Salah satu perusahaan bisnis yang tersebar di seluruh Filipina adalah Ayala. Kerajaan bisnis Ayala adalah milik salah satu konglomerasi terbesar di Filipina dan keluarga yang paling konsisten masuk dalam daftar orang terkaya di Filipina.
Pembangkit tenaga listrik yang mereka dirikan telah mengoperasikan berbagai bisnis yang juga mereka dirikan sendiri. Mulai dari real estate, proses bisnis outsourcing, telekomunikasi, layanan keuangan, beberapa infrastruktur, dan banyak lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Forbes, Jumat (9/11/2018), kekayaan Jaime Augusto Zobel de Ayala II mencapai US$ 4 miliar atau setara Rp 60 triliun (kurs Rp 15.000). Jumlah tersebut menempatkan Jaime Zobel de Ayala sebagai orang terkaya ke-4 di Filipina.
Pria kelahiran 6 Maret 1959 di Manila, Filipina tersebut memang bukan berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ayahnya, Jaime Zobel de Ayala I, adalah presiden Ayala Corporation sebelumnya.
Sementara kakeknya mengawali tentakel bisnis Ayala Group dari penyulingan wine sampai akhirnya bisa berkembang ke bisnis lain seperti perbankan, real estate, hotel, telekomunikasi sampai pendidikan.
Namun di keluarganya, Jaime dididik agar menjadi manusia yang gigih. Buktinya Jaime tampak begitu tertarik menekuni ilmu manajemen bisnis.
Jaime belajar di Ateneo, salah satu universitas di Manila dari 1966 hingga 1968. Dia juga mendapat gelar di bidang ekonomi, dari Harvard pada tahun 1981, dan MBA dari Harvard Business School pada tahun 1987.
Meski hanya tinggal mempertahankan kekayaan, Jaime menjelaskan kehidupan berbisnis dengan tidak mudah. Awalnya, Jaime ditugaskan bergabung dengan Purefoods, yang merupakan bagian dari Grup Ayala.
Namun, setelah beberapa tahun bekerja, pada tahun 1995, ayahnya harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Chief Executive Officer hingga Jaime mengambil alih sebagai CEO baru.
Di bawah masa jabatannya, Ayala melanjutkan untuk membuat usaha besar, termasuk Globe Telecom, yang merupakan salah satu investasi paling berisiko di Ayala Group.
Sejumlah investasi yang dilakukannya dengan modal besar gagal karena pada saat itu industri telekomunikasi masih berkembang pada saat itu. Namun, dari perjalanannya selama belajar di beberapa negara di dunia, dia mengaku bisa lebih paham mengenai kendala bisnis pada awal saat perkembangan bisnis dimulai.
Meskipun beberapa usaha bisnis mereka gagal, Ayala Group tetap bertahan dan hasilnya terbayar. The Ayala Corporation masih merupakan magnet kuat untuk investor lokal dan asing bersama dengan duet Jaime dan Fernando Zobel de Ayala.
Melihat perkembangan wilayah di negara maju, membuat ia satu tahap lebih tahu mengenai strategi perkembangan bisnis yang harus dijalankan di Filipina yang saat ini masih menjadi negara berkembang.
Karena keuletan dan kegigihannya, Jaime Augusto Zobel de Ayala II menjadi salah satu konglomerat paling berpengaruh di Filipina. (eds/ang)