"Kita nggak mau bersaing dengan produk lain yang dari sisi harga. Kita bersaing dari sisi inovasi," kata mantan Presiden Direktur Utama IBM Indonesia ini saat berkunjung kantor detikcom, Kamis (13/6/2014).
Saat ini Philips memiliki 2 pabrik di Indonesia yaitu di Surabaya yang khusus memproduksi produk-produk lampu, dan satu pabrik lagi di Batam, Riau yang khusus memproduksi Consumer Lifestyle.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan, pada era awal tahun 2000-an sempat ada fenomena banjir sepeda motor asal Tiongkok. Namun karena kualitasnya kurang baik, maka konsumen beralih ke produk-produk Jepang.
"Awalnya memang mempengaruhi, namun produk-produk itu kualitasnya tak bisa dipertanggungjawabkan," katanya.
Pihak Philips sempat melakukan pengujian terhadap produk-produk lampu impor segmen murah. Ternyata terungkap, tingkat keakuratan daya lampunya tak sesuai dengan label yang tertulis di dalam kemasan.
"Misalnya diklaim 18 watt, setelah dicek alat ukur tapi nggak sama. Kalau kita klaim 7 watt, ya hasilnya sama, soalnya kita tak mau bertaruh soal kepercayaan konsumen," katanya.
Suryo menambahkan kini, produk lampunya tetap bertahan dan berkembang di pasar dalam negeri. Bahkan ia mengklaim pangsa pasar lampu Philips lebih dari separuh pasar yang ada di Indonesia. Selain itu, kontribusi bisnis dari produk lampu untuk Philips Indonesia masih lebih besar dibandingkan produk kesehatan dan produk konsumer.
"Market share kita di lampu sampai 60% dan paling dikenal karena maklum dipakai semua lapisan masyarakat," katanya.
Sebagai petinggi baru di Philips Indonesia, ia menargetkan bisa meningkatkan bisnis di luar lampu. Tiga sektor bisnis yang digeluti Philips di Indonesia yaitu Consumer Lifestyle, Lighting dan Healthcare.
"Kita punya misi menyeimbangkan kontribusi dari 3 jenis produk kita," katanya.
(hen/ang)