Hidup Bustamam tidaklah mudah sedari kecil. Ia sempat hidup sebatang kara bersama kakak dan adiknya, hingga akhirnya memutuskan merantau ke sejumlah kota dan mencoba peruntungannya hanya bermodalkan pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Lahir di Lintau Buo, Tanah Datar, Sumatera Barat pada 1942, Bustmam mengadu nasib di Kota Jambi sebagai tujuan pertamanya. Di sana ia bekerja serabutan, mulai dari kerja di kebun karet, jualan koran, tukang cuci di rumah makan, hingga jadi pedagang asongan.
Dikutip lewat CNBC, Selasa (5/9/2023), dari Buku Kisah Hidup Haji Bustamam Pendiri Restoran Sederhana (2019) karya Hasril Chaniago, pada 1955 atau tepatnya menginjak usia 13 tahun, Bustamam sempat menjajal profesi sebagai kernet angkot. Setelah itu, ia juga sempat mencoba peruntungannya dengan berjualan rokok
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bustamam melihat rokok sebagai salah satu peluang usaha besar, berkaca pada banyaknya pekerja di Jambi yang menjadikan rokok sebagai 'teman'. Pada kala itu, jualannya yakni Dji Sam Soe 234 pun laku keras, hingga ia bisa membeli barang baru dari usaha tersebut.
Sayangnya karena adanya suatu permasalahan, pada 1960-an Bustamam akhirnya banting setir dan mulai bekerja di Warung Makan Padang Sederhana milik kenalan saudaranya. Perannya pun cukup beragam mulai dari tukang cuci piring, masak, pelayan, hingga membeli bahan baku pangan. Hal ini membuat ia sedikit banyak paham seluk-beluk dari bisnis tersebut.
Berdasarkan catatan detikcom, pada 1970, bersama istri dan anaknya, Bustaman memutuskan untuk mengadu nasib ke Jakarta. Di sana, ia ikut adik iparnya dan tinggal di daerah Matraman, Jakarta Pusat. Untuk permulaannya, ia memutuskan untuk berdagang rokok di pinggir jalan menggunakan gerobak.
Namun, masalah pun mulai menghampirinya. Di lingkungan barunya itu, ada keributan antara orang Minang dan preman setempat, hingga menyebabkan ia dan keluarga harus pindah ke daerah Pejompongan. Akibat dari kepindahannya, penghasilannya mulai turun drastis. Kondisi tersebut memaksanya untuk berpikir bagaimana caranya dapat penghasilan lebih.
Akhirnya, ia terpikir untuk mengembangan usaha warung makan. Berbekal pengalaman kerjanya sebelumnya di warung makan, Bustamam pun memutuskan untuk menyewa lahan satu kali satu meter dengan harga Rp 3 ribu untuk membangun warungnya itu.
Meski pada awalnya tidak bisa masak, Bustamam mencoba untuk belajar. Tak hanya masalah kemampuan memasak, ternyata setelah dijalani omzetnya sangat jauh di bawah modal yang dikeluarkan. Sialnya lagi, hasil dagangan malah dibawa lari oleh pembantu barunya.
Belajar dari kegagalan pertamanya itu, Bustamam tak putus asa dan terus konsisten berusaha mendirikan kembali rumah makannya. Dia pun mencari tukang masak yang bisa dipercaya. Di sinilah titik balik hidupnya. Jualannya laku keras dan diminati banyak orang.
Namun ternyata kesuksesan tersebut harus mengalami cobaan lagi. Warung Bustamam yang saat itu masih berupa gerobak harus diangkut oleh Satpol PP. Akhirnya, ia memutuskan membuka warung di lahan yang disediakan pemerintah. Harga beli lapak tersebut Rp 750 per lapak. Bernasib baik, warungnya laris-manis.
Kisah Bustamam tidak berakhir sampai situ saja. Ia sempat mengalami musibah, di mana rumahnya yang berada di Pejompongan habis terbakar. Saat itu yang berhasil ia selamatkan adalah istri, anak, serta gerobak dagangan miliknya. Karenanya, ia dan keluarga sempat tinggal di rumah pemasok bahan masakannya.
Tidak pantang menyerah, Butamam memulai lagi semua dari awal. Tahun demi tahun berlalu, kini ia sudah bisa menikmati hasil jerih payahnya. Bustamam mengembangkan warungnya ke daerah Pasar Bendungan Hilir di tahun 1974. Kemudian, lanjut buka cabang di Roxy Mas.
Kini usahanya itu dikenal dengan Rumah Makan Padang Sederhana. Kisah pemberian nama ini berasal dari nama restoran di Jambi tempat Bustamam dulu sempat bekerja. Selain itu, nama tersebut dipilih istrinya atas pertimbangan kata 'Sederhana' yang mudah diingat.
Kini, RM Padang Sederhana sudah tersebar di seluruh Indonesia dan dan memiliki sekitar 200 cabang. Bahkan, gerainya itu sudah sampai ke Malaysia. Bustamam mengembangkan rumah makan ini sendiri maupun dengan sistem franchise. Pada 2000, rumah makan ini berbadan hukum untuk mengamankan merek 'Sederhana'. Kini RM Padang Sederhana berada di bawah naungan perusahaan bernama PT Sederhana Citra Mandiri.
(shc/rrd)