Siapa tak kenal Hartono bersaudara? Dalam daftar orang terkaya di Indonesia tahun 2022 lalu, kakak beradik ini menduduki posisi puncak orang paling tajir se-Indonesia. Bahkan dalam kawasan Asia Tenggara, kakak beradik Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono juga menduduki posisi puncak.
Melansir dari Forbes, total kekayaan Robert dan Michael Hartono tahun ini tercatat sebesar US$ 47,7 miliar atau setara dengan Rp 744,12 triliun (bila dihitung dengan kurs Rp 15.600/dolar AS).
Dalam beberapa tahun terakhir, Hartono bersaudara sendiri telah menduduki posisi pertama orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Diketahui bahwa mereka telah berada di puncak daftar ini setidaknya selama 14 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2021 misalnya, kekayaannya mereka mencapai US$ 42,6 miliar atau Rp 664,56 triliun. Sedangkan pada 2020 saat ekonomi tertekan akibat covid-19, Forbes mencatat kekayaan mereka masih bisa mencapai US$ 38,8 miliar atau Rp 605,28 triliun.
Adapun sumber kekayaan keluarga keturunan Tionghoa yang lahir di Jawa ini merupakan pemilik PT Djarum atau Djarum Group, sebuah konglomerasi yang menggarap banyak sekali lini usaha di berbagai bidang. Meski demikian, perjuangan keduanya untuk meraih apa yang sudah dimiliki saat ini bukanlah hal yang mudah.
Berdasarkan catatan detikcom, keduanya ditinggal ayah mereka (Oei Wie Gwan) pada usia yang cukup muda, yakni 23 dan 24 tahun. Sejak saat itu pula usaha pabrik rokok kretek bernama Djarum yang telah dijalankan sejak 21 April 1951 oleh ayah mereka harus mereka pegang sendiri.
Tak hanya ditinggal ayahnya, mereka berdua juga harus melanjutkan perjuangan PT Djarum dengan kondisi mengenaskan. Pabrik rokok tersebut terbakar di tahun yang sama dan meninggalkan PT Djarum dalam kesulitan keuangan.
Hartono bersaudara pun melanjutkan usaha pabrik rokok yang ada di kota Kudus, Jawa Tengah tersebut pada masa mudanya. Berkat naluri bisnis dan ketekunan mereka, Hartono bersaudara akhirnya berhasil membawa perusahaan ini ke posisi yang lebih bergengsi sebagai salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia.
Pada tahun 1970-an, Djarum sukses menjadi salah satu pemasok rokok cengkeh terbesar di dunia. Pada tahun 1972, Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.
Djarum terus mendulang kesuksesan melalui bisnis tembakau sebelum akhirnya mengalami masa suram saat krisis keuangan 1998. Setelah krisis keuangan Asia pada tahun 1998, Hartono bersaudara melirik peluang pada bisnis lain dan akhirnya membeli sebagian saham Bank Central Asia (BCA) bersama dengan Grup Lippo saat itu.
Keluarga Hartono membeli saham di BCA, setelah keluarga kaya lainnya, Salim, kehilangan kendali atas bank itu selama krisis ekonomi Asia 1997-1998. Lantaran kinerja terus memberikan hasil positif, Djarum pun menambah porsi kepemilikan di bank terbesar di Indonesia tersebut hingga akhirnya kini memiliki porsi saham mayoritas.
Tak hanya merambah bisnis perbankan, Hartono bersaudara juga merambah sektor lainnya seperti peralatan elektronik, properti, perkebunan hingga teknologi informasi dan game online. Kedua bersaudara itu seolah memiliki dorongan yang tak ada habisnya untuk mencapai kesuksesan dan tidak takut menjangkau wilayah bisnis baru.
Mereka menciptakan merek produk elektronik bernama Polytron, yang sempat dikira sebagai merk asing, bukan lokal. Kemudian, Michael dan Budi Hartono juga membangun kantor e-Commerce agar mereka dapat mengikuti tren bisnis online yang terus meningkat.
Mereka juga membangun Global Digital Prima Venture, yang kemudian berhasil memperoleh Kaskus, salah satu forum online terbesar di Indonesia. Bisnis lain seperti agribisnis dan pertambangan adalah bukti dari naluri bisnis dan fleksibilitas mereka.
Selama lima tahun terakhir, Djarum Group telah bergerak ke sektor ritel online yang tumbuh cepat, mengakuisisi Kaskus, Infokost, Blibli, hingga Bolabob, Mindtalk, DailySocial, Kincir, dan Opini. Grup ini juga memiliki saham pengendali di agensi pemasaran digital Merah Cipta Media. Hartono bersaudara juga memiliki investasi di startup game Razer di Singapura.
(fdl/fdl)