Di antara belasan pohon mangga yang ditanam Jamhuri di kebun depan rumahnya, baru satu yang berbuah. Uniknya, buah mangga ini berkulit merah marun. Mangga Yuwen 6 namanya.
Jamhuri sebetulnya adalah pengusaha ketupat di Kampung Bojong, Kecamatan Cimahpar, Bogor. Usaha ketupatnya sudah tergolong besar dengan omzet harian Rp 1,5 juta - Rp 2 juta. Namun, punya satu usaha saja tidak cukup. Darah wirausaha yang kental mendorong Jamhuri menggarap bisnis-bisnis lain. Salah satunya budidaya mangga Yuwen 6.
"Sebenarnya iseng aja saya, ingin ada sumber lain yang menghasilkan. Biarkan ketupat dikelola istri saya," tutur Jamhuri ditemui detikcom di kediamannya, Rabu (19/2/2025) pagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deretan pohon mangga itu awalnya tak begitu menyita perhatian, seperti pohon pada umumnya. Apalagi ukurannya masih kecil, hanya setinggi 1 meter. Barulah saat Jamhuri bercerita, terungkap keistimewaan pohon-pohon mangga ini.
Satu pohon sudah menghasilkan buah. Beberapa sudah disantap sendiri oleh keluarga Jamhuri. Tinggal tersisa satu buah seukuran kepalan tangan yang masih menggantung di pohon, dibungkus plastik putih. Warna merahnya baru terlihat ketika plastik itu dieratkan.
"Dulu belum ada mangga jenis seperti ini. Ini Yuwen 6, impor dari Thailand. Cuma di Indonesia sudah banyak disambung pucuk, dicangkok. Saya ambil bibitnya dari Majalengka kemarin," katanya sambil menunjukkan buah di pohon.
Nasabah Klasterku Hidupku BRI ini mengaku harus merogoh kocek Rp 1,2 juta untuk satu bibit cangkok saja. Bibit itu kemudian dia kembangkan sendiri hingga menghasilkan belasan pohon kecil.
Usaha coba-cobanya ini baru berjalan dua bulan, sejak Desember 2024. Siti Latifah, istri Jamhuri, mengungkapkan ide usaha ini datang dari hobi Jamhuri tanam-menanam.
"Kan Bapak udah nggak ada kegiatan ke pasar, jadi dia ingin gerak gitu lah. Emang dia suka tanam-tanaman. Sekarang dijual pohon aja, udah ada yang beli tapi baru laku satu," ujar Latifah.
Satu pohon cangkokan mangga Yuwen 6 itu dilepas Jamhuri dengan harga Rp 500 ribu. Untuk buahnya, Jamhuri belum berniat menjual. Karena buah ini masih terbilang cukup langka di Indonesia, dia ingin keluarganya merasakan dulu buah berwarna cantik ini sampai kenyang.
"Sebenarnya bisa dijual buahnya, cuma harus di supermarket. Di grosir belum ada. Kalau sekarang dimakan sendiri aja, nggak usah dijual. (Tetangga) kalau mau minta juga boleh. Nanti kalau Keluarga udah ngerasa kenyang, baru kita panen, kita jual," lanjut Jamhuri santai.
Sebagai nasabah pinjaman BRI dan bagian Klasterku Hidupku, saat ini Jamhuri masih memfokuskan pinjamannya untuk ketupat. Namun, tidak menutup kemungkinan dia akan mengajukan pinjaman khusus sektor pertanian apabila usaha mangga Yuwen 6-nya ini berkembang.
Micro Business Area Head BRI Jakarta Regional Office (RO) 2 Setyo Agung Yulianto menjabarkan tahapan pengusaha UMKM bisa naik kelas dan mendapatkan pinjaman yang lebih besar. Salah satu faktor utama yang dilihat adalah rekam jejak usaha nasabah.
"Kita dampingi dan kurasi apakah kredit ini digunakan dengan baik atau tidak, usahanya berkembang atau tidak. Dari sisi omzet, dari sisi outlet ada atau tidak. Minimal setengah jalan atau satu tahun kita akan kurasi dan scoring kembali. Saat itu bisa diajukan ke kredit komersial sampai batas yang tidak terhingga," jelas Setyo.
BRI menyediakan KUR Mikro untuk Sektor Produksi 4P (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Perkebunan) dengan akad maksimal 4 kali dan total plafon Rp 400 juta. Jenis ini berbeda dengan KUR Mikro untuk usaha yang tidak termasuk Sektor Produksi 4P, yang akumulasi plafonnya Rp 200 juta.
Potensi Bisnis Mangga Yuwen 6
Tren budidaya mangga Yuwen 6 mulai muncul pada 2019-2020 sebelum pandemi Covid-19. Owner Omah Tani Milenial, Yanu Andria Sucianto, berbagi insight tentang prediksi tren mangga merah ini ke depannya. Menurut Yanu, meski sudah muncul sejak 2019, mangga Yuwen 6 baru booming pada 2024.
"Boomingnya bisa dibilang tahun kemarin karena mulai ada yang panen," ujar Yanu dihubungi detikcom, Selasa (4/3/2025).
Pengusaha mangga di daerah Batang, Jawa Tengah ini sudah cukup lama berkecimpung di budidaya Yuwen 6. Dari pengalamannya, perawatan mangga Yuwen 6 kurang lebih sama seperti mangga lain.
"Cuma memang Yuwen ini harus ditegaskan pembentukan cangkangnya sedari kecil. Kalau dari kecil sudah dibentuk, panen pertama itu buahnya sudah banyak. Kalau di kebun saya itu buah pertama bisa 40-50 biji per pohon, rata-rata berat 7 ons sampai 1 kg," jelasnya.
Dilihat dari sisi bisnis, Yanu menilai potensi mangga Yuwen 6 masih sangat besar. Mangga asal Thailand dan Taiwan ini termasuk premium dan belum banyak diperjualbelikan di Indonesia.
"Jumlahnya masih terbatas. Belum banyak yang tahu tentang mangga Yuwen 6 dan belum banyak yang menanam. Jadi potensinya pasarnya sangat besar. Apalagi mangga Yuwen ini kan cantik, warnanya merah ungu, ada khasnya," ujar Yanu.
Selain warna, rasa mangga Yuwen 6 juga unik. Menurut Yanu, rasanya manis dan tidak asam bahkan meski dipetik muda. Jika ditanam di daerah dingin, daging buahnya leibh berair. Hasilnya akan lebih optimal jika ditanam di daerah panas, tekstur buahnya lebih renyah dan manisnya lebih kuat.
"Untuk sekarang saya jual buahnya rata-rata Rp 45 ribu/kg ke toko buah premium di Jakarta. Kalau ke konsumen langsung, bisa Rp 50-55 ribu/kg," jelasnya.
Harga bibit mangga Yuwen 6 bervariasi. Untuk bibit kecil biasanya di kisaran Rp 50-100 ribu. Namun, masa tanamnya cukup lama sampai panen, yakni bisa 2-3 tahun. Bibit besar berkisar Rp 300-500 ribu. Sedangkan bibit cangkok pohon bisa mencapai Rp 1-1,2 juta. Masa tanamnya bisa lebih cepat, 4-5 bulan sudah berbuah dan bisa dipanen setelah 1 tahun.
Bagi yang ingin memulai bisnis mangga Yuwen 6, Yanu memberi gambaran modal yang dibutuhkan. Kebutuhan disesuaikan luas lahan, skala kebun besar atau kecil, dan ukuran bibit.
"Misalnya punya lahan 1.000 meter, bisa isi 20 pohon. Kalau masing-masing bibit besar katakanlah Rp 400-600 ribu, berarti kurang lebih Rp 12 juta. Kalau bibit kecil mungkin separuhnya," terangnya.
Yanu memprediksi buah mangga Yuwen 6 akan mulai ramai beredar di pasar antara 2-3 tahun ke depan. Potensi ini masih sangat menjanjikan untuk digarap pengusaha kebun yang ingin mencoba varietas baru.
(hns/hns)