Ken Dwijugiasteadi: Dirjen Pajak, Musik, dan Raisa

Ken Dwijugiasteadi: Dirjen Pajak, Musik, dan Raisa

Maikel Jefriando - detikFinance
Kamis, 14 Apr 2016 08:01 WIB
Ken Dwijugiasteadi: Dirjen Pajak, Musik, dan Raisa
Foto: Maikel Jefriando
Jakarta - Ken Dwijugiasteadi akhirnya dilantik sebagai Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) oleh Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, pada 1 Maret 2016. Ken menggantikan posisi Sigit Priadi Pramudito yang beberapa bulan sebelumnya mengundurkan diri.

"Ini semua gara-gara media sosial," ungkap Ken saat ditanyakan alasan dirinya mengambil posisi Dirjen Pajak kepada detikFinance, dalam sebuah sesi wawancara di kantornya, Jakarta, beberapa hari lalu.

Sembari bercanda, Ken menjelaskan, saat dipercaya menjadi pelaksana tugas (Plt) Dirjen Pajak, banyak permintaan di media sosial agar statusnya dicabut. Dalam waktu yang tidak terlalu lama ternyata Menkeu atas izin Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengamini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Akhirnya kan dicabut, dicabut status Plt-nya. Makanya jadi Dirjen Pajak," imbuhnya.

Perjalanan Ken untuk sampai di posisi sekarang ternyata cukup panjang. Ken menyelesaikan studi Strata 1 (S1) di Universitas Brawijaya, Malang pada 1982 dengan nomor register 2451. Jurusan yang dipilih adalah akuntansi.

Dari awal, Ia tidak membayangkan akan berseragam pegawai negeri sipil (PNS) di Ditjen Pajak. Ken mengaku bahkan tidak ada minat yang terlalu berlebihan terhadap dunia perpajakan.

Akan tetapi selepas lulus, Ken mencoba peruntungan untuk mengikuti tes pada dua instansi. Adalah yang pertama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan kedua Ditjen Pajak. Kedua instansi ini menyatakan Ken lulus.

BPKP menjadi pilihan pertama, namun karena penempatannya di Palu (Sulawesi Tengah), Ken langsung balik kanan. Ia lebih memilih menjadi pegawai pajak yang berlokasi di Jakarta.

"BPKP kan ditaruh di Palu. Ah, nggak usah. Pajak saja di Jakarta," sebutnya.

Dari situ, perjalanan karir Ken dimulai. Sisi keilmuannya diperdalam dengan melanjutkan S2 di dua negara, yakni Colorado University, Amerika Serikat untuk jurusan database manajemen pajak dan Erasmus University, Belanda untuk jurusan audit pajak.

Ken enggan mencari profesi lain. "Nggak lah. Susah kalau sudah di pajak. Mau kerja apa, nggak bisa," jelasnya.

Musik

Di luar profesinya, Ken ternyata adalah pemerhati musik yang luar biasa. Pergelaran Java Jazz tidak pernah sekalipun Ia lewatkan sejak dilangsungkan pertama kali di Jakarta.

"Java jazz setiap tahun nonton. Saya sama keluarga, anak-anak ikut," kata Ken.

Tanpa disangka, Ken bahkan mengenal nama-nama baru seperti Raisa dan Isyana Sarasvati. Subjektif, Ken lebih menyukai Raisa. Alasannya cukup sederhana, bukan karena urusan kualitas vokal dan lagu, tapi soal senyuman.

"Isyana, saya suka, tapi dia nggak bisa senyum. Mendingan Raisa," jelasnya.

Bukan hanya itu, semasa mudanya, Ken ternyata adalah seorang anak band. Alat musik yang dimainkannya yaitu bass. Rambut gondrong menjadi identitasnya karena genre musik yang dimainkan adalah rock.

Sekarang, masa muda itu ternyata masih dipelihara. Ken mengaku memiliki studio mini untuk bermain bersama keluarga. Lagu berjudul Uprising dari Muse masih menjadi andalannya.

"Sampai sekarang saya suka lagunya muse. Uprising," tukasnya. (mkl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads