Gurih Kerupuk Tardi Menjamah 15 Pasar Jakarta Sejak 1990

Gurih Kerupuk Tardi Menjamah 15 Pasar Jakarta Sejak 1990

Rifkianto Nugroho - detikFinance
Senin, 03 Mar 2025 23:16 WIB
Usaha kerupuk putih milik Tardi di Bukit Duri, Jakarta, telah berusia 35 tahun. Yuk lihat kesibukan di pabrik kerupuk tersebut.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Bagi sebagian masyarakat Indonesia tak lengkap makan jika tidak dibarengi dengan kerupuk, di tengah sibuknya Ibu Kota terdapat rumah produksi kerupuk yang mampu memproduksi 4 hingga 5 kuintal untuk mencukupi kebutuhan kerupuk di Jakarta.

Saat ditemui detikcom Tardi (56) pemilik usaha kerupuk Alfadillah tengah memasukkan kerupuk putih ke dalam kemasan di kamar yang disulapnya menjadi ruangan packing di Kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan. Satu persatu kerupuk dimasukkannya ke dalam plastik sambil bercerita bagaimana ia dapat memasok kerupuk ke penjuru Jakarta.

"Saya usaha sejak tahun 1990, dulu sempat ikut kerja sama orang satu bulan gaji saya Rp 15 ribu, selama enam tahun. Uang itu saya kumpulkan untuk modal usaha karena punya cita-cita bisa beli tanah sendiri untuk usaha dan nggak ngontrak," kenang Tardi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria asal Banjar Patroman, Jawa Barat itu memiliki keyakinan kuat untuk dapat membuka sendiri produksi kerupuk, usai mengumpulkan uang sejumlah Rp 27 juta ia nekat membeli tanah seluas 40 meter di Bukit duri yang hingga kini menjadi dapur dan mess bagi para karyawannya.

Tardi masih ingat betul pertama kali menjual kerupuknya dengan harga Rp 60 per bungkus yang kini dibanderol dengan harga Rp 5000. Kerupuk garapannya itu kini menjamah di 15 pasar di seluruh Jakarta, bukan tanpa sebab Tardi muda merupakan orang yang gigih untuk membuka cabang baru di setiap pasar agar kerupuknya bisa dinikmati oleh lebih banyak orang.

ADVERTISEMENT

"Dulu lagi jaman saya muda belum punya keluarga, nggak kaya orang lain. Saya ngotot nyari pangkalan (tempat berjualan) sebanyak-banyaknya," jelas Tardi.

Meski memiliki karyawan yang juga menjualkan kerupuknya di pasar-pasar, Tardi pun masih aktif berjualan sendiri di Pasar Bukit Duri. Dalam sehari ia biasa membawa 700 hingga 800 bungkus kerupuk dan biasanya ludes terjual.

Rumah produksi milik Tardi terus mengepul, dalam satu harinya para karyawan mampu memproduksi 4-5 kuintal kerupuk, sejak pagi para karyawan sibuk menggoreng berbagai jenis kerupuk yang didatangkan dari Banjar, Tasik, Solo hingga Sidoarjo. Meski bahan mentah tersebut dari berbagai daerah namun soal rasa kerupuk Tardi tak pernah berubah.

Dalam menjalankan usahanya Tardi mengaku tak memiliki strategi khusus, hanya saja ia harus legowo ketika harga bahan seperti minyak goreng dan gas naik. Hal itu tentu membuat omzetnya berkurang namun dibalik itu Tardi menyebut permintaan justru meningkat.

"Ya risiko kalau harga minyak goreng dan gas mahal omzetnya turun, tapi kerupuk justru laku karena yang biasa membeli kerupuk mentah jadi membeli kerupuk saya yang sudah jadi. Namanya dagang lah ya mesti diterima nggak usah ngeluh, nggak boleh ngeluh kita syukuri wae," lanjut Tardi.

35 Tahun menemani piring masyarakat Tardi kini memiliki ratusan meter tanah yang dimanfaatkannya untuk rumah produksi, rumah pribadi hingga mess karyawan. Bahkan seluruh operasional seperti motor untuk berjualan dan listrik karyawan ia tanggung.

KUR BRI

Guna mempercepat pembangunan rumah produksi Tardi menggunakan dana KUR dari Bank BRI senilai Rp 200 juta yang didapatkannya dari Bank BRI cabang Bukit Duri. Dalam prosesnya Tardi mengaku tak sampai sepekan dana tersebut sudah bisa diambil di Bank.

"Dengan Bank BRI saya pinjam Rp 200 juta, sebab saya punya uang Rp 500 juta untuk membangun dan kurang, saat itu Kepala Cabang langsung datang ke rumah saya untuk melihat produksi kerupuk dan nggak sampai seminggu uangnya sudah bisa diambil. Tentu sebelum meminjam saya sudah hitung betul semua pengeluaran agar tetap lancar," terang Tardi.

Hingga kini usaha kerupuknya pun bisa dibilang sangat mulus sebab berbagai kejadian mulai dari tragedi tahun 1998 hingga Pandemi Covid-19 tak juga menggoyahkan usaha kerupuknya. Dengan kerja kerasnya juga ia mampu menyekolahkan dua dari tiga anaknya hingga sarjana di Perguruan Tinggi Negeri, kecuali anak sulungnya yang memilih berjualan kerupuk untuk meneruskan perjuangan Tardi.

Beranjak sedikit ke rumah produksi, seorang karyawan bernama Farid (22) tengah sibuk memasukkan kerupuk ke dalam kemasan. Pria yang sebelumnya bekerja mengumpulkan rumput untuk pakan hewan ternak ini mengaku telah bekerja di usaha kerupuk ini sejak tahun 2018 dan pendapatannya pun naik pesat.

"Alhamdulillah pendapatan sekarang lebih besar di sini, dulu paling gede cuma Rp 50 ribu di kampung ngambilin rumput buat kambing. Tahun 2018 saya ikut ke sini diajak ponakan, kalau disini kan borongan tergantung kitanya, kalau kita rajin bisa dapat Rp 140 ribu kalau lagi ramai," ungkap Farid di Rumah Produksi Kerupuk Alfadillah, Bukit Duri, Jakarta Selatan, Selasa (11/2/2025).

Dari hasil keringatnya, Farid kini mampu membangun rumah serta mencukupi kebutuhan istri dan anaknya. Tiap pekan ia rutin ke Bank BRI Cabang Bukit Duri untuk mentransferkan uang guna menafkahi keluarganya.

"Ya Alhamdulillah udah kebikin rumah ya walaupun belum lama tapi udah dapet rumah dari (pekerjaan) sini, paling seminggu sekali transfer ke Bank BRI untuk kebutuhan istri dan anak di kampung," tutup Farid.

(hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads