Bagaimana Cara Pertamina Kalahkan Petronas?

Wawancara Khusus

Bagaimana Cara Pertamina Kalahkan Petronas?

Michael Agustinus - detikFinance
Senin, 23 Jan 2017 10:34 WIB
Foto: Michael Agustinus
Jakarta - Laba Pertamina per akhir Juni 2016 mencapai US$ 2,38 miliar, sementara laba Petronas di periode yang sama adalah US$ 1,6 miliar. Hingga Oktober 2016, Pertamina telah mencetak laba sebesar US$ 3,01 miliar atau Rp 40 triliun. Keuntungan Pertamina pada 2016 menembus Rp 40 triliun dan mengalahkan Petronas.

Tetapi Pertamina baru mengalahkan BUMN perminyakan Malaysia itu dari sisi perolehan laba saja. Dari sisi aset, Pertamina masih kalah jauh. Total aset Pertamina yang Rp 45,5 miliar hanya sepertiga aset Petronas.

Bagaimana strategi Pertamina untuk bisa menandingi Petronas? Wakil Direktur Utama Pertamina, Ahmad Bambang, menjelaskannya kepada detikFinance dalam wawancara khusus di Hyatt Regency Hotel, Kamis (19/1/2017) lalu. Berikut petikannya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laba Pertamina tahun 2016 mengalahkan Petronas. Tapi baru laba saja, misalnya soal aset masih jauh. Bagaimana agar dalam jangka panjang Pertamina bisa menandingi Petronas?
Petronas dulu belajar dari Pertamina ketika Pertamina masih menerapkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1971, pengelolaan minyak negara diserahkan pada Pertamina dan itu ditiru persis oleh Petronas. Sampai sekarang Petronas mengelola cadangan minyak negara. Negara hanya terima pajak, dividen, dan royalti.

Kalau Pertamina kan sudah lama dipisahkan, kekayaan migas bukan haknya Pertamina. Dengan demikian aset Petronas dibanding Pertamina jadi jauh. Secara aset kita jadi kalah jauh.

Bagaimana Cara Pertamina Kalahkan Petronas?Foto: Ardan Adhi Chandra


Jadi revisi UU Migas perlu memasukkan cadangan migas nasional sebagai aset Pertamina?
Kalau ngomong aset, kita baru menyamai Petronas kalau UU Migas yang baru memasukkan kembali cadangan migas negara sebagai aset Pertamina, masuk dalam neraca. Kalau itu masuk aset Pertamina, kami bisa pinjam uang untuk ekspansi lebih besar lagi. Asetnya tidak dijual, di-collateral saja. Tapi kepentingan di UU Migas banyak, kita lihat saja nanti Undang Undangnya.

Apa yang membuat Pertamina meraup laba lebih besar dari Petronas tahun 2016?
Petronas banyak fokus di hulu gara-gara harga minyak tinggi sampai 2014 lalu. Bisnis hilir itu untungnya kecil, misalkan kami untuk jualan Pertamax keuntungan kotor saja dibatasi hanya 5-10 persen. Kalau margin kotor 10 persen, bersihnya itu kira-kira paling dapat 5 persen. Jadi kalau 5 persen bersihnya hanya 2,5 persen.

Petronas itu di Malaysia sendiri bisnis downstream-nya (bisnis hilir) cuma 40 persen. Kalau Pertamina kan masih lebih dari 95 persen sampai daerah-daerah terpencil. Jadi ketika upstream (bisnis hulu) jatuh, downstream bisa take over menyelamatkan. Kita kejar di hilir, akhirnya net profit bisa menyalip Petronas.

Kalau di hulu Pertamina sekarang mencaplok blok-blok di luar negeri. Kalau di hilir bagaimana rencana Pertamina ekspansi ke luar negeri?
Kami ingin jadi perusahaan berkelas, enggak bisa main di domestik saja. Tapi di domestik juga harus tetap jadi raja. Jadi harus jadi raja dulu di domestik, lalu keluar untuk menunjukkan bahwa kami tidak cuma jago kandang. Ekspansi kami lakukan bertahap.

Pertama kami lakukan kerja sama, belum hadir secara fisik. Misalnya di bisnis avtur, pelumas dulu juga awalnya begitu. Di pelumas awalnya kami kerja sama berpartner dengan distributor di Australia. Avtur kami melayani di berbagai negara, tapi di sana yang melayani bukan Pertamina.

Tahap kedua baru kita hadir secara fisik. Itu yang bisa sekarang Lubricants, sudah punya pabrik di Thailand. Rencananya juga di China. Lalu di aviasi, sebentar lagi di Jeddah, izinnya sudah keluar. Syarat mereka kan ada partner lokal, beli minyaknya harus dari Saudi Aramco. Kita akan bersaing dengan 6 kompetitor lain.

Di Timor Leste juga sudah retail SPBU, kita kerja sama dengan partner lokal, ada 1 yang Pertamina murni dan SPBU Timor tapi powered by Pertamina, joint venture. Myanmar untuk retail kami sudah tender, memang mundur-mundur karena situasi politik di sana. Kami juga lagi menjajaki di Filipina, Laos, dan Vietnam.

Kemudian kami mau rebut pasar Selat Malaka lewat Pertamina Internasional Downstream (PIDS). Kementerian BUMN sudah setuju, tinggal set up direksi. Kami sudah bangun terminal BBM di Pulau Sambu, itu BBM taruh sana untuk berkompetisi di Selat Malaka, nanti bisa untuk Myanmar dan sebagainya.

Partnernya siapa untuk bisnis avtur di Jeddah?
Partner lokal kami di sana adalah Dallah Group. (mca/wdl)

Hide Ads