Harga Gas di RI Tinggi, Pelaku Industri Pindah ke Negara Tetangga

Wawancara Khusus Menteri Perindustrian

Harga Gas di RI Tinggi, Pelaku Industri Pindah ke Negara Tetangga

Yulida Medistiara - detikFinance
Senin, 19 Sep 2016 09:50 WIB
Harga Gas di RI Tinggi, Pelaku Industri Pindah ke Negara Tetangga
Foto: Yulida Medistiara
Jakarta - Bank Dunia menempatkan Indonesia di peringkat 109 dalam kemudahan bisnis atau ease of doing business. Pemerintah menargetkan, peringkat kemudahan bisnis ini bisa naik ke 40.

Salah satu faktor pendongkrak peringkat investasi, adalah kemudahan mendapatkan gas dengan harga yang murah. Namun, harga gas industri hingga kini masih tinggi.

Akibatnya, ada industri yang memilih hengkang ke negara lain. Berikut cerita Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, soal industri yang memilih hengkang dari Indonesia, dalam petikan wawancara dengan detikFinance, di Kantor Kementerian Perindustrian, Rabu (14/9/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Industri apa saja yang paling terkena imbas dengan harga gas ini?
Yang jelas industri yang kena itu pupuk metanol yang ada di hulu. Tapi kan yang di hulu ini kena, di hilir kena semua. Kemudian, industri kertas, baja, keramik, tekstil produk tekstil, semua kena.

Apa solusinya supaya harga gas turun, sehingga pelaku industri tak hanya merasa dibuat senang karena sudah dikumpulkan dan didengar keluhannya?
Ya ini kan action-nya jelas, pemerintah serius.

Pelaku industri sangat berharap pemerintah segera memangkas harga gas untuk industri, apa yang akan dilakukan?
Ya kita sedang memperjuangkan, seluruh kementerian dan juga Presiden mengharapkan kita memiliki daya saing industrinya di kawasan ASEAN. Kita kan Ease pf doing bussinessnya nomor 109 sedangkan Presiden meminta kita untuk naik ke peringkat 40. Nah salah satu yang kuncinya harga gas.

Kalau kita kemarin keliling, orang tanya bagaimana harga listrik, bagaimana lahannya, harga gasnya berapa, bagaimana dengan tenaga kerja, kemudian one stop service. Ini pertanyaan basic untuk orang bilang, oke saya tertarik (investasi) di Indonesia.

Investor yang mau masuk ke Indonesia, apakah mereka juga menanyakan soal harga gas yang tinggi?
Ya. Mereka yang mau investasi di kita, salah satunya pertanyaannya mengenai itu.

Apakah harga gas yang tinggi juga menjadi pertimbangan bagi pelaku industri memilih negara lain?
Salah satunya. Jadi ada perusahaan Indonesia yang berekspansi di pasar ASEAN. Ada beberapa perusahaan di sana.

Perusahaan apa saja Pak?
Saya tidak sebutkan perusahaannya, tapi sektornya saja. Sektornya tekstil untuk otomotif, ada sektor injection holding untuk consumer product, dan bahan baku untuk ban.

Apakah karena harga gas yang tinggi membuat mereka memilih ekspansi di negara lain?
Kombinasi, karena harga gas, karena pasar juga. Misalnya, beli injection holding di Thailand tidak bayar pajak, kalau beli di Cikarang bayar pajak. Memang secara realitas, kadang Indonesia kalah bersaing. Apalagi, harga gas di Indonesia juga beda dari yang lain.

Apa strategi Bapak untuk menyiasati masalah harga gas ini sehingga pelaku industri tak hengkang ke negara lain?
Salah satunya pasar, orang kan mau investasi di Indonesia karena mau mengakses pasar. Seiring dengan upaya memangkas harga gas agar kompetitif, kita juga akan mengembangkan industri di luar Jawa, sehingga pasar tidak hanya terbentuk di luar Jawa. (hns/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads