"Dalam bedah buku Ibnu Sutowo "Saatnya Saya Bercerita" kita mengenal kembali siapa beliau, jasa-jasanya yang besar dan bisa memberi semangat kepada kita semua, dengan motto hidup Pak Ibnu yang terkenang "belajar sambil bekerja, bekerja sambil belajar," kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir, dikutip Minggu (30/12/2012).
Dalam buku Ibnu Sutowo, yang berjudul "Saatnya Saya Bercerita", Ibnu lahir tahun 1914, anak dari seorang Wadena (Bupati) di Grobogan, Jawa Tengah. Ia termasuk golongan Priyai berlatar belakang feodal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Ibnu ikut terlibat dalam ketentaraan, dimulai dari Jawatan Kesehatan tentara, sampai diangkat sebagai Kepala staf Sub Komando Sumatera Selatan, hingga diangkat sebagai Asistan IV KSAD Kool. A.H Nasution. Ia ditugaskan untuk mengelola minyak nasional yakni Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU).
Ibnu yang dahulunya dokter, kemudian tentara lalu menjadi seorang Kolonel Perminyakan. Dalam usia 43 tahun pada akhir 1957 Ibnu diangkat menjadi Direktur Utama Perusahaan Tambang Minyak RI (PTMRI) di Pangkalan Brandan yang kemudian menjadi PT Pertamina Minyak Nasional.
Disinilah, Ibnu begitu dekat dengan dunia politik, langsung berhubungan dengan Presiden Soeharto dan para menteri-menteri di zaman Orde Lama.
Dekat dengan kekuasaan, Ibnu mendapat berbagai tudingan termasuk korupsi terbesar dalam sejarah PT Pertamina dan hingga akhirnya 'dilengserkan' dari Dirut Pertamina oleh Presiden Soeharto pada waktu itu.
(rrd/hen)