Kisah Korban Perang Dunia II yang Kini Jadi Raja Ritel di Australia

Kisah Inspiratif

Kisah Korban Perang Dunia II yang Kini Jadi Raja Ritel di Australia

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 03 Jun 2021 08:00 WIB
Ilustrasi Orang kaya
Ilustrasi Orang Kaya. Foto: Getty Images/iStockphoto/Chalirmpoj Pimpisarn
Jakarta -

Frank Lowy merupakan salah satu orang terkaya di Australia. Bersama tiga anaknya, dia berhasil merajai bisnis ritel melalui Westfield Grup.

Westfield Grup merupakan perusahaan yang didirikan Lowy dan kini menjadi bisnis yang menggurita di Australia. Mengutip laman resmi lowyinstitute.org, pusat perbelanjaan itu berdiri pertama di Sydney pada 1959.

Berkat bisnis itu Lowy menjadi orang kaya. Mengutip Forbes, Kamis (3/6/2021), kekayaannya mencapai US$ 5,2 miliar atau setara dengan Rp 74,16 triliun (kurs Rp 14.262).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di balik kesuksesannya itu, siapa sangka Lowy dulunya merupakan korban dan pengungsi perang dunia II asal Eropa yang datang ke Australia.

Saat perang terjadi, ayah Lowy hilang dan ia tak bertemu dengan orang tuanya. Akhirnya ia harus pindah ke Budapest, Hungaria untuk menghindar dari penangkapan Nazi dan polisi rahasia di sana.

ADVERTISEMENT

Menjadi pengungsi bukanlah hal yang menyenangkan untuk siapapun termasuk Lowy. Merasa kesepian di kamp pengungsian pasti dirasakan.

Pada 1946 Lowy berhasil mendarat di Prancis dan mulai berpindah ke Sde Ya'akov bersama dengan Haganah dan Golani Brigade saat perang Arab-Israel. Kemudian pada 1952 Lowy sampai di Australia dan memulai bisnis pengiriman barang kecil-kecilan.

Nah pada 1953 Lowy bertemu dengan sesama imigran Hungaria bernama John Saunders dan ini merupakan cikal bakal bisnis Westfield Development Corporation. Secara bertahap mereka mulai memperluas pusat perbelanjaan di Australia dan Amerika Serikat (AS).

Dia mengubah nama menjadi Westfield Grup. Pada 1987 Saunders meninggalkan perusahaan dengan menjual seluruh sahamnya. Lowy tetap gigih, ia membawa perusahaanya ke Selandia Baru dan Inggris untuk melebarkan sayap.

"Jangan menyerah, orang tidak mengerti perjuangan anda. Apa yang anda hadapi, tapi anda harus menemukan cara untuk maju. Jalan itu harus memutar, mencari arah dan banyak rintangan anda harus yakin sangat kuat dan akan berhasil, kalau tidak anda akan tergilas," ujar Lowy.

Bersama ketiga anaknya, David, Peter dan Steven dia juga mendirikan sebuah perusahaan investasi yang diberi nama Lowy Family grup yang saat ini sudah berada di tiga tempat yakni New York, Los Angeles dan Sydney. Sebagai ayah, ketiga anak Lowy menganggap dirinya sebagai 'ketua geng' yang benar-benar mengarahkan dan mengajarkan tentang bisnis keluarganya.

Selain menjalankan bisnis pusat perbelanjaan, Lowy kini juga aktif di lembaga independen yang mempelajari masalah utama terkait keamanan nasional Israel dan Timur Tengah. Selain pria kelahiran Slovakia 88 tahun lalu ini juga gemar ikut serta dalam kegiatan filantropis.

Hal ini karena ketiga putranya memiliki penyakit mata yang tak bisa disembuhkan. Akhirnya ia mendirikan sebuah lembaga internasional untuk meneliti penyakit-penyakit tersebut.

(aid/das)

Hide Ads