Hari masih pagi namun kedua pekerja sudah sibuk melakukan tahapan akhir pada kerajinan tembikar di workshop Kaya Hutan, Bekasi. Perajin ini sebelumnya bukanlah seorang profesional melainkan eks pegawai di tempat pemilahan sampah kawasan Bantargebang yang kini beralih profesi.
Ria (40) dan Siti Marwah (28) bersyukur bisa beralih profesi sebab di pekerjaan sebelumnya mereka harus bergelut dengan sampah-sampah plastik yang bau, selain itu risiko kesehatan dan jam kerja yang menuntut mereka bekerja dari pagi hingga sore membuatnya memilih beralih.
"Sebelumnya di pengepul plastik, tugasnya sortir sesuai warna plastik terus sesuai level PE, HDPE, PC, PET. Perbedaan (sebelum dan sekarang) bau namanya di tempat sampah, kalau kotor sih sama cuma disini lebih enak jam berapa aja, bisa masak dulu di rumah nganterin anak sekolah dulu, kalau di sana kan nggak dari jam 8 pagi sampai 5 sore," cerita Siti sambil menyelesaikan pekerjaanya saat ditemui detikcom Jumat (7/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam membangun usaha ini Owner Kaya Hutan Khoirunisa Perwita Sari sama sekali tidak memiliki background dalam bidang kerajinan tembikar maupun desain interior, namun dengan keyakinannya ia kini dapat mengangkat derajat pekerja di sekitar TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantargebang untuk beralih profesi dan tak lagi berurusan dengan sampah serta bekerja dengan jam yang lebih fleksibel.
Wanita berusia 32 tahun yang akrab disapa Nisa ini merupakan lulusan teknologi industri IPB yang ketika lulus langsung bekerja di perusahaan konsultan IT Software hingga ia akhirnya memutuskan untuk resign tepat sebelum pandemi dan membuat usaha jual beli tanaman.
Penjualan tanaman hias kala itu memang sedang bagus-bagusnya, namun wanita yang akrab disapa Nisa sudah memprediksi bahwa hal ini hanyalah musiman sehingga ia mencari cara agar dapat bertahan. Nisa mendapat dapat ide untuk mencari nilai lebih dari sebuah pot tembikar yang ia kembangkan sendiri dengan desain kekinian.
Tepat sebelum Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Nisa sempat berkeliling Plered Purwakarta untuk mencari pengrajin agar dapat menentukan sendiri desain tembikar, kala itu ia berani untuk memberikan investasi untuk membeli oven kepada pengrajin untuk mempercepat produksi.
"Awalnya pas jualan pot saya blusukan nyari-nyari pengrajin yang ingin mencari modal untuk mengembangkan usahanya jadi kita kasih modal untuk oven dan bisa produksi banyak, jadi barangnya bisa kita pasarkan dan sesuai model yg kita inginkan," lanjut Nisa.
Namun pada fase itu nisa menemukan kendala, seperti bekerjasama dengan pengrajin yang tidak menepati janji meski uang sudah keluar cukup banyak. Namun ia memiliki prinsip yang baik akan kembali namun yang buruk akan tetap buruk. Usai menemui kesulitan Nisa langsung mencari cara agar dapat bertahan dan mengembangkan bisnisnya, beruntung saat itu ia menemukan pembinaan BRI melalui program Growpreneur by BRI.
"BRI sesungguhnya ibaratnya itu dia cahaya di tengah kegelapan, karena di awal 2020 itu kan kita benar-benar awam ya bisnis amatir lah karena kita bergerak berdasarkan pasion aja. Dari awal 2020 sampai 2023 pertengahan kita bingung cari akses pasar, masih bingung mengatur SDM nya seperti kendala 'kok dia kaya gini, kok pekerja tuh keluar masuk', nah dari situ kita butuh mentor tapi nggak pengen berbayar karena nggak terlalu banyak omsetnya kala itu. Jadi beruntung ketemu Growpreneur BRI," lanjut Nisa.
Saat masuk ke program itu Nisa lantas bertemu komunitas bisnis yang memiliki kesulitan yang sama, para pebisnis awam yang sama-sama ingin meningkatkan usahanya step by step dengan cara yang benar, setelah dari program itu Nisa lanjut mengikuti Rumah BUMN untuk ikut sejumlah pelatihan hingga masuk BRI Inkubator dan mendapat juara 4.
"Saat masuk ke dalam program Growpreneur itu mereka sangat mendukung pebisnis yang awam untuk gimana step-step yang benar, ada juga yang seperti saya kadung berada di tengah-tengah bisnis namun belum mengerti untuk melanjutkan usaha ke tahapan berikutnya. Ada juga Rumah BUMN yang memberikan pelatihan-pelatihan," lanjut Nisa.
Usai mendapatkan predikat Juara 4 BRI Inkubator Nisa mendapatkan hadiah yang cukup untuk menambahkan investasi oven sehingga mampu meningkatkan produksi tembikar dan juga meningkatkan semangat para pengrajin untuk dapat membuat kerajinan, sebab semakin banyak pesanan maka semakin banyak pengrajin yang dapat dikaryakan.
Untuk diketahui, karya-karya tembikar yang dibuat oleh Kaya Hutan dapat dipesan melalui sosial media dan juga dapat mengunjungi lokasi workshop Kaya Hutan di Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi dengan rentang harga mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 800 ribu. Dengan semakin berkembangnya usaha ini Nisa kini dapat meraup omzet Rp 50 hingga RP 100 juta perbulan.
Secara terpisah Pimpinan Cabang BRI Jakarta S Parman, Yogie H Nainggolan menyebut Rumah BUMN memiliki kedalaman lebih kepada UMKM mulai dari bagaimana UMKM melakukan shiftingdari usaha yang masih manual ke arah digital, pembukuan yang tertata rapi hingga melakukan packaging produk yang menarik. Semua peningkatan UMKM itu dikemasnya dengan cara pelatihan-pelatihan tanpa biaya.
"Rumah BUMN ini untuk mengupgrade UMKM dengan pelatihan-pelatihan. Ada literasi keuangan, sdm, pelatihan produksi sampai dengan bisnis matching banyak UMKM yang saat ini sudah punya produk namun belum dikemas dengan baik dan ada yang punya produk namun mempunyai masalah pada sisi pemasarannya," ucap Yogie saat ditemui detikcom di BRI KC Jakarta S Parman, Rabu (12/3/2025).
Untuk mengikuti pelatihan baik di Rumah BUMN ataupun program-program BRI seperti Growpreneur hingga BRI Inkubator, para UMKM dapat dengan mudah mendaftar melalui media sosial Rumah BUMN. Nantinya usai dinyatakan terdaftar, UMKM dapat mendapatkan 30 hingga 40 pelatihan dengan tingkat materi yang menyesuaikan pengetahuan UMKM.
"Untuk UMKM yang ingin ikut cukup mengakses baik itu melalui media sosial Rumah BUMN Jakarta di Instagram. Dalam satu bulan Rumah BUMN melakukan pelatihan antara 30-40 pelatihan tentunya UMKM tinggal menyesuaikan terkait dengan pelatihan dan materi tersebut, pelatihan yang diberikan itu bebas biaya. UMKM juga dipermudah untuk ikut pelatihan bisa secara offline atau online," tutup Yogie.
(hns/hns)