Eks Bartender Sulap Sampah Plastik Jadi Rupiah hingga Tembus Pasar Ekspor

Saatnya Jadi Bos

Eks Bartender Sulap Sampah Plastik Jadi Rupiah hingga Tembus Pasar Ekspor

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 01 Nov 2025 20:45 WIB
Eks Bartender Banting Setir Olah Sampah Plastik Tembus Pasar Ekspor
Eks Bartender Banting Setir Olah Sampah Plastik Tembus Pasar Ekspor/Foto: Dok. Pribadi
Jakarta -

Bagi mayoritas orang, sampah plastik hanyalah limbah yang mengotori lingkungan. Namun, di tangan Putu Eka Darmawan, tumpukan sampah plastik justru membuka peluang baru yang memberi manfaat ekonomi sekaligus lingkungan.

Sebelum berkecimpung di bisnis daur ulang, Eka merupakan seorang bartender di kapal pesiar internasional yang kerap sandar di Los Angeles hingga Miami, Amerika Serikat (AS). Enam tahun hidup di tengah laut membuatnya sadar bahwa bekerja jauh dari rumah tidak bisa dijalani selamanya.

Ia lalu memutuskan pulang ke Pulau Dewata untuk menjadi 'pemulung' sampah plastik. Rumah Plastik Mandiri didirikannya dengan modal awal Rp 25 juta sekitar tahun 2016. Tak hanya melihat limbah plastik sebagai sumber masalah, Eka melirik sisi potensial yang dapat dioptimalkan dalam bisnis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketemulah kalo konsep yang paling cocok untuk saya itu adalah di sampah plastik karena selain itu yang jadi sumber masalah, saya juga ngeliat potensi ke depannya itu ada. Jadi, di waktu itu saya udah bercita-cita mungkin suatu saat saya tuh bisa bikin produk sendiri, tapi saya harus belajar dari nol nih. Kalo saya ngambil kertas, dus, besi itu kan sepertinya pengolahannya itu lebih sulit ya daripada ngolah plastik, itu alasan utama kenapa saya milihnya plastik," ujarnya saat berbincang dengan detikcom, ditulis Sabtu (1/11/2025).

ADVERTISEMENT
Eks Bartender Banting Setir Olah Sampah Plastik Tembus Pasar EksporEks Bartender Banting Setir Olah Sampah Plastik Tembus Pasar Ekspor Foto: Dok. Pribadi

Bangun Kemitraan dengan Bank Sampah

Awalnya, ia hanya membeli limbah plastik dari pemulung untuk diolah yang hasilnya dijual lagi ke industri. Namun seiring waktu, ia membangun kemitraan dengan bank sampah dan TPS, agar masyarakat bisa menjual sampah plastik dengan harga yang lebih tinggi dan stabil.

Harga plastik yang semula hanya Rp 500-1.000 per kilogram (kg) bisa dihargainya hingga mencapai Rp 2.500. Bahkan jika melalui proses sortir lanjutan harganya bisa naik menjadi 2-3 kali lipat.

Kini, Rumah Plastik Mandiri mampu mengolah hingga 3 ton sampah plastik per hari. Hasilnya diubah menjadi bahan baku baru, produk kreatif, hingga material campuran untuk aspal.

Eka menjelaskan, Rumah Plastik memang memiliki beberapa fokus dalam operasionalnya demi meningkatkan nilai jual. Dua hal yang menjadi fokus, pertama produksi barang-barang olahan seperti gantungan kunci, medali, hingga produk furniture, kedua, menyuplai limbah plastik sebagai bahan campuran untuk aspal.

"Kita membuat jalur pengolahan kita sendiri untuk ngangkat harga, menstabilkan harga, jadi hilirisasi kita tuh ada satu, kita gunakan untuk bikin produk-produk olahan dari recycle plastik ya dimulai dari kecil-kecil lah, dari gantungan kunci, medali, menaik ke furniture abis itu sampai ke interior, dari bahan daur ulang," jelas Eka.

Produk Tembus Ekspor

Bahkan produk-produk buatan Eka telah berhasil menembus pasar internasional. Jepang, Spanyol, Malaysia, hingga Australia menjadi negara tujuan ekspor dengan permintaan yang beragam, mulai dari aksesori kecil hingga furnitur set meja dan kursi dari kombinasi plastik dan kayu jati.

Eka bercerita satu set meja dan dua kursi yang belum lama ini dijual ke Jepang dibanderol sekitar Rp 7,5 juta. Untuk produk kecil seperti gantungan kunci, ia menerapkan sistem minimum order agar bahan baku dan proses cetak bisa dimanfaatkan secara efisien.

"Contoh nih, yang paling baru itu adalah meja tamu, meja teras, itu di satu meja, dua kursi, itu kombinasi dengan jati, dia jadi plastik sama jati dikombinasi di sana main motif, dan semuanya itu kita keluar di angka Rp 7,5 juta untuk satu satu meja, dua kursi," terang Eka.

Kini, sebagian besar pesanan justru datang dari luar negeri. Nilai ekspor bulanan bisa mencapai antara Rp 50 juta hingga Rp 150 juta. Yang menarik, semua itu berjalan tanpa strategi pemasaran besar-besaran.

Eka mengaku baru punya Instagram tahun 2023 dan sebelumnya hanya mengandalkan mulut ke mulut. Eka kini mempekerjakan 15 orang dan melibatkan banyak mitra dari komunitas lokal. Ia menyebut, kesuksesan itu tidak datang dari keberuntungan, melainkan dari riset panjang yang penuh risiko dan biaya besar.

"Modal kami banyak terbakar di riset. Kami malah merancang dan membuat mesin sendiri, karena mesin daur ulang di pasaran tidak sesuai dengan karakter plastik di Indonesia," tuturnya.

Eks Bartender Banting Setir Olah Sampah Plastik Tembus Pasar EksporEks Bartender Banting Setir Olah Sampah Plastik Tembus Pasar Ekspor Foto: Dok. Pribadi

Ia bersama timnya merakit mesin pencacah, mesin pencuci, pengering, pelebur, hingga pencetak plastik. Semua dikerjakan bersama bengkel lokal yang awalnya menjadi rekanan, lalu bergabung menjadi bagian dari tim produksi Rumah Plastik Mandiri.

Eka sempat memberikan tips bagi siapa pun yang ingin berkecimpung di bisnis ini. Hal pertama yang dilakukan adalah datang langsung ke tempat pengolahan untuk melihat kondisi riil bisnis tersebut. Kedua, berbaur dengan masyarakat karena bisnis ini membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar.

"Kayaknya paling bagus itu harus datang ke tempat dulu deh aku pengin belajar aku pengin masuk ke bisnis sampah bayar daur ulang lebih bagus itu datang dulu ke tempatnya lihat bagaimana proses dan semuanya karena apa yang terlihat di sosmed itu rata-rata bohong jadi terkesannya itu mudah tapi itu sulit," tuturnya.

Eka meyakini plastik bukan melulu soal musuh, melainkan sumber daya yang belum dimanfaatkan dengan baik. Menurutnya, plastik tetap menyimpan potensi besar namun kurang terkelola dengan baik.

"Plastik ini sumber daya yang kita punya, yang jumlahnya hampir unlimited cuma selesai jadi abu di TPA atau dibuang dan mencemari lingkungan. Itu lebih baik potensi itu kita gunakan untuk sesuatu yang lebih berguna," tutup Eka.

Halaman 3 dari 2
(ily/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads