Sebuah ruang kreatif di sudut kota Yogyakarta bernama Joglo Ayu Tenan Makerspace menjadi magnet baru bagi komunitas kreatif, mahasiswa, hingga pelaku usaha mikro. Tempat yang dirintis Yayuk Soekardan ini sukses melahirkan produk-produk unik yang berhasil tembus pasar internasional, seperti Singapura dan Jepang.
Salah satu koleksi paling ikonik adalah kalung seri Gudeg Jogja yang berhasil mencuri perhatian di Singapore International Jewelry Expo pada 2021 dan 2022. Kalung yang dibuat saat pandemi ini didesain dengan detail telur, krecek, hingga tabik.
Tak berhenti di Singapura, Joglo Ayu Tenan juga melangkah ke Jepang. Di Osaka, mereka memamerkan produk berbasis budaya Jawa dengan sentuhan modern. Salah satunya perhiasan berbahan kulit dengan teknik patah sungging, teknik tradisional wayang kulit yang dikreasikan ulang menjadi aksesoris elegan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan kami menemukan, ternyata ada kesamaan kultur, sama-sama Asia. Mereka senang dengan sesuatu yang ramah lingkungan. Kemudian bisa dikenakan, applicable untuk wanita-wanita dan keluarga yang ada di Jepang," kata Yayuk saat ditemui di tempat usahanya, Yogyakarta, ditulis Rabu (1/10/2025).
Joglo Ayu Tenan aktif memproduksi aksesoris fesyen dan dekorasi rumah berbahan ramah lingkungan. Produk yang dihasilkan meliputi kalung, gelang, anting, hingga busana dari bahan pewarna alam tanpa polyester. Berkat konsistensi ini, Joglo Ayu Tenan mengantongi sertifikat Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE) dari Kementerian Pariwisata.
Saat ini Joglo Ayu Tenan mampu memproduksi hingga 500 pcs aksesoris per bulan bersama komunitas lokal. Awalnya, Joglo Ayu Tenan hanya menjadi tempat berkumpul para pengrajin perhiasan. Namun seiring waktu, ruang ini berkembang menjadi titik temu berbagai komunitas di Yogyakarta, mulai dari mahasiswa, pengrajin, hingga pelaku UMKM.
![]() |
Joglo Ayu Tenan memiliki beberapa area, antara lain workshop, ruang aktivitas, area display produk, hingga outdoor space yang digemari anak muda. Ada juga kafe hasil kolaborasi dengan pelaku usaha kopi muda.
"Kami berkolaborasi dengan dunia pendidikan, jadi lokasinya strategis, hanya 5 menit dari UGM," tambah Yayuk.
Tak hanya produksi, Makerspace juga menawarkan pengalaman wisata kreatif. Pengunjung bisa mencoba membuat perhiasan, membatik, hingga ecoprint melalui reservasi di Instagram atau WhatsApp. Konsepnya dikemas kekinian, seperti paket yang menawarkan merangkai gelang sambil menikmati kopi yang dilengkapi dengan tutorial.
"Kami kapasitasnya bisa sampai 500 produk sebulan ini dengan komunitas ini, dan kisaran (harga) itu dari Rp 75 ribu, tapi paling banyak di Rp 200 ribu sampai ada yang juga Rp 2 juta, bergantung jenisnya," terang Yayuk.
Selain itu, Makerspace juga memberdayakan ibu-ibu desa, artisan lokal, hingga penyandang disabilitas. Dukungan Bank Indonesia (BI) sejak 2019 lewat program mitra binaan turut memperkuat kapasitas produksi dan strategi ekspor.
"Pandemi membuat kami sadar tak bisa berjalan sendiri. Produk kami bukan sekadar barang, tapi membawa cerita, budaya, dan dampak sosial," jelas Yayuk.
Simak juga Video: Penjual Cerita Kini Pembeli Pilih Logam Mulia Ketimbang Emas Perhiasan