Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) sebagai salah satu lembaga pembinaan dan promosi ekspor akan mengambil posisi penting dalam memenangkan pertarungan di pasar ekspor di seluruh dunia diantaranya dengan program-program promosi melalui atase perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC).
Berikut ini wawancara detikFinance dengan Kepala BPEN yang baru Hesti Indah Kresnarini saat ditemui di ruang kerjanya di arena Trade Expo Indonesia (TEI) ke-24 di JIExpo Kemayoran Jakarta, Kamis (29/10/2009).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari BPEN kami bukan hanya promosi, tapi pengembangan produknya, kita memfasilitasi memperbaiki desain. Kita tidak bisa lihat BPEN saja, tetapi di Depdag seperti gerbong kereta api, jadi ada juga Perdagangan dalam negeri, PDKM mereka juga membina pengembangan produk selain BPEN sendiri. Kita juga membina kualitas, packaging dan lain-lain.
Kita juga mengundang para pelaku usaha untuk pengembangan produk, misalnya syarat untuk masuk pasar tertentu seperti apa. Kita juga melakukan pelatihan, misalnya dalam upaya adaptasi produk ekspor bagi pelaku usaha berbasis ekspor.
Setelah produknya bagus Pelatihan juga ada balai besar pendidikan dan pelatihan ekspor Indonesia yang ada di Grogol. Kita juga ada pusat pendidikan dan pelatihan ekspor Indonesia (P3ED) Medan, Makasar dan Surabaya.
Dari itu semua intinya memberikan pelatihan, bagaimana menghitung harga, cara promosi di luar negeri, display produk dan lain-lain.
Trade Expo perannya terhadap menggenjot ekspor sejauhmana?
Trade expo sebagai sarana promosi pameran ekspor terbesar. Bagi produk-produk baru atau pemula termasuk UKM yang memiliki kualitas bagus, kita coba test pasar di trade expo di dalam negeri dahulu. Kalau respon pasar bagus, kita juga akan ajak ajang promosi ke luar negeri.
Transaksi Trade Expo ini kan selama ini hanya 200 jutaan dolar AS, tapi sebenarnya potensi transaksi ekspor setelah TEI apakah lebih besar?
Selama ini kita kesulitan mendapatkan angka transaksi setelah pameran, ini terus terang karena meminta transaksi mereka juga sulit. Tidak pernah kita dapat, laporan transaksi setelah TEI mereka tidak ada yang lapor karena kita pun tidak ada punishment.
Saya kira potensi yang paling besar itu bukan pada transaksinya di trade expo melainkan setelah pamerannya, jumlahnya sangat besar yaitu repeat order-nya. Sehingga akan mempengaruhi kinerja ekspor kita ke luar negeri kedepannya.
Produk Indonesia yang sudah memiliki nama di pasar ekspor, sampai saat ini seperti apa?
Sampai sekarang sudah cukup banyak, tapi saya tidak tahu angka persisnya. Misalnya produk ban, seperti Gajah Tunggal sudah ekspor ke mana-mana, bahkan tire truck, sudah memakai nama dia. Yang jelas sudah banyak, dari kita membuat buku setidaknya sudah ada 150 perusahaan yang memakai merek sendiri.
Pada tahun 2010 setidaknya Depdag menargetkan ada 200 produk yang bisa sudah memakai brand lokal, mungkin secara bertahap akan dipromosikan, sehingga menjadi brand di skala internasional.
Peranan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), dalam menggenjot ekspor Indonesia di luar negeri?
Sampai saat ini sudah cukup banyak sekarang ini ada di 19 negara yaitu di Sydney Australia, di Sao Paulo Brazil, di Vancouver Canada, Santiago Chili, Lyon Prancis, Hamburg Jerman, Budapest Hungaria, Chennai India, Milan Italy, Osaka Jepang, Busan Korea Selatan, Meksiko City di Meksiko, Lagos Nigeria, Jeddah Saudi Arabia, Johannesburg Afrika Selatan, Barselona Spanyol, Taipe Taiwan, Dubai Uni Emirat Arab, Los Angeles dan Chicago di Amerika Serikat.
Sebelumnya pada krisis 1997 lalu ITPC ini semuanya ditutup, lalu pada tahun 2000-2001 kita buka kembali sampai saat ini ada di 19 negara. Awalnya dibuka lagi ada 6 dibuka sampai tahun 2006, setelah itu kita tambah lagi sampai sekarang.
Kita belum ada rencana menambah, sekarang yang kita maksimalkan saja dulu yang ada, karena selain ITPC kita juga punya atase perdagangan di 24 negara. ITPC ini kan nggak semuanya kita dirikan karena hanya negara-negara yang memiliki potensial ekspor saja.
(hen/qom)