Kisah Miliuner dari Pati, Dulu Miskin Sampai Makan Telur Dibagi 8

Kisah Inspiratif

Kisah Miliuner dari Pati, Dulu Miskin Sampai Makan Telur Dibagi 8

Tim detikcom - detikFinance
Rabu, 23 Jun 2021 11:42 WIB
Witjaksono
Foto: Instagram: @maswitjaksono
Jakarta -

Rezeki orang sudah diatur oleh sang pencipta, begitu juga nasib seseorang. Siapa sangka ada anak buruh yang kini jadi pebisnis dengan aset triliunan rupiah.

Hal ini dialami langsung oleh pria asal Pati, Witjaksono. Witjaksono adalah pebisnis yang memiliki puluhan perusahaan. Ia juga ditunjuk sebagai ketua Serikat Nelayan Nahdalatul Ulama (SNNU) yang ditunjuk langsung oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Melihat kesuksesannya saat ini, siapa yang sangka kalau dulunya Witjaksono adalah seorang anak buruh dan pembantu yang hidup jauh dari kehidupan glamor. Sang ibu bekerja di sebuah pabrik kacang yang kerjanya mengangkut karung seberat 50 kg.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya itu dari keluarga enggak punya. Jadi ibu saya itu buruh di pabrik kacang. Pabrik kacang yang selama ini terkenal mereknya," ungkap Witjaksono dilihat Hai Bunda dari kanal YouTube Coach Yudi Candra pada Selasa (22/6/2021).

"Ibu saya yang perawakannya kecil, ibu saya ngambil karung. Karungnya itu yang ukurannya 50 kg gitu, dipanggul di atas punggungnya beliau gini," sambungnya lagi.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, ayah Witjaksono adalah seorang pegawai negeri golongan 2A. Tugas sang ayah adalah mengantar surat dan menyapu halaman.

"Bapak saya pegawai negeri. Pegawai negeri golongan beliau sampai pensiun itu grade nya cuma 2A kalau enggak salah. Pekerjaannya itu cuma nganterin surat sama nyapu di kantor. Jadi ngelap-ngelap. Ya, mungkin semacam OB, lah," ungkap Witjaksono

Tak hanya itu, bungsu dari enam bersaudara ini mengaku pernah kesulitan saat akan makan. Ia hanya makan dengan nasi, kecap, dan kerupuk. Saking susahnya, ia juga pernah makan dengan telur yang dibagi delapan, lho.

"Setiap hari kita tuh makan ya, Bro, memakai telur saja itu sudah bonus. Jadi setiap hari saya makannya nasi, dikasih kecap atasnya, sama kerupuk," imbuhnya.

"Satu telur itu dibagi delapan. Karena kita berenam, saya anak paling kecil. Kita berenam, bapak sama ibu (jadi) delapan. Itu pun masih ada keluarga kami yang dari kampung yang kita ajak datang ke tempat kita untuk sekolah,"

Dengan satu telur yang dibagi delapan, Witjaksono mengaku sang Bunda tidak pernah mengambil jatahnya. Ia memberikan jatahnya kepada seorang keluarga yang menumpang di rumahnya.

Witjaksono mengatakan memakan daging ayam adalah sebuah kelangkaan. Ia dan keluarga hanya memakan daging ayam setahun sekali saat Lebaran. Karena itu, ia selalu merasa rindu dengan suasana kumpul bersama saat Lebaran.

Pria 40 tahun itu ternyata sudah mencari uang sendiri sejak usianya menginjak 6 tahun. Klik di sini untuk membaca halaman berikutnya.




(ang/ang)

Hide Ads