Kisah Sahabat Nabi yang Punya Harta Melimpah dan Gemar Sedekah

Kisah Inspiratif

Kisah Sahabat Nabi yang Punya Harta Melimpah dan Gemar Sedekah

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 03 Mar 2025 04:30 WIB
Ilustrasi unta
Foto: (Thinkstock)
Jakarta -

Tahukah detikers ada satu sahabat nabi Muhammad SAW yang punya harga melimpah. Namanya adalah Abdurrahman bin Auf. Dia sangat mahir berdagang dan dia juga gemar bersedekah.

Ibunya bernama Shafiyah dan ayahnya `Auf bin `Abdu `Auf bin `Abdul Harits bin Zahrah. Dengan kekayaanya yang melimpah, dia bukannya senang tapi justru menangis karena khawatir masuk surga paling akhir.

Dikutip dari Rumah Zakat disebutkan suatu ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam berkata, Abdurrahman bin Auf akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya, sehingga dihisabnya paling lama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mendengar hal tersebut Abdurrahman bin Auf pun berpikir keras, bagaimana caranya agar ia kembali menjadi miskin supaya dapat memasuki surga lebih awal," demikian dikutip dari Rumah Zakat Senin (2/3/2025).

Abdurrahman bin Auf pernah menyedekahkan separuh hartanya pada zaman Nabi. Setelah itu ia bersedekah lagi sebanyak 40.000 dinar yang kebanyakan harta bendanya diperoleh dari hasil perdagangan.

ADVERTISEMENT

Suatu hari ada salah satu kaum Anshar bernama Sa'ad yang terkenal dengan kekayaannya di Madinah menawarkan harta pada Abdurrahman bin Auf. Akan tetapi, saat itu penawaran ditolak dan dia malah bertanya lokasi pasar yang ada di Madinah saat itu.

Kala itu harga sewa pasar di Madinah sangat mahal. Sehingga banyak orang yang mau berdagang tapi tak punya modal. Melihat hal ini, Abdurrahman bin Auf membeli tanah itu dan membangun kavling-kavling pasar.

Kavling-kavling tersebut dia bangun dan digunakan oleh pedagang muslim tanpa membayar sewa. Abdurrahman bin Auf menerapkan sistem bagi hasil yang lebih adil, sehingga tidak memberatkan dan mencekik para pedagang yang masih merintis.

Berdasarkan situs resmi Dompet Dhuafa, Abdurrahman bin Auf pernah memberikan 200 uqiyah emas (1 uqiyah setara dengan kurang lebih 31 gram) untuk memenuhi kebutuhan logistik selama perang Tabuk. Saat ada seruan untuk berinfak dari Rasulullah SAW, ia tak pernah berpikir panjang dan ragu-ragu.

Begitupun saat perang Badar yang jumlahnya mencapai 100 orang, dia memberikan santunan 400 dinar kepada masing-masing veteran. Abdurrahman bin Auf juga menyumbangkan 40 ribu dinar, 500 ekor kuda, dan 1.500 unta untuk para pejuang.

Tidak hanya itu, dia juga pernah bersedekah dengan membeli kurma yang hampir busuk dari para sahabat di Madinah. Semua pedagang pun sontak gembira karena kurma mereka bisa dijual, begitupun Abdurrahman bin Auf yang senang dan berharap akan jatuh miskin.

Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengaku berasal dari utusan Yaman. Dia memberitakan bahwa di negerinya sedang terkena wabah penyakit menular, sehingga rajanya mengutus dirinya untuk mencari kurma busuk.

Menurutnya, kurma busuk adalah salah satu obat yang bisa menyembuhkan dari penyakit menular itu. Akhirnya utusan raja Yaman tersebut memborong semua kurma milik Abdurrahman bin Auf dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.

Berkat kedermawanannya itu, tidak membuat Abdurrahman bin Auf langsung jatuh miskin, justru kehidupannya terus meningkat. Keberhasilannya dalam bisnis membuatnya dijuluki sebagai tangan emas, karena apapun yang dikerjakan selalu sukses dan membuahkan hasil yang besar.

Di saat Abdurrahman bin Auf merelakan semua hartanya agar jatuh miskin, saat itu pula Allah memberikan limpahan harta berkali-kali lipat untuknya. Hingga pada waktunya, dia meninggal di usia 72 tahun dan masuk dalam deretan 10 sahabat nabi yang dijamin masuk surga.

Baginya, warisan terbaik yang ditinggalkan pada keluarganya saat meninggal bukanlah harta atau kekayaan, melainkan ajaran Islam dan teladan dari Rasulullah SAW. Semoga detikers bisa meneladani sifat dari seorang Abdurrahman bin Auf ya!.

(kil/kil)

Hide Ads