk (PIK), Tangerang dan Bali.

Produk paling murah yang ia jual yakni ialah cincin di harga Rp 40.000 yang merupakan hasil daur ulang gelas. Sementara, produk yang paling mahal ialah kacamata yang menggunakan daur ulang plastik HDPE yakni mulai Rp 1,2 juta.

"Tapi sebenarnya kalau dibilang penjualan terbesar itu lebih ke produk custom, karena custom jadi kan sifatnya special design, dari segi harganya memang lebih mahal," katanya.

Di Rubysh, sampah plastik diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual seperti perhiasan, jam tangan, kacamata, dan lain-lain.Di Rubysh, sampah plastik diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual seperti perhiasan, jam tangan, kacamata, dan lain-lain. Foto: Dok. Rubysh

Amir mengaku, pada tahun lalu ia mencatatkan omzet Rp 170 juta setahun. Jika dihitung secara kasar, maka sebulan omzetnya sekitar Rp 14,16 juta.

"Kalau saya berani terang-terangan profitnya juga nggak begitu besar. Tapi memang secara social value-nya aja sih, karena saya selalu mem-branding perusahaan saya social startup," katanya.

(acd/ara)

Hide Ads