Hari ini, CEO Mayapada Group tersebut pun datang lagi ke kamp pengungsian Suriah di Azraq, Yordania. Kedatangannya kali ini didampingi sang istri, Rosy Tahir serta anak laki-lakinya, Jonathan Tahir. Tak hanya itu, menantu dan cucu juga ikut dalam rombongan.
Sebagai seorang pengusaha sukses, Tahir memang sangat dikenal filantropis. Dia merupakan seorang dermawan yang tak segan menyumbangkan sebagian hartanya atas nama kemanusiaan. Sudah tak terhitung berapa jumlah sumbangan yang ia berikan pada orang-orang tak mampu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kehidupan Tahir di masa kecil dipenuhi dengan rasa minder karena hidupnya yang miskin. Bahkan, rasa minder itu terus ia simpan ketika menjadi menantu orang kaya, Mochtar Riady, hingga berumur 40 tahunan.
Walau memiliki rasa minder yang terus ada di dalam hati, namun Tahir mengaku tidak pernah menyerah untuk berusaha. Di dalam hatinya, Tahir terus percaya agar bisa merubah nasibnya menjadi orang yang sukses.
Selama bertahun-tahun,Tahir mengaku banyak mengalami jatuh bangun dalam setiap usaha yang dijalaninya. Berkat kerja keras dan keteguhan hatinya, akhirnya Tahir bisa membuktikan bahwa dia mampu untuk merubah nasibnya dari seorang anak penyewa becak yang miskin hingga menjadi konglomerat ternama Indonesia.
Dia pernah memiliki cita-cita menjadi dokter. Namun Tahir harus gagal mencapai cita-citanya karena saat itu ayahnya jatuh sakit dan tidak mampu membiayai kuliahnya tersebut.
Ia juga pernah mendapatkan beasiswa di sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura. Meskipun ia gagal menjadi dokter, Tahir mendirikan sebuah rumah sakit Mayapada, setelah ia mendirikan Mayapada Group pada Tahun 1986.
Terlepas dari itu semua, Tahir kini merupakan seorang pengusaha sukses, investor, sekaligus pendiri Mayapada Group yang sukses berkiprah sejak puluhan tahun. Saat ini, Tahir juga menduduki posisi sebagai orang terkaya nomor 4 di Indonesia dengan harta mencapai harta US$ 4,5 miliar atau Rp 63 triliun (kurs Rp 14.000).
(fdl/fdl)