Sebab krisis ekonomi dan keuangan semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia. Bahkan negara memiliki kekuatan ekonomi besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa juga tidak luput dari ancaman krisis tersebut.
“Pemerintah perlu mengembangkan early warning system (EWS) agar bisa mendeteksi lebih awal potensi terjadinya krisis,” kata Prof Dr Sri Adiningsih dalam pidato pengukuhan guru besar ekonomi di Balai Senat, UGM, Senin (19/8/2013).
Dia mengatakan negara dengan ekonomi terbuka seperti Indonesia perlu mengembangkan sistem peringatan dini agar bisa mendeteksi lebih awal potensi akan terjadinya krisis. Dengan adanya EWS, dia berharap otoritas keuangan maupun pelaku ekonomi bisa mengantisipasi dan mengambil respon agar dapat menghindari krisis ekonomi.
Menurutnya, ekonomi Indonesia saat ini tidak luput dari dampak krisis keuangan global. Restrukturisasai pasar keuangan yang dijalankan Indonesia pada saat mengatasi krisis tahun 1998 telah memperkuat daya tahan sistem keuangan.
"Meski saat ini rupiah terdepresiasai, pasar modal jeblok, Ekspor turun dan pertumbuhan ekonomi pada akhirnya juga terpangkas," kata Nining panggilan akrabnya itu.
Dia mencontohkan negara seperti China, Jepang dan Amerika Latin yang berhasil lolos dari krisis dan berhasil membangun ekonomi berkelanjutan. Mereka berhasil melakukan reformasi ekonomi.
"Indonesia harus mampu melakukan modernisasai ekonomi dengan cara meningkatkan daya saing internasional agar bisa bersaing di tingkat ASEAN dan Asia," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan pasar tenaga kerja yang kaku dan efisien perlu dibenahi agar bisa mendukung kemampuan daya saing global. Otoritas ekonomi juga perlu mendorong efisiensi di pasar barang dan keuangan. Teknologi informasi yang memadai yang mampu mendukung perkembangan dunia usaha.
"Paling tidak dalam 5 tahun ke depan, pemerintah fokus memberikan prioritas peningkatkan daya saing internasional, sehingga butuh dukungan politik dan anggaran untuk memanfaatkan pembukaan pasar dengan maksimal," katanya.
(bgs/ang)