Peluang usaha bisa datang dari manapun, tak terkecuali dari sampah. Siapa sangka, sampah tali kapal yang selama ini menjadi limbah di Selat Makassar pun nyatanya bisa disulap menjadi cuan yang cukup menjanjikan.
Hal ini dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Balanipa dari Kampung Badak Baru, Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sampah tali bekas dari kapal vessel batu bara didaur ulang oleh kelompok usaha tersebut menjadi tali rumpon yang dan bisa digunakan para nelayan untuk menangkap ikan.
Peluang usaha ini awalnya ditangkap oleh Ketua KUBE Balanipa, Hasabudin. Pria itu menemukan ide usaha usai melihat gunungan limbah tali kapal bekas yang mengapung di laut. Kala itu, kebetulan dirinya baru saja menyelesaikan kontrak kerja di Pertamina dan berpikir untuk mencari ide usaha baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia terpikir untuk mengurai tali kapal bekas itu kemudian diolah kembali menjadi tali yang lebih kecil dan bisa digunakan untuk membuat rumpon. Kombinasi bahan baku tali vessel dari nilon, sutera, dan semisutera dinilai cocok untuk digunakan pada tali rumpon. Apalagi tali rumpon yang ada di pasaran selama ini dinilai kurang baik kualitasnya dan mahal pula harganya.
"Awalnya ini tali dari kapal dianggap limbah, jadi saya berpikir ini sepertinya menantang ini kalau limbah ini bisa diproduksi kembali, sehingga bisa dipergunakan lagi buat nelayan. Saya ambil tali ini dari pengepul di pantai, kemudian saya olah saya daur kembali," cerita Sahabudin ketika ditemui di tempat produksi Balanipa, Muara Badak, Selasa (2/10/2024).
Pengolahan yang dilakukan Sahabudin cukup sederhana, dia cuma mengurai tali kapal menjadi helai terkecil-kecil, menyortir campuran bahan baku tali kapal, kemudian memintalnya kembali menjadi tali yang lebih kecil. Tali kapal bekas didapatkan dari pengepul yang ada di sekitar Selat Makassar dengan harga sekitar Rp 7-9 ribu per kilogramnya.
Kebetulan, usaha yang dilakukan Sahabudin juga mendapatkan pembinaan dari PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS). Pendampingan ini disebut Sahabudin memberikan kemajuan pada usaha kelompoknya itu.
Misalnya saja, bantuan infrastruktur untuk menyulap pabrik kecil-kecilannya menjadi lebih layak. Salah satunya adalah membesut teknologi barotech yang mampu meningkatkan produktivitas produksi tali rumpon.
![]() |
PHSS juga memberikan pendampingan berupa pelatihan usaha kepada Sahabudin dan kelompoknya, sekaligus membantu promosi produk tali rumpon Balanipa.
Head of Communication Relations & CID Zona 9 Elis Fauziyah mengatakan apa yang dilakukan Sahabudin dan kelompoknya merupakan bentuk pengembangan ekonomi sirkular. Maka dari itu, pihaknya pun mau turun membantu Balanipa.
"Kita melihat potensi lokal yang bisa berkembang, berdaya, dan berkelanjutan. Ini kan circular, dari sampah didaur lagi, dan memberikan potensi ekonomi," ungkap Elis.
Cuan Sampah Tali Kapal
Kembali ke Sahabudin, dia menjelaskan keuntungan yang didapatkan dari daur ulang tali sejauh ini cukup besar. Per gulungan tali Balanipa dijual seharga Rp 280 ribuan, sementara sekali pesanan saja banyak sekali pembeli yang memesan hingga ratusan gulungan. Per bulannya, Sahabudin dan kelompoknya bisa memproduksi hingga 700-800 gulungan sendiri.
Pendapatan ratusan juta bisa masuk ke kantong Sahabudin dan kelompoknya. Data dari PHSS menyebutkan Balanipa bisa mendatangkan pendapatan senilai Rp 217 juta per bulannya dengan pendapatan per orang bisa mencapai jutaan rupiah per bulan.
Sahabudin mengatakan kelompok usahanya ini sudah mempekerjakan 13 karyawan sejauh ini dari warga setempat di kampungnya. Nah dari pendapatan yang didapatkan Balanipa, dia mengatakan banyak karyawan yang bisa membiayai hidupnya lebih baik. Ada satu karyawannya bahkan bisa sampai menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan tinggi setelah bekerja di Balanipa.
"Ya jadi ekonomi berjalan dengan adanya Balanipa dan bantuan PHSS ini. Ini ada satu yang sampai bisa membuat anaknya sekolah tinggi dan diwisuda usai kerja di sini," ujar Sahabudin.
Balanipa sendiri sudah melayani penjualan produk di sekitar Kalimantan. Biasanya ketua kelompok nelayan yang akan membeli tali rumpon ke Sahabudin. Dia mengatakan produk tali rumpon Balanipa bisa laku dijual karena harganya yang jauh lebih murah daripada tali rumpon yang ada di pasaran.
"Tali rumpon yang di toko-toko itu kualitasnya tidak sekuat punya kita. Harganya juga mahal bisa Rp 1 jutaan per gulungan. Makanya banyak sekali pesanan ke kita, kadang kita sampai kewalahan juga," ungkap Sahabudin.
(hal/rrd)