Mengenal Perajin Reklame Huruf Timbul di Pinggir Kali Ciliwung

Mengenal Perajin Reklame Huruf Timbul di Pinggir Kali Ciliwung

Rifkianto Nugroho - detikFinance
Selasa, 11 Mar 2025 23:38 WIB
Perajin huruf timbul
Foto: Rifkianto_nugroho
Jakarta -

Reklame huruf timbul kini mulai dengan mudah ditemukan di pinggir jalan raya, berkembangnya usaha cafe, perkantoran dan berbagai lokasi lainnya turut membuat bisnis pembuatan reklame jenis ini kian diminati. Berada di pinggir kali Ciliwung puluhan pengrajin reklame huruf timbul sibuk menyelesaikan pekerjaannya.

Salah satunya Rohedi (49) yang tengah membuat reklame huruf timbul dengan ukuran kecil, pria yang sempat bekerja sebagai marketing bank selama enam tahun ini memilih beralih profesi sebagai pengrajin.

"Awalnya karena saya mungkin jenuh juga kerja di bank, intinya itu-itu aja urusannya, lalu memutuskan untuk keluar. Terus sempet bingung mau usaha apa tapi karena punya keahlian ini sebelumnya, jadi saya kembali ikut bekerja sama sepupu setelah itu baru ambil orderan", cerita Rohedi saat ditemui detikcom di bengkel reklame huruf timbul, Jatinegara, Jakarta, Kamis (6/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rohedi yang juga akrab disapa Edi ini sebelumnya sempat mempelajari bisnis yang juga dikerjakan oleh orang tuanya, usai memutuskan resign Edi kembali mengasah keterampilannya itu. Gayung bersambut, orderan mulai datang sendiri kepadanya hingga memiliki langganan tetap seperti bank, kantor, majid, rumah makan, sekolah hingga kafe.

Edi menyebut pernah membuat reklame huruf timbul untuk gedung tinggi di kawasan Kuningan dengan ukuran 3 meter setengah, tak hanya ukuran besar ia juga menerima orderan huruf kecil hingga 5 centimeter. Ukuran-ukuran itu nantinya mempengaruhi harga, diketahui ia mematok harga mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 30 ribu per centimeter. Jika sedang mendapat order dengan jumlah yang banyak omzetnya pun mencapai ratusan juta.

ADVERTISEMENT

"Omzet perbulan nggak tentu tapi rata-ratanya tiap hari saya kasih istri Rp 200 ribu perhari, namun jika ada orderan dalam jumlah yang banyak itu bisa sampai dua bulan pengerjaan nilai total sampe Rp 170 juta omzetnya," lanjut Edi.

Tak ada bisnis yang tidak memiliki risiko, dalam bisnis ini Edi juga pernah berulang kali direvisi hingga ditinggal kabur pelanggan. Namun dalam menjalankan bisnis ini Edi berupaya untuk tetap memegang tanggung jawab dan tidak membuat kecewa pelanggan. Berapapun jumlah orderan yang didapat ia akan tetap mengerjakannya dengan maksimal.

Kawasan Perajin Logam

Bahan-bahan untuk membuat reklame ini berasal dari logam, bahan itu dengan mudah didapatkan dari ibunya yang menjadi pemasok bahan mentah reklame di kawasan ini yaitu Rohani yang kerap disapa emak.

Rohani menyebut kawasan ini memang sejak tahun 1970 an menjadi kawasan pengrajin logam, ilmunya terus diwariskan secara turun temurun dari orang tua hingga kini Rohedi melanjutkan usahanya. Hanya saja saat itu lebih banyak yang membuat kerajinan seperti kompor yang mudah ditemukan di daerah Cawang, Jakarta Timur.

"Suami dari tahun 1970 an udah bikin kerajinan ini bahkan dari bujangan, ilmunya turunan dari engkong sampe sekarang ke Edi. Sayang kan kalo engak diterusin kaya gini kan ilmunya susah, dari engkongnya terus ke suami sekarang Edi", tutur Rohani.

Namun kakak Rohani membuat adaptasi untuk membuat reklame huruf timbul, ilmunya lantas menyebar dan kini diikuti oleh saudara yang juga membuat bisnis reklame huruf timbul termasuk Edi.

Sementara di kawasan itu Rohani menjadi pemasok bahan mentah mulai dari plat logam, aluminium, timah dan lain sebagainya. Dalam memenuhi permintaan pasokan bahan mentah yang kerap datang mendadak dengan jumlah yang banyak Rohani biasa mengandalkan KUR BRI.

"Waktu pinjam (KUR) itu buat modal bahan mentah, yang sering dapat order bapak sama Edi jadi ibu bagian melengkapi bahan belanja. Tahun 2019 pinjam KUR ke BRI Kebon Nanas Rp 10 juta, terus sudah selesai lunas tepat waktu terus sampai dapat pinjaman lagi yang sekarang Rp 40 juta satu hari cair," lanjut Rohani.

Dari belasan hingga puluhan perajin di lokasi ini hampir semua membeli perlengkapan reklame huruf timbul ke Rohani, sebab jika berbelanja sendiri mereka harus membuang waktu dan ongkos dengan selisih harga puluhan ribu rupiah.

Permintaan bahan mentah yang terus berdatangan membuatnya harus pandai mengelola keuangan, ia kini terbiasa untuk memilah uang yang masuk seperti menyiapkan stok bahan mentah lalu setelah itu ia sisihkan untuk membayar cicilan KUR sehingga selalu tepat waktu. Atas usahanya itu Rohani kini dapat memiliki rumah pribadi, kendaraan motor hingga mobil.

(hns/hns)

Hide Ads