Selain jenjang karir yang lebih menjanjikan, Subakir menyebut kesejahteraan di lingkungan KAI kini sudah sangat baik. Jauh berbeda dibandingkan dulu saat dia baru masuk di KAI pada 1983.
"Waktu saya jadi Kepala Stasiun, punya sepeda motor masih nyicil. Sekarang level Kepala Stasiun bisa nyicil mobil," kata Subakir saat ngobrol santai bersama detikFinance di Kantor Pusat KA Log, Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (24/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jabatan seperti saya, besok beli motor, bisa. Kalau mobil, cicil mobil lumayan mewah setahun selesai," ujarnya.
Jika ditarik mundur, kehidupan Subakir relatif prihatin. Saat mulai berkarir di KAI pada 1983, Subakir hidup terbilang pas-pasan bahkan kekurangan.
Untuk menutupi kekurangan penghasilan dan memenuhi kebutuhan dapur, Subakir sempat nyambi menjadi tukang listrik. Kerja sampingan dijalani selama belasan tahun.
Saat menjadi penjaga palang pintu kereta, gaji Subakir adalah Rp 23.000 per bulan sementara biaya hidup di atas itu. Kini, penjaga palang pintu hingga petugas langsir kereta bisa gajian bersih minimal Rp 5 juta per bulan.
"Anak sekarang nggak kredit untuk beli motor. Mereka mampu beli, 4-5 kali gajian terpenuhi. Itu yang pelaksana bahkan sejenis masinis bisa gajian Rp 9 juta," ujarnya.
(feb/hds)