Menurut Kepala Perwakilan FAO (Food and Agriculture Organization of The United Nations/Badan Pangan PBB) untuk Indonesia dan Timor Leste, Mark Smulders, meninggalkan pertanian konvensional dan beralih ke intensifikasi lahan pertanian jadi salah satu cara menarik anak muda menjadi petani.
"Karena pertanian tidak menghasilkan banyak uang, orang muda merantau ke wilayah urban. 54% penduduk tinggal di perkotaan. Padahal, saat ini petani di Indonesia usianya sudah mendekati 50 tahun, ini hampir mendekati umur terakhir untuk petani yakni 57 tahun. Ini terjadi di banyak negara, bukan hanya Indonesia," kata Smulders kepada detikFinance, saat ditemui di kantor perwakilan FAO, Menara Thamrin, Jakarta, Jumat (8/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Program intensifikasi pertanian dengan mina padi bisa menghasilkan pendapatan yang bagus. Pertanian tradisional dengan budidaya ikan. Jadi petani mendapatkan pendapatan di luar panennya," ujar dia.
Dari percontohan mina padi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, hasil panen gabah pun meningkat menjadi 9,3 ton sekali panen, dari sebelumnya 6,5 ton per hektarnya. Di sisi lain, petani juga mendapat pendapatan tambahan dari penjualan ikan air tawar.
Selain mina padi, FAO yang berada di bawah PBB ini sudah beberapa tahun belakangan mencoba teknik pertanian konservasi untuk lahan jagung di NTT yang didominasi lahan kering.
Pertanian dengan teknik konservasi atau pengelolaan tanah di lahan marginal sudah meningkatkan jumlah panen jagung dari sebelumnya 2,4 ton per hektar menjadi 4,4 ton per hektar. (drk/drk)











































