Mochtar mengisahkan, kebiasaannya bermain judi dimulai saat masa pendudukan Jepang yakni saat dirinya harus ikut dalam kewajiban jaga malam. Dari situlah dirinya ikut bermain judi yang berujung pada habisnya harta benda peninggalan kedua orang tuanya.
"Umur 11 tahun saya sudah nggak ada papa dan mama, saya harus usaha buat usaha sendiri. Saat zaman Jepang saya terpaksa dapat giliran ikut, ikut berkumpul dengan orang-orang yang ajak saya berjudi kartu. Di awal-awal, saya senang karena bisa menang dari orang dewasa, ternyata saya ditipu," kenang Mochtar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai barang-barang di rumah diambil, kalahnya lebih besar daripada menangnya. Karena utang jadi nggak berani pulang ke rumah," kata pria yang memiliki nama dalam bahasa Hokian, Li Moe Tie ini.
Dari pengalaman pahitnya itulah yang mendorong dirinya menjauhi bisnis judi dan usaha lainnya yang terkait dengan judi.
"Saya dapat pengalaman dari judi itu begitu jahat. Seumur hidup sampai sekarang saya tidak berani lagi berjudi, bahkan yang sifatnya judi pun saya tidak berani, karena saya tahu itu tidak benar. Karena selama kecil saya pernah alami kesulitan dan penderitaan yang demikian," tutupnya. (hns/hns)