Kisah hidup Ciputra tertuang dalam biografinya The Passion of My Life karya Alberthiene Endah. Dalam buku itu diceritakan, pada 1951 Tjie Tjin Hoan sangat kegirangan mendapat kabar di mana Pemerintah Pemerintah Kota Manado meminta sekolahnya SMA Don Bosco untuk mengizinkannya bergabung dengan kontingen Sulawesi Utara. Ia diminta untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) II di Lapangan Ikada, Jakarta.
Di tingkat SMA di Sulawesi Utara, Tjin Hoan memang dikenal sebagai jago lari jarak menengah. Spesialisasinya adalah lari 800 meter dan 1.500 meter.
"Bukan main! Ke Jakarta!" Tjin Hoan yang kini lebih dikenal sebagai Ciputra mengutip buku itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau tak sempat lagi memulihkan stamina, Tjin Hoan dan teman-temannya bertanding penuh semangat. Tjin Hoan lolos dari kualifikasi dan menembus babak final di nomor lari 800 meter dan 1.500 meter. Meski sudah berusaha mati-matian, dia gagal membawa pulang medali.
Tapi, ia tak kecewa. Dia tetap pulang dengan kepala tegak. Apalagi dia menikmati betul perjalanan ke Ibu Kota Jakarta saat itu, terutama saat diundang Presiden Soekarno ke Istana Merdeka.
"Anak muda miskin ini bisa berada di dalam Istana. Saya memandang setiap sudut Istana Merdeka dengan takjub," katanya.
Untuk kali pertama di Istana Merdeka itulah Tjin Hoan mengenal yang namanya Coca-cola.
"Saat menenggaknya, saya merasakan sensasi yang luar biasa," sambungnya.