Putar Uang di Alat Pendidikan

Putar Uang di Alat Pendidikan

- detikFinance
Jumat, 25 Apr 2008 14:06 WIB
Jakarta - Kejeliannya membaca peluang pasar telah membawanya menjadi pengusaha pembuat alat peraga pendidikan yang sukses. Dengan membuat alat peraga berhitung, membaca-menulis, drama, olah raga kesehatan, kini Haula Toys sukses memutar uangnya.

Memulai usahanya dengan menjajakan buku edukatif lisensi Jerman, menjadi tonggak awal usaha Ummu Masmua'ah. Melalui bendera PT Haula Sejahtera, Ummu dikenal dalam pembuatan produk boneka reproduksi sebagai alat peraga untuk pendidikan sex.

Awalnya, usahanya dilakukan sambil menemani anaknya bersekolah dengan menawarkan produk ke sesama ibu-ibu yang mengantar anak-anaknya di sekolah. Walhasil ternyata permintaan berlanjut pada produk-produk alat peraga pendidikan seperti puzzle dan lain-lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disinilah otak bisnisnya jalan, hanya dengan bermodalkan uang Rp 400.000 dan bermitra bersama tukang kayu untuk Ummu membuat pesanan puzzle-puzzle. Ummu mulai menapaki bisnis ini sejak tahun 1998 dibantu dengan suami tercinta.

"Waktu itu saya mencari alat peraga pendidikan sulit, kalaupun ada produk Singapura dengan harga yang mahal," ujar ibu rumah tangga dengan 4 putri ini ketika ditemui detikFinance disela-sela pameran Inacraft di JCC, Jumat (25/4/2008).

Ummu mengaku untuk memulai usaha semacam ini tidaklah mudah. Ummu membutuhkan beberapa tahun untuk menghasilkan produk-produk yang beragam dan inovatif. "Bagi pemain baru tidaklah mudah, karena harus memulai dari membangun kepercayaan hingga menemukan pelanggan. Saya akui sekarang banyak juga yang bermain di bidang ini, tetapi itu kadang sebagai mitra saya juga," ujarnya.

Singkat cerita, kini Haul semakin menjadi terkenal dengan produk boneka reproduksinya sebagai alat peraga untuk pendidikan sex. Namun untuk yang satu ini, ia enggan cerita banyak karena trauma kasus penuntutan dari pihak pemesan boneka tersebut yaitu sebuah komunitas keluarga berencana.

"Awalnya mereka telah berkeliling untuk diminta dibuatkan boneka tersebut ke perusahaan lain, tetapi hanya saya yang bisa membuat boneka keinginan mereka. Saya sempat dituduh melanggar hak cipta mereka yang merupakan lisensi luar negeri," ungkap wanita lulusan IKIP Bandung Sastra Jepang
ini.

Waktu itu ia mendapat pesanan boneka reproduksi sebanyak kurang lebih 70 buah dengan harga Rp 150.000. Namun dengan adanya kasus itu, ia belum memutuskan untuk menerima orderan kedua dari
pihak yang sama.

Selain itu, kata Ummu, berbisnis membuat alat peraga pendidikan susah-susah gampang. Karena selain harus dituntut memiliki kemampuan berinovasi dalam membuat produk, diperlukan juga upaya meyakinkan dalam kualitas produk. Mengingat isu produk mainan yang berbahaya asal China yang merebak beberapa waktu lalu cukup menjadi catatan penting.

"Memang kita terkendala masalah mematenkan produk, karena kata pihak hak cipta untuk mainan itu sulit dipatenkan karena ada perubahan sedikit akan berbeda lagi. Untuk kualitas kita memakai produk cat yang sudah mendapat lisensi sucofindo," ungkap wanita berusia 37 tahun ini.

Terlepas dari itu, ia sangat optimistis prospek bisnis alat peraga pendidikan ke depannya sangat kinclong karena kata Ummu kebijakan pemerintah sekarang ini sangat mendorong sektor pendidikan. "Bisnis ini bagus terutama pemerintah sedang menggalakkan pendidikan usia dini, sepanjang itu pula pasarnya akan selalu ada," katanya.

Keyakinannya bukan suatu yang tidak beralasan, hingga kini Haula Toys kebanjiran pesanan dari berbagai pihak terutama instansi pemerintah seperti dinas pendidikan Jakarta yang sudah siap menampung berapapun yang diproduksinya, termasuk dari kalangan ritel dan lain-lain.

"Produk Haula sudah menjadi langganan program mobil pintar ibu Ani Yudhoyono untuk alat peraga sejak dua tahun lalu," ujar wanita berkacamata hitam ini.

Semakin ia dikenal oleh banyak kalangan membuat orderan yang mengantre kepadanya. Sampai-sampai Ummu mengaku kewalahan memenuhi permintaan dalam negeri. "Dalam negeri saja kita repot apalagi untuk ekspor," ungkapnya. Walaupun ada beberapa produknya yang telah diekspor ke luar negeri seperti Brunai dan Malaysia.

Melalui dua lokasi bengkelnya yang berada Citayam dan Cilincing, yang didukung oleh 25 karyawannya ia berhasil membukukan omzet hingga Rp 100 juta sampai Rp 150 juta. "Pertumbuhan bisnis saya hampir naik 100% setiap tahun," ucap Ummu.

Dari produk-produk yang ia hasilkan yang berjumlah ratusan jenis, jenis balok-balok umum paling banyak diminati pasar termasuk jenis puzzle. Dua alat ini masuk dalam kurikulum pendidikan dini disekolah-sekolah sehingga laris.

Harga yang termurah produk buatannya untuk jenis puzzle yaitu seharga Rp 5.000 sedangkan yang paling mahal adalah jenis rumah barbie ukuran besar yang dibandrol Rp 3 juta."Apa yang diminta pasar maka kita buat, jadi pelanggan puas maksimal paling telat dua minggu, itu artinya ada kapastian bagi pelanggan," ujar Ummu membuka rahasia kunci suksesnya.

Soal keuntungan dari omzetnya yang mencapai Rp 100-an juta perbulan, ia bisa meraih keuntungan 20% hingga 30%. Semua bahan baku yang ia peroleh berasal dari muatan lokal terutama bahan baku kayu yang biasa ia dapat dari bekas peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.

Ummu mengaku sekarang ini banyak mendapat tantangan termasuk dalam hal tawaran dari pihak kedua untuk melakukan perdagangan konsinyasi. "Banyak toko yang minta tapi saya enggak berani untuk pakai sistem konsinyasi, kita pakai prinsip ada uang ada barang," imbuhnya.

Bahkan sudah banyak kalangan yang menawarkan kepadanya untuk mewaralabakan bisnisnya ini, tetapi kembali lagi, ia masih enggan untuk melakukannya.

Ada satu yang belum bisa capai, yaitu ia berkeinginan membuat buku mengenai panduan pendidikan alat peraga disertai keterangan lengkap agar semua orang bisa mengerti apa itu alat peraga pendidikan.

"Ke depan kita inging punya image sebagai pihak yang menjembatani bagi orang yang belum tahu alat peraga pendidikan dengan membuat buku khusus alat peraga. Insya Allah Maret 2009 kita luncurkan," ucapnya.

Semoga kisah Ummu bisa menjadi inspirasi berusaha.

(hen/ir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads