Cerita Dirut AP II Kelola 13 Bandara

Cerita Dirut AP II Kelola 13 Bandara

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Selasa, 14 Jun 2016 12:15 WIB
Cerita Dirut AP II Kelola 13 Bandara
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Sejak Januari 2015, Budi Karya telah menjabat Direktur Utama PT Angkasa Pura II (AP II). Saat diangkat oleh Menteri BUMN, Rini Soemarno, Budi Karya merupakan orang baru di dunia kebandarudaraan karena latar belakangnya lebih banyak di bidang pengelolaan kawasan seperti Ancol.

Hampir 1,5 tahun menjabat bos 13 bandara pelat merah, Budi Karya bersama tim berjuang keras mengatur bandara sekelas Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) hingga Bandara Internasional Kualanamu. Apalagi bandara beroperasi non setop 24 jam.

Langkah-langkah yang dilakukan Budi Karya di antaranya penertiban taksi gelap, pencurian bagasi, penghapusan loket penjualan tiket sampai penataan ulang tenant di bandara. Ia juga melanjutkan proyek pengembangan bandara seperti Terminal 3 Ultimate.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria berusia 59 tahun ini juga menceritakan cara membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga di tengah kesibukannya sebagai seorang CEO.
Bagaimana pengalaman Budi Karya mengelola bandara, berikut ini petikan wawancaranya dengan detikFinance.

Bapak sudah masuk tahun kedua menjadi dirut AP II, kondisi AP II saat itu seperti apa?
Saya melihat secara objektif saja. Memang ada satu kekurangan berkaitan dengan level of service dari bandara yang ada di Soekarno-Hatta. Yaitu berkaitan dengan beberapa hal yang mandatory dari suatu bandara. Dan secara signifikan saya tidak mau kesubjektifan itu ada. Oleh karenanya waktu itu kan pernah saya sampaikan kita bekerja sama dengan YLKI untuk mengevaluasi apa yang merupakan kekurangan-kekurangan kita.

Maksudnya yang menilai itu bukan saya, bukan siapa-siapa, tetapi pihak ketiga yang mewakili konsumen. Dan waktu itu ada beberapa kekurangan-kekurangan 5-6, kekurangan yang signifikan di antaranya porter, ruang publik, taksi gelap, taksi bandara, kebersihan, aksesibilitas, parkir, toilet dsb. Itu memang menjadi suatu bagian dari masalah. Dengan dasar itulah saya mengajak teman-teman AP bersama-sama menyelesaikan masalah itu.

Karena itu kan basic, jadi kita harus menyelesaikannya. Kalau itu sudah selesai, maka kita lebih bisa mengatakan kita sudah mulai kerja. Lalu, dampak daripada saat saya bisa mengerjakan itu, pekerjaan masalah itu diselesaikan, lalu saya mendapatkan orang-orang yang bersedia bekerja sama.

Perubahan apa yang sudah dirasakan saat ini?
Perubahan yang paling terasa kebersamaan dengan teman-teman yang mau bekerja keras. Lalu, seperti yang kita lihat toilet sudah lebih bersih, Bandara Soetta selalu menang nomor satu. Yang kedua ruangan publik. Ruang tunggu itu kita dapat kan yang besar sekali. Taksi gelap sudah hilang, tempat parkir kita sudah selesaikan masalah-masalah yang krusial, porter sudah kita selesaikan. Jadi beberapa hal itu sudah kita selesaikan. Tapi yang paling penting yang tadinya saya nggak punya tim, sekarang saya sudah punya tim yang sama-sama mau mengerjakan masalah-masalah tadi.

Menemukan tim yang tepat, itu yang paling dirasakan?
Iya

Tadi kan lebih ke Bandara Soetta, bagaimana dengan bandara lainnya?
Bandara lain juga sudah mulai bergerak ya. Kualanamu dan sebagainya. Walaupun karena entitas saya di sana tidak banyak, jadi emosionalnya nggak tercipta. Tapi Soetta adalah suatu benchmark, dan itu sudah terjadi.

Sebenarnya tantangan tersulit membenahi bandara itu apa?
Jujur saja dari faktor manusia ya. Jadi kesungguhan kita bekerja, komitmen kita secara totalitas itu dibutuhkan di bandara. Karena bisa dibayangkan, terminal ini beroperasi dari jam 4 subuh sampai jam 12 malam. Bagaimana kita bisa mendapatkan hasil yang baik tanpa seseorang itu berkomitmen secara penuh. Dan tingkat risiko dari pengelolaan bandara ini cukup tinggi. Baik dari karena pesawatnya, maupun bagaimana kemungkinan-kemungkinan orang melakukan tindak kejahatan, dan juga kemungkinan penyelundupan maupun orang ke luar negeri. Jadi secara tugas, banyak tugas-tugas penting yang harus dikawal oleh bandara.

Oleh karenanya saya pikir kita harus mendapatkan orang-orang yang full komitmen terhadap tugas-tugas ini. Dan saya alhamdulillah sudah melihat banyak teman-teman baik yang senior maupun junior, berkomitmen secara totalitas. Ukurannya jelas, bahwasanya saya ajak bekerja secara spartan, Sabtu-Minggu masuk. Kadang-kadang malam juga harus berkomunikasi atau hadir di sini, teman-teman bersedia dan melakukan itu dengan sungguh-sungguh. Oleh karenanya, ada suatu perubahan yang mendasar dari pola yang tadinya menganggap kita itu monopoli, kita menganggap semua orang butuh kita menjadi satu kegiatan perusahaan yang harus berkompetisi dengan layanan. Tidak harus berkompetisi dengan orang. Karena kita harus mencapai satu tingkatan layanan yang baik. Untuk mencapai itu kita harus kompetitif kepada diri sendiri. Itu lebih susah daripada kita dibandingkan dengan yang lain.

Bagaimana bertanggung jawab terhadap masing-masing tugas yang diemban?
Betul. Rahasianya pertama sekali direksi harus kompak. Yang kedua, kita harus mau sebagai role model. Role model itu ya nggak hebat-hebat amat. Asal kita konsisten, bekerja dengan hati, otomatis kita bisa menjadi role model. Setelah itu kita melakukan secara konsisten, dan kita melakukan reward & punishment secara konsisten juga. Karena kalau konsistensi tidak terjaga dengan baik, maka semuanya akan kacau. Oleh karenanya kita tidak banyak melakukan punishment kepada banyak orang, tetapi begitu ada satu teman yang melakukan kesalahan tanpa ampun kita akan berikan punishment. Sebaliknya, bagi beberapa teman-teman yang punya prestasi bagus, kita tidak segan-segan memberikan suatu promosi.

AP II membawahi 13 bandara, apakah masing-masing bandara punya ciri penanganannya?
Ya pasti beda-beda. Soetta karena begitu sibuk, begitu banyak orang, memang butuh suatu konsentrasi yang tinggi. Karena satu hal yang luput bisa mendatangkan suatu masalah yang besar. Sedangkan bandara yang lain, kapasitasnya katakanlah Kualanamu 7-8 juta, unik juga karena dia mewakili suatu daerah tertentu yang berekspektasi mendapatkan layanan yang baik, dan kita juga harus menempatkan orang-orang yang terbaik di sana, dan harus memberikan suatu layanan. Dan paling penting adalah, bandara adalah benchmarking pertumbuhan atau kualitas layanan dari suatu daerah. Pada saat kita bisa memberikan suatu layanan/service/performa dari bentuk kegiatan yang baik itu menjadi contoh bagi kegiatan lainnya di daerah itu. Jadi saya sampaikan kepada teman-teman, kita tidak bicara mengenai kita tapi bagaimana kita juga bisa mendrive aktifitas pembangunan/kegairahan membangun di suatu daerah.

Kalau bisa diurutkan, prioritas pengembangan bandara yang dilakukan AP II saat ini apa?
Nomor satu adalah harus membangun airside yang baik. Apa itu? Airside yang baik runwaynya musti bagus, runwaynya musti cukup, SOPnya harus berjalan dengan baik, pengelolaannya harus baik, sehingga layanan-layanan kita dia airside itu mencerminkan operasional yang baik dan safety yang baik. Dan juga memberikan suatu kemudahan bagi airlines untuk melakukan take off/landing. Itu nomor satu. Nomor dua adalah komunikasi. Karena kita banyak sekali stakeholder di sini. Tidak secara intens berhadapan dengan penumpang-penumpang yang sangat kritis, sehingga kekompakan stakeholder ini penting. Setelah itu bagaimana kita mengorganisir. Setelah itu baru yang namanya terminal, harus prima, bagus dsb.

Soetta dan Kualanamu akan dijadikan regional sub hub dan sub hub, apa yang harus dilakukan?
Kualifikasi sebenarnya pertama sekali itu non teknis. Yang saya bilang komitmen semua stakeholder yang ada di sini. Setelah itu baru yang berkaitan dengan hardware. Berkaitan dengan airside, bangunan, terminal, runway. Itu memang ada suatu kriteria. Banyak sekali kalau sky track menyampaikan. Tapi secara umum ada yang sifatnya mandatory. Yang sifatnya berkaitan dengan security dan safety. Itu nomor satu, setelah itu baru berkaitan dengan layanan. Tetapi pelayanan, safety dan security itu tidak bisa kita pisahkan sendiri-sendiri. Sebagai contoh, kita punya namanya X-Ray. Itu punya fungsi safety, security tapi juga layanan. Jadi bagaimana kita mengkombinasikan itu secara baik, bagaimana kita bertanggung jawab kepada safety, security, dan layanan itu. Itu menjadi bagian penting dari kita melaksanakan pengoperasian suatu bandara.

Keluhan apa sih yang biasanya datang ke AP II baik dari passenger maupun maskapai?
Keluhan ini sangat beragam. Dari yang kecil sampai yang besar. Dari perseorangan maupun dari grup. Kalau pangkal awal dari komplain itu adalah lack of capacity. Itu dasarnya karena lack of capacity maka timbullah masalah-masalah delay. Lama pelayanannya. Ketidaknyaman. Jadi orang datang ke Soetta harus menunggu lebih dari satu jam dsb. Tapi semua itu pangkal awalnya adalah lack of capacity. Baru selanjutnya adalah komunikasi, kedisiplinan, ketertiban, dsb. Tapi nomor satu itu adalah berkaitan dengan layanan, kapasitas penumpang, yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan atau lama menunggu di bandara.

Apakah Bandara AP II boleh dibandingkan fasilitas dan layanannya Bandara di Singapura atau Malaysia?
Soetta, sebelumnya kita maaf tidak bisa memperbandingkan diri. Tapi nanti pada saat Terminal 3 Ultimate beroperasi, Terminal 1 dan 2 revitalisasi, kita mustinya secara fasilitas tidak kalah dengan Singapura. Karena kita punya keunggulan komparatif yang lain. Yang harus benar-benar kita garis bawahi, bukan saja berkaitan dengan fasilitas, tapi juga cara kita melayani. Totalitas kita dalam melayani supaya kita sama dengan mereka. Karena mereka begitu disiplin, kita harus lebih disiplin. Mereka harus ngotot, kita harus lebih ngotot. Dan saya pikir teman-teman dan karyawan AP II mampu untuk melakukan. Saya kasih contoh, AP II bisa melakukan obligasi dengan waktu yang sangat singkat sekali. Dan luar biasanya, kita bisa mendapatkan rating AAA. Tidak terbayangkan oleh saya kita bisa melakukan obligasi dalam waktu kurang dari 3 bulan, dan bisa mendapat rating AAA. Itu suatu prestasi yang luar biasa dari teman-teman AP II. Dan saya pikir dengan cara yang sama, dengan kita mendrive teman-teman, kita memberi contoh, dan teman-teman bersemangat, kita bisa mencapai dengan suatu ukuran yang jauh lebih baik dari yang ada sekarang.

Bagaimana pengembangan moda transportasi di Bandara AP II sejauh ini?
Saya akui memang itu suatu yang belum bisa saya sentuh. Karena ini memang berkaitan dengan banyak stakeholder. Tapi saya berbahagia bahwasanya kereta bandara yang lewat Tangerang itu akan sudah akan direalisir. Karena itu akan mengurangi tekanan pengguna sebanyak 30%. Harapan saya, itu akan ada lagi LRT dari kota ke sini. Saya pikir Palembang bisa dibuat, kita juga bisa. Memang mahal, tapi dia bisa menyelesaikan permasalahan aksesibilitas ke bandara. Karena kereta api itu bisa mengangkut jumlah yang masif dengan waktu yang tepat. Lain dengan jalan tol. Jalan tol punya masalah. Satu, dengan dibangunnya jalan tol, maka timbullah kegiatan-kegiatan lain yang mengurangi daya dukung jalan tol itu. Yang kedua, begitu jalan tol itu punya masalah dengan kapasitas, maka jalan tol tidak menjanjikan ketepatan waktu. Tapi walaupun demikian, kita tetap akan membangun jalan tol satu lagi yang dari Soetta ke BSD.

Jadi nanti kereta Bandara Soetta selesainya kapan?
Kalau yang Railink maret 2017 selesai.

Berapa sih modal untuk moda transportasi ke bandara ini?
Memang cukup mahal ya. Jadi LRT itu yang elevated satu kilometernya kira-kira Rp 400 miliar. Jadi kalau kita akan membangun 20 km, kita harus menyiapkan 8 triliun. Tapi saya pikir itu suatu investasi yang longterm, menjadi suatu keharusan bagi suatu ibukota.

Terkait Terminal 3 Ultimate, kenapa begitu agresif mengembangkannya?
Karena pada Terminal 3 Ultimate, kita akan lompat pada suatu layanan yang sebelumnya kita tidak bisa deliver. Dengan Terminal 3 Ultimate, kita mendapatkan kesempatan untuk melayani secara jauh lebih baik dan melompat dari suatu level layanan, katakanlah C menjadi A. Oleh karena itu, kami antusias sekali menyelesaikan tugas-tugas ini. Apalagi di saat-saat bulan puasa ini. Karena bagi kami adalah suatu kebanggaan. Kebanggaan AP II adalah kebanggaan Indonesia. Oleh karenanya, kita ingin sekali awal ini mendeliver bandara ini sebagai hadiah untuk bangsa pada saat lebaran nanti.

Berarti akan ada kejutan-kejutan atau pengalaman yang akan dirasakan oleh penumpang?
InsyaAllah ada kejutan-kejutan. Dan pengalaman saya dari beberapa yang hadir di sini, bahkan beberapa teman-teman dari media, artis, mereka mengatakan wow, besar, bagus, indah. Dan bandara ini memang besar. Bandara sebesar ini tunggal, di tempat lain tidak ada. Ini mungkin yang terbesar. Event Terminal 3 di Singapura lebih kecil dari ini. 25 juta (kapasitas penumpang) suatu jumlah yang besar. Jadi saya berharap bukan saja kita memberikan surprise, tapi saya berharap teman-teman dari AP II memberikan pelayanan sebaik bandaranya.

Apakah pembangunan bandara sendiri akan berhenti di Terminal 3 Ultimate?
Nggak. Jadi, saya selalu diingatkan Presiden. Beberapa kali saya diingatkan secara personal, ingat kamu bisa membangun bandara, tapi kamu harus membangun lebih dahulu yang namanya airside. Landasan itu harus lebih bagus, pergerakan di landasan harus bagus. Itu nomor satu. Yang kedua, yaitu terminal. Kami membangun Terminal 3, tapi setelah itu kami harus merevitalisasi Terminal 1 dan 2 untuk kapasitas dan fasilitas yang lebih bagus, dengan mempertahankan keunikan arsitektur Terminal 1 dan 2. Pak Presiden juga minta bahwasanya kami AP II bersama Kementerian BUMN dan Perhubungan sudah harus memikirkan membangun Terminal 4. Jadi kita akan merencanakan masterplan. Kita mungkin akan melakukan sayembara internasional, supaya mendapatkan desain yang terbaik, solusi yang terbaik supaya kelengkapan dari terminal ini tidak hanya merespons jumlah yang ada, bahkan kita harus melihat jauh ke depan bahwasanya kita akan tumbuh dalam masa puluh atau ratus tahun yang akan datang.

Bandara kan beroperasi 24 jam, bagaimana sih cara Bapak bagi waktu kerja dan keluarga?
Memang unik, menantang, tapi juga membuat energi atau keinginan kita mendeliver lebih baik. Oleh karenanya saya biasanya ke bandara ini ngajak keluarga juga. Karena di bandara toh juga ada kegiatan yang lain. Dan ini adalah rumah kedua bagi kami sekeluarga. Jadi kita bisa berkegiatan di sini, juga bertemu dengan yang lain. Itu yang membuat tekanan-tekanan di saya secara pribadi dan teman-teman.. Teman-teman juga kalau hari Sabtu-Minggu gini, suruh aja anak-anak diajak. Kan bisa makan di restoran dsb. Jadi itu dulu yang kita lakukan, setelah itu adalah komunikasi. Sebenarnya dengan era komunikasi yang begitu bagus, praktis 24 jam kita bisa berkomunikasi. Dan kita pergunakan ini secara maksimal, satu kejadian yang ada di bandara, dalam waktu hitungan detik saya sudah tahu. Atau sebaliknya saya menginformasikan ke teman-teman yang lain. Sehingga kita di rumah pun bisa memantau kegiatan-kegiatan yang ada di bandara ini.

Ada komplain dari keluarga?
Kalau komplain tentu saja ada. Tapi saya ajak joke aja. Kan ini game yang harus kita lakukan. Pilihan kita pada hidup. Pilihan kita adalah mengabdi pada bandara, inilah yang harus kita lakukan. Dan saya pikir, keluarga saya menerima dan enjoy-enjoy saja.

Apa perbandingan bekerja dulu waktu masih di Jakpro dan AP II?
Kalau Jakpro, kita membangun tapi hasil karya kita tidak directly dituntut sama masyarakat. Kalau di Soetta hampir sama kayak waktu saya masih di Ancol. Setiap apa yang kita lakukan itu langsung dinikmati oleh masyarakat, sekalipun mendapat komplain dari masyarakat. Nah itu kita harus interaktit. Kita tidak bisa mengandalkan, istilahnya saya produce suatu barang, lu pakai tuh. Nggak bisa. Ada beberapa yang begitu kita produce, sampaikan pada masyarakat, ada komplain, kita harus bersedia melakukan koreksi. Itu yang signifikan. Kalau di Jakpro, saya bangun taman, rumah dsb, tidak ada komplain yang langsung. Sehingga hitungannya itu tidak detik, menit. Tapi hari, atau mungkin minggu. Kalau di sini bisa detik, menit.

Apakah di AP II lebih high pressure?
Lebih high pressure. Tapi saya senang, karena teman-teman sangat bersemangat. Sekalipun berat, dan InsyaAllah itu yang bisa mengakomodir semuanya. Keluarga juga cukup toleran, teman-teman bersemangat, sekalipun harus beroperasi spartan sampai tengah malam, saya pikir suatu bagian yang menantang dan menyenangkan.

Harapan dan mimpinya selanjutnya kepada bandara-bandara yang dikelola AP II apa?
Mimpi saya: Satu, Soetta harus sekelas dengan bandara terbaik di dunia. First class airport. Yang kedua adalah memberikan kemudahan konektivitas kepada masyarakat di seluruh Indonesia. Karena kalau sekarang ini orang melakukan perjalanan itu masih banyak hambatan-hambatan yang cukup banyak membuat mereka susah, tidak dengan sendirinya. Tapi nanti saat kereta sudah ada, sistem tiket sudah online, check in sudah siap check in, security sudah canggih, fasilitas sudah banyak, tidak ada keterlambatan, orang itu tidak ada beban melakukan perjalanan. Kalau sekarang kan banyak sekali tekanan-tekanan yang ada di sana. Intinya mimpi kita adalah agar perjalanan masyarakat yang melalui bandara-bandara AP II itu enjoy, bukan dengan tekanan. Tapi enjoy dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru di bandara kita.

Jadi kapan itu bisa kita rasakan?
Target saya 2018. Pada saat runway ketiga sudah selesai, Terminal 1,2 sudah selesai direvitalisasi, dan pada saat kita sudah mulai merencanakan Terminal 4, dan konektivitas atau sub hub di Kualanamu sudah terbentuk, sehingga tekanan terhadap Jakarta tidak terlalu besar, Kualanamu punya peran sendiri untuk mendirejeni penerbangan yang ada 2018.

Berarti 2018, masyarakat Indonesia sudah bisa merasakan fasilitas dan kenyamanan bandara kelas dunia?
InsyaAllah demikian yang akan kita lakukan. Bukan urusan gampang, tapi kalau suatu yang susah kalau kita tekadkan, InsyaAllah bisa tercapai. (feb/feb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads