Takaya Awata, konglomerat asal Jepang ini sukses menjadi salah satu orang paling kaya di dunia dari berjualan mi udon. Tidak tanggung-tanggung, ia bahkan mampu mengumpulkan pundi-pundi kekayaan sebesar Rp 18,72 triliun dari usahanya itu.
Melansir dari laporan Forbes, Awata sendiri merupakan pendiri sekaligus CEO Toridoll Holdings. Pertama kali beroperasi pada 1990, Toridoll telah berkembang menjadi salah satu perusahaan terkemuka di Jepang dengan jaringan restoran seperti Marugame Seimen.
Kekayaan Awata sendiri mulai melonjak pada 2023 kemarin saat jumlah restoran yang dioperasikannya bertambah lebih dari 33% dalam setahun. Kondisi ini dapat terjadi berkat banyaknya orang yang mulai kembali makan di restoran usai pandemi Covid-19 mereda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini Toridoll tercatat mengoperasikan hampir 1.900 restoran di seluruh dunia. Di mana sekitar 1.000 di antaranya tersebar di berbagai negara seperti AS, Inggris, Kamboja, Hong Kong, Filipina, Taiwan, Vietnam, termasuk di Indonesia.
Berkat itulah kekayaan Awata, selaku pemilik 48% saham perusahaan, mulai meroket. Bahkan menurut laporan Forbes Real Time Net Worth, per Kamis (15/2/2024), kekayaan Awata saat ini ditaksir mencapai US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 18,72 triliun (kurs Rp 15.600/dolar AS)
Meski begitu, perjalanan Awata sebelum mencapai kesuksesan ini tidaklah mudah. Sebab ia sendiri pernah menjadi mahasiswa di-D.O (drop out) dari kampus saat berkuliah di Kobe City University of Foreign Studies.
Barulah setelah itu pada 1985 atau saat Awata berusia 25 tahun, ia membuka bisnis pertamanya yakni restoran ayam panggang khas Jepang. Sayang, bisnisnya gagal karena tidak memperoleh pelanggan sama sekali.
"Kami hampir tidak memiliki pelanggan sama sekali," ungkap Awata dalam wawancara dengan penyiar Jepang NHK sebagaimana dikutip dari Forbes.
Gagal dengan bisnis pertamanya, Awata menyempatkan diri untuk berkunjung ke kampung halaman almarhum ayahnya di prefektur Kagawa yang terkenal dengan mi udon-nya. Melihat antrean panjang di luar restoran mie udon membuat Awata terinspirasi untuk mendirikan restoran mi sendiri.
Dalam menjalankan bisnis mi udon, Awata percaya bahwa menyajikan makanan yang langsung dimasak di hadapan pelanggan mampu memberikan pengalaman sensori baru. Dari situlah ia menerapkan konsep restoran dengan dapur terbuka yang menyiapkan mi secara langsung di depan para pelanggan.
Perlahan tapi pasti, bisnis mi udon miliknya mulai terus berkembang hingga memiliki banyak cabang di Jepang. Dari sana Toridoll akhirnya melantai di Bursa Efek Tokyo pada 2006 dan mulai berekspansi ke luar negeri pada 2011. Kesuksesan inilah yang terus dijaga Takaya Awata hingga saat ini.
(rrd/rir)