Tekad Anak Usaha Hutama Karya Jadi Pemain Properti Besar

Wawancara Dirut HK Realtindo

Tekad Anak Usaha Hutama Karya Jadi Pemain Properti Besar

Dana Aditiasari - detikFinance
Jumat, 16 Okt 2015 07:40 WIB
Jakarta - PT HK Realtindo (HKR) bertekad bisa masuk dalam jajaran pemain properti ‎besar di Indonesia dalam 15 tahun ke depan. Direktur Utama HKR Muhammad Fauzan telah menyiapkan berbagai rencana strategis untuk memuluskan tercapainya tekad tersebut.

Dalam jangka pendek, HKR akan fokus pada proyek-proyek yang sejalan dengan program Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Seperti pembangunan rumah murah dengan harga mulai dari Rp 100 juta sebagai langkah mendorong program sejuta rumah.

Lokasi utama yang dibidik adalah kawasan-kawasan yang punya akses langsung ke 4 Ruas Tol Trans Sumatera yang pekerjaannya didelegasikan Pemerintah kepada PT Hutama Karya dengan skema penugasan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak Hanya di Pulau Sumatera, perusahaan juga menyasar sejumlah lokasi dekat pusat-pusat industri di kawasan Jabodetabek. Ada 3 lokasi yang sudah masuk dalam rencana kerja tahun ini dengan harga jual barada di kisaran Rp 300-400 juta.

Di sisi komersial, HKR juga akan menggarap sedikitnya 15 hotel tersebar di seluruh Indonesia. 3 hotel diantaranya mengambil lokasi di Jakarta dan 11 sisanya di luar Pulau Jawa memanfaatkan lahan-lahan yang dimiliki induk usaha PT Hutama Karya.

Berikut ini petikan wawancaranya:

Bisa cerita sedikit soal karir anda hingga bisa menjadi Direktur Utama di HK Realtindo?
Tahun 1998 saya lulus dari Fakultas Teknik Sipil di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. 2009 saya menyelesaikan magister di Finance Universitas Riau.

Pengalaman kerja, tahun 1998 saya jadi Engineer di PT Freeport Indonesia. Nggak lama hanya sampai 1999. Karena setelah itu saya bergabung di Hutama Karya.

Awal karir saya jadi Project Manager, PT Hutama Karya (Persero) Wilayah I Sumatra. Itu tahun 1999-2009. Putar-putar Sumatera kemudian, tahun 2010 jadi General Manager Wilayah V Makasar. 2011 dipindah jadi General Manager di pusat, maksudnya di Jakarta. Terakhir 2013 saya jadi GM Divisi Gedung. 2014 akhir diangkat jadi Direktur Utama HKR (HK Realtindo)

Pengalaman paling mengesankan selama di HK. Cukup bangga itu karena ada 5 proyek yang saya pimpin pekerjaannya yang tergolong monumental karena diresmikan oleh Presiden. Itu berbagai macam ada proyek Jembatan, Dermaga dan lain-lain. Salah satunya adalah Jembatan Rumbai Jaya, Siak di Riau.

Di mata anda, HKR di masa depan seperti apa?
Saya memang menjadi Dirut HK Realty kan melalui fit and proper test. Waktu itu saya mengajukan proposal rencana kerja saya dan itu yang saya bikin dan jadi pegangan saya juga menjadi visi misi saya sebagai Direktur Utama sekarang.

Dalam program saya, pertama, adalah fokus di target jangka pendek. Jangka pendek itu maksudnya dalam kurun 1-3 tahun. Program jangka pendek saya saya in line-kan dengan program pemerintah. Karena orang tua (perusahaan induk, PT Hutama Karya) mendapat penugasan pemerintah, sehingga kami, HKR juga harus in line.

Program jangka pendek itu, pertama adalah program penyediaan rumah. Pemerintah sudah mencanangkan 1 juta, dan kita ambil bagian di situ.

Ke dua, adalah ikut di tol sumatera. Tol Sumatera adalah penugasan paling penting dari holding kami. Sehingga, masuknya HKR adalah pengembangan kawasan, itu sudah dicanangkan. Kawasan dalam arti yang luas, dimana partisipasi kita adalah menata. Menata kawasan, menjadi stimulus untuk timbulnya pusat-pusat pembangunan baru di sekitar Jalan Tol Trans Sumatera.

Semua itu kita ramu, sehingga jadi rencana kerja kita yang tentunya harus bisnis. Jadi misi pembangunan kita in line-kan dengan misi bisnis. Sehingga protofolio HKR dalam jangka pendek tidak akan jauh dari situ.

Salah satu program HKR dalam jangka pendek ini ada penyediaan rumah yang dekat untuk mengatasi back log. Penyediaan rumah yang bisa diserap pasar di tengah kondisi ekonomi seperti ini adalah rumah murah.

Kemudian untuk menujang program jangka panjang kami akan menambah land bank kita untuk mendukung program jangka panjang. Kita akan fokus di penyediaan rumah kelas menengah untuk program jangka panjang.‎

Jangka panjangnya, HKR akan menjadi salah satu perusahaan properti yang terkemuka di tanah air. Target kita secara value kita Rp 175 triliun dalam 15 tahun.

Caranya bagaimana?
Mulai sekarang kita mulai menggalang pendanaan dari MTN, obligasi, IPO di 2017.

Tadi sempat dikatakan jika jangka pendek mau in line dengan program pemerintah. Program apa saja yang khusus ke arah itu?
Kita ada program rumah murah yang khsus menyasar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kami menyiapkan perumahan-perumahan yang disiapkan dengan harga jual mulai dari harga Rp 300-400 jutaan di jabodetabek. Kalau di sepanjang tol Trans Sumatera bisa Rp 100-200 juta.

Di sumatera rumah Rp 100-200 juta nggak terlalu murah?
Dengan harga lahan yang masih murah, dan daya beli pasar tidak tinggi, sehingga kita harus bisa ciptakan hunian di bawah Rp 200 juta.

Kita asumsi harga tanah masih Rp 100.000/ meter persegi. Tanah 100 meter baru habis Rp 10 juta. Bangun rumahnya mungkin Rp 60 juta untuk ukuran tipe 36. Jadi menurut saya, rumah di bawah Rp 200 juta di dekat tol Trans Sumatera masih sangat mungkin.

Kalau Jabodetabek wilayah mana saja yang mau dibangun rumah murah?
Di Jabodetabek, ada di dekat wilayah-wilayah penyangga Industri. Seperti di sawangan, kemudian Serpong. Di sana kita masih bisa ketemu lahan dengan harga di bawah Rp 1 juta. Dengan tanah yang di bawah Rp 1 juta kita masih bisa bikin hunian yang harganya Rp 300-400 juta.

Mungkin kalau di Jabodetabek, rumah Rp 300-400 juta sudah sangat membantu. Pasti warga jabodetabek punya kemampuan beli di harga segitu.

Ada yang sudah jalan?
Sekarang masih mengurus perizinan. Ada di 3 lokasi. Kalau perizinannya keluar, kita akan bangun paling lambat akhir Oktober. Ada di Sawangan, Serpong, dan Cibinong.

Katanya mau bangun perumahan dekat tol?
Holding kami mendapat penugasan 4 ruas tol. Dari Lampung, Terbanggi Besar, lalu Palembang-Indralaya, Pekanbaru-Dumai serta Medan-Binjai.

Di empat ruas itu kami sudah membuat konsep pengembangan memanfaatkan bangkitan tol untuk dijadikan pusat pembangunan bagi kawasan sekitar. Kami sedang penjajakan land banking untuk dikembangkan perumahan dan komersial area, kemudian juga kawasan industri. Dicanangkan minimal tahun ini ada empat titik di empat ruas itu kami punya landbank dan bakal broject, mudah-mudahan ada juga yang menjadi project.

Land bank sudah ada?
Masih negosiasi. Peta sudah ada, konsep bisnis sudah dikembangkan. Tinggal negosiasi.

Jadi nanti setiap proyek kita akan didekatkan dengan pintu awal dan pintu keluar tol.

Nggak takut dikomplein pengembang karena dominasi tanah dekat pintu tol?
Kita fair kok. Kita nggak bermaksud memonopoli tanah dekat pintu tol. Ini kan kesempatan bisnis, peluang yang langka. Tapi perlu diketahui, kondisi proyek ini tuh keekonomisannya ada, tapi finansialnya belum. Itu secara ekonomi masuk, tetapi secara finansial belum tentu menguntungkan. Apa, pengembang lain mau ambil risiko di proyek yang finansialnya belum masuk. Kita wellcome saja kalau ada swasta lain yang mau ambil bagian. Sifatnya kita masuk juga bukan berarti mau menutup yang lain. ‎

Anggaran besar sekali dong yang dialokasikan untuk biayai itu?
Kami kan baru menerbitkan MTN. Sebagian kami alokasikan untuk lahan di Sumatera. Alokasinya sekitar Rp 150 miliar. Saat ini lahan di Sumatera itu harga masih sangat rendah, sehingga dengan anggaran yang kami alokasikan Rp 150 milar seharusnya cukup untuk membiayai akusisi lahan. Bahkan dengan anggaran itu mungkin bisa untuk membeli lahan di dua lokasi untuk masing-masing ruas tol. Satu titik dalam perencanaan kami butuh lahan sekitar 50-70 hektar.

Perusahaan kan juga mengelola bisnis hotel, sudah berapa hotel yang sudah dibangun?
Hotel, saat ini kami masih mengelola kondotel. Apareteman kita jual untuk investor, investor titip kelola ke kita. Itu ada 3 lokasi. Pertama dengan ascord di Kuningan dekat rumah sakit MMC (Jl Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan). Kemudian Aston di MT Haryono (Jakarta), kemudian Kubika di BSD.

Di 2 Oktober kami Groundbreaking lagi hotel. Ini hotel yang kami kelola sendiri, bukan kondotel yang dijual ke investor. Nantinya juga akan ada 11-15 hotel yang akan kita kembangkan dalam 5 tahun ini. Jadi yang di semarang ini akan jadi awal.

IPO HKR kan rencananya akhir tahun depan, lalu kapan mau bangun hotelnya?
Sebelum IPO kami rencanakan sudah ground breaking semua. Setelah ground breaking, kita butuh 1-2 tahun untuk bisa beroperasi.

Jadi sebelum IPO semua sudah mulai pembangunan, tapi belum semuanya bisa beroperasi.

IPO 2017. 2017 itu berarti masih satu setengah tahun lagi dari sekarang. Satu setengah tahun itu cukup untuk menyelesaikan struktur, mungkin tinggal finishing saja pas IPO.

Hotel-hotel itu akan banyak di Jakarta?
Tersebar. Di jakarta mungkin 2-3 hotel. Kalau di luar Jakarta ada banyak. Ada sekitar 11 titik di luar Jakarta, memanfaatkan tanah HK.

Hotel ini akuisisi atau bangun semua?
Ada akuisi di Jakarta. Sisanya kita bangun semua.

Tanah HK banyak?
Banyak. Wilayah operasi HK di seluruh Indonesia. Terkait dengan efiseinsi, kantor operasi kita punya lahan yang luas. Nah, kantor wilayah ini kan cukup ruang yang sedikit saja. Selebihnya, buat apa kita gagah-gagahan bikin kantor besar, lebih baik dijadikan sumber pemasukan perusahaan.

Tanah HK itu variasi luasnya, mulai dari 2000 meter persegi sampai 1 Hektar di tiap-tiap kota.

Ada beberapa tempat ya, Bandung, Palembang, Pekanbaru, Padang, Bengkulu, Semarang, Jogja, Surabaya, Makassar, Banjarmasin.

Dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penguatan nilai dolar yang sempat terjadi, berpengaruh nggak bagi kinerja perusahaan?
Pengaruh tentu ada. Tetapi tidak besar.

Pengaruhnya apa?
Karena kita di Properti, pengaruh ada di ME. Mechanical dan electrical. Mechanical itu seperti elevator, escavator. Itu kita masih impor, sehingga biaya lebih mahal. Kemudian electrical, ada yang menyangkut kelistrikan. Kita ada beberapa komponen yang di dalam negeri nggak diproduksi, sehingga mau nggak mau impor.

ME itu kontribusinya dalam kegiatan konstruksi sekitar 30%. Sejauh ini, kenaikan harga ME ini sekitar 15-20%. Sehingga kalau dihitung itu akan menyumbang ke ongkos konstruksi sekitar 7-10%. Pilihannya tinggal kita mau bebankan ke Pembeli atai kita tanggung sendiri. Kalau kita tanggung sendiri otomatis margin kita akan berkurang. Tapi itu strategi masing-masing perusahaan.

(dna/ang)

Hide Ads