Kisah Sukses Dirut Sritex, Belajar Bisnis Sejak Umur 5 Tahun

Wawancara Dirut Sritex

Kisah Sukses Dirut Sritex, Belajar Bisnis Sejak Umur 5 Tahun

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 23 Agu 2018 08:01 WIB
Kisah Sukses Dirut Sritex, Belajar Bisnis Sejak Umur 5 Tahun
Foto: Trio Hamdani/detikFinance
Jakarta - Iwan Setiawan Lukminto adalah salah satu pengusaha yang namanya bertengger di jajaran orang terkaya Indonesia. Berdasarkan catatan Forbes 2017, Iwan masuk 50 besar orang terkaya di Indonesia.

detikFinance, pada Selasa (21/8/2018) berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex.

Sekitar 55 menit, Iwan menceritakan perjalanan karirnya mulai dari nol hingga berada di posisi kejayaan seperti sekarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sritex sendiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertekstilan. Dalam sesi wawancara khusus dengan detikFinance, Iwan pun membeberkan suka duka, tantangan, hingga strategi di industri tekstil di Indonesia.

Tentunya banyak kisah menarik Iwan Lukminto yang diceritakan langsung kepada detikFinance. Berikut wawancara khusus dengan Iwan Lukminto, saat ditemui di kantornya, Energy Building, SCBD, Jakarta:

Bisa diceritakan awal mula perjalanan Anda di Sritex?
Awal saya, saya itu awalnya masuk di Sritex tahun 1997. Waktu itu saya masuk setelah selesaikan studi di Amerika. Lalu saya meneruskan pekerjaannya ayah saya. Lalu waktu itu bermula dari analis istilahnya, analisis Sritex. Jadi mendampingi ayah, setelah itu baru dikasih kepercayaan lah, asisten direktur lah. Dari kepercayaan itu, 2 tahun kemudian jadi wakilnya. Setelah itu di 2003 mulai saya take over jadi presiden direktur sampai sekarang.

Jadi awalnya belajar lah tentang bagaimana Sritex pada waktu itu. Tapi sebelumnya saya sudah mendapatkan tacit knowledge lah dari ayah saya dari mulai kecil. Jadi ikutin bapak, ibu juga di kantor, pas dagang di pasar Klewer pada waktu itu tahun 1980an.

Waktu Anda kecil bisnis orang tua seperti apa?
Pak Luk (Lukminto) lahirnya Sritex itu tahun 1966 di Pasar Klewer sebagai pedagang tekstil. Tahun 1970 mulai bikin pabrik istilahnya kecil kecil. Lalu diperbesar pelan pelan tahun 1970, 1980, 1990.

Waktu kecil, Anda sudah mulai belajar bisnis di umur berapa?
Mulai umur 5 tahun saya sudah ikut, 5 tahun ikut, sudah biasa.

Perjalanan masa kecil Anda seperti apa?
Ya saya sekolahnya di Solo awalnya. Saya lahir di Solo, lalu pendidikan saya kebanyakan pendidikan dari orang tua, maksudnya dalam arti pendidikan etika, pendidikan daripada human relation dari orang tua saya terutama ayah saya. Dan ayah saya tidak segan segan membawa anaknya melihat bekerja. Jadi involvementnya itu luar biasa orang tua saya.

Dari kecil sudah dilibatkan di bisnis orang tua, sementara masa anak-anak ada keinginan untuk bermain. Itu bagaimana?
Iya pasti, tapi dikombinasi. Semuanya boleh, main itu kan boleh tapi kan harus lihat bagaimana sih nanti kamu hidup, cari nafkah itu bagaimana kan harus tahu. Jadi jangan sampai nanti kamu kaget cari nafkah itu sulit loh. Di situ lah dikasih suatu pendidikan atau knowledge lah.

Dalam mendidik anaknya, orang tua Anda tegas?
Oh tegas, Pak Luk itu orangnya disiplin. Dia itu disiplin dalam arti dia itu sangat mencintai keluarganya. Tapi keluarganya harus punya etika, terus punya namanya fair, dan harus punya cinta kasih ya, dan punya friendship dan pertemanan. Itu prinsipnya pak Luk. Dan dia mau anak anaknya sukses, makanya dia harus ngomong kamu harus disiplin, disiplin itu dari sendiri. Di situ kamu jadi harus terbiasa dengan perubahan zaman, harus terbiasa lah, ayah saya itu begitu.

Bagaimana ceritanya hingga akhirnya Anda masuk ke Sritex?
Saya pertama jelas orang tua mempunyai suatu harapan ke anaknya dan itu masuk akal. Boleh dong mempunyai harapan ke anak, kan juga boleh. Harapan itu kebetulan sama anaknya cocok. (Harapannya itu) meneruskan pekerjaan ini, karena dari awal sudah dikenalkan. Kalau dari awal nggak dikenalkan kan nggak bisa. jadi dari awal dikenalkan 'oh pekerjaan tekstil itu seperti ini, mesinnya seperti ini, caranya order seperti ini, caranya cari keuntungan ya demikian'. jadi ini diajarkan terus dar mulai kecil. jadi kita itu sudah ngerti maksud dan tujuannya sudah tahu kita.

Apa yang memotivasi Anda ke Sritex?
Yang memotivasi saya, saya di depan mata itu sudah ada barangnya. Kenapa saya tidak membesarkan, orang di depan mata saya. Istilahnya di meja makan ada makanan kenapa yang di depan mata kita nggak dimakan dulu, kenapa harus pergi terus cari makanan di luar istilahnya. Di rumah ini ada makanan enak sebenarnya. Kalau kurang enak diperbaiki kurang enaknya apa.

Dengan meneruskan bisnis yang dibangun orang tua, tidak ada kekhawatiran setelah Anda yang menangani malah drop?
Itu mindset, mindset down, mindset up. Mindset saya adalah memperbaiki perusahaan. Mindset saya adalah bagaimana perusahaan ini menjadi profesional pada akhirnya memperbesar kan.

Setelah Sritex di bawah kepemimpinan Anda perkembangannya seperti apa?
Jadi kalau di Sritex Tbk saya masuk itu omzetnya paling US$ 50 juta per tahun. Sekarang tahun ini hampir US$ 1 miliar. Bukan saya doang, dalam arti kematangan tim saya ini sudah matang untuk menjalankan kapal induk ini.

Dari segi inovasi, perubahannya bagaimana?
Itu juga banyak, produk produk tambah banyak, seragam seragam tambah banyak, negara negara yang ada 100 negara lebih jadi tujuan ekspor. Lalu yg lain lain, pegawainya juga tambah banyak. Dulu saya masuk 10 ribu sekarang 50 ribu.

Klik selanjutnya untuk halaman berikutnya

Suka duka industri tekstil di Indonesia seperti apa?
Suka dukanya sejak tahun 1998 sampai 2008 itu tekstil dikategorikan adalah sunset industry. Stigmanya adalah seperti itu oleh Bank Indonesia karena ada suatu pemain big itu nggak perform.

Dampaknya ke Sritex dari hal tersebut bagaimana?
Dampaknya ke industri ini, makanya di tahun itu kan susah growing. Kalau itu tidak ada stigma itu Sritex itu lebih gede lagi 5 kali lipat dari yang sekarang. Stigma itu pengaruh 10 tahun, berhenti, tidak ada land sama sekali di bank, tidak ada lending. Bayangin dari 1998 sampai 2008 tidak ada lending. Itu sangat menyulitkan untuk industri ini. Kalau mau besar ya mesti sama perbankan dong, lending dong.

Akibatnya perbankan tidak mau beri pinjaman buat modal?
Semuanya, nggak mau modal, nggak mau investasi, jadi sulit tumbuh.

Apa yang saat itu dilakukan Sritex untuk bertahan?
Makanya kami akhirnya 2013 kita go public. Sritex itu yang membranding industri ini. Akhirnya kita bisa lanching juga global bond di 2014. Baru tekstil tuh 'bisa ya' jadi kita yang membranding industri ini.

Iklim dunia usaha lebih berat dulu atau sekarang?
Dulu sama sekarang berat dulu karena persaingan di China lebih kuat di tahun 2000an karena murah China waktu itu. Ini sekarang sudah mulai setara, lebih mahal sana malahan. Kenapa China, karena masif di situ masifnya didukung oleh pemerintah, di kita tidak ada.

Kondisi industri tekstil saat ini gambarnya bagaimana?
Di Indonesia ini membutuhkan suatu perlindungan. Perlindungan dalam arti kebijakan pemerintah untuk industri dimana kita harus membangun UKM yang kuat nantinya. Kita harus menciptakan UKM UKM. Nah UKM UKM itu adalah needs market kebanyakan misalnya brokat, itu banyak impor masih. Masa kebaya brokat sebenarnya harusnya dalam negeri itu impor, dari China, dari India, banyak sekali. Itu harus ada kebijakan pemerintah di situ, karena kalau nggak ada kebijakan pemerintah ya nggak buat buat pabrik di sini.

Kenapa harus produksi di dalam negeri, yang memproduksi itu kan memperkaya diri kan. Lah kalau yang memproduksi di sana memperkaya orang mana? orang sana. Harus dijaga karena musuh kita itu besar sekali. Negara kita berapa sih jumlahnya 250 juta kan. China berapa, 1,2 miliar. Negara kita ini 1 provinsinya saja loh. Gede dia APBNnya, pabriknya dia besar besar gede, masif. Kita nggak ada apa apanya lah. Kalau di dalam negeri kita orang-orang kita nggak dikasih kesempatan untuk kerja ya nganggur orang orang kita, penganggurannya makin naik.

Sulit atau tidak bersaing dengan produk tekstil China?
Kalau secara fresh tidak sulit. Fresh itu maksudnya saya order seragam detikcom di China sama di Indonesia mungkin di China lebih mahal kalau fresh. Tapi kalau order dicarikan barang sisa, barang reject itu, itu banyak nggak? (banyak). Itu kalau gempur di sini gimana harganya? (banting harga). Nah itu yang harus dijaga dong.

Banyak barang reject dari China yang dioper ke Indonesia?
Banyak sisa sisa. Kalau yang fresh nggak apa fresh order. Tapi sisanya itu buang di Indonesia dengan harga murah, berapapun orang sisa kan dia any price. Nah begitu lah permainan di tekstil itu.

Berarti kalau dari segi kualitas sebenarnya tekstil kita masih bersaing?
Bersaing.

Produk tekstil asing kebanyakan dari China? dari negara lain ada?
Yang paling besar China. China itu menyumbang market share 30% di dunia, Indonesia cuma 2%. bayangin, jauh. Jadi Indonesia kalau naikin 2% saja sudah growth-nya 100% loh, apa nggak bisa? bisa.

Harapannya pemerintah bisa memproteksi produk produk dari China?
Oh iya pemerintah harus turun tangan masalah ini.

Peran pemerintah kurang karena apa?
Karena tidak ada standardisasi dan spesifikasi yang nggak boleh masuk tuh ini ini ini harus terdaftar semua. Jadi kerjanya kurang detail untuk permasalahan ini. Caranya mendetailkan bisa, misalnya Turki, detail sekali di Turki. Ada hitungannya nggak asal masuk, terdaftar semuanya.

Bapak sudah sampaikan keluhan ini ke pemerintah?
Kita sebenarnya belum menyampaikan yang secara detailnya bagaimana. Tetapi dia harus proaktif juga, ya kan, kita harus proaktif lah bersama sama. Jadi kita pun juga tahu caranya untuk mencarikan solusi. Cuma kerjanya agak banyak, perlu kerja keras dan memang pintu pintu yang di dermaga itu harus hati hati lah.

Banyak yang masuk ilegal juga?
Mestinya ya, mestinya ada.

Klik selanjutnya untuk halaman berikutnya

Terkait bahan baku tekstil masih banyak impor?
Nah itu, selamanya jika kita tidak mau membenahi aturan ya nggak ada pabrik raw material, nggak ada trigernya kok, Indonesia kan nggak ada triger, UKMnya bagaimana, kalau UKMnya tambah banyak kan raw material kan otomatis lebih baik di Indonesia.

Selama ini masih sulit bahan baku dari dalam negeri?
Masih, tapi keinginan kami itu harus adanya Direktorat Tekstil di Perindustrian dan di Perdagangan untuk mengatur ini. Ya katanya nggak ada budget, ya manusia harus bisa mengubah. Jadi kan harus diawasi. Pangan saja ada kok. Kan sandang pangan papan, papan sudah ada. Sandang ini kan 3 juta orang sekarang ini.

Untuk kebutuhan bahan baku, porsi impornya berapa?
Di Indonesia banyak, 60% porsinya.

Bahan baku yang masih impor apa saja?
Cutton, rayon, poliester, itu. Tapi ini bisa diatur, maksudnya bisa dianu (diproduksi dalam negeri) kalau kita mempunyai industri yang turunannya kuat derivatifnya ini. Nah derivatif kan harus diatur diatur dengan aturan tadi.

Untuk impor bahan baku kebanyakan dari mana?
China, tetep China itu maker dia masif.

Masih ada 40% yang bisa dipasok dari dalam negeri, itu apa saja?
Bisa, terutama rayon sama poliester. Kalau cutton Indonesia memang kurang. Cutton dari Amerika. Memang kita bukan cutton grower di Indonesia, bukan iklimnya kita, ada pun kecil

Pemerintah kan rencananya mau batasi impor karena defisit neraca perdagangan. Itu langkahnya tepat? Atau ada kekhawatiran nanti industri tekstil susah impor bahan baku?
Lets say, belom ngerti kita, tapi pada umumnya kalau yang tidak krusial itu nggak apa (dibatasi impornya). Tapi kalau krusial nanti di dalam negeri ada inflasi juga kan akibatnya.

Kalau Anda sebagai pengusaha belum disosialisasikan pemerintah?
Saya lihat di koran saja belum ada sosialisasi ke pengusaha.

Tapi Anda menilai langkah ini tepat tidak? Kan banyak industri yang masih butuh bahan baku impor?
Sementara ini, sementara saja (kebijakannya). Long term nya harus membuat manufacturing di Indonesia, solusinya.

Harapannya dari kebijakan tersebut?
Kalau kami impor kan ekspor juga. Jadi menurut saya sih nggak terlalu ini karena kita porsi ekspornya banyak. Jadi kita tidak kena duty, tidak kena pembatasan.

Soal perang dagang dengan Amerika Serikat karena mau cabut GSP, tanggapan Anda sebagai pengusaha tekstil bagaimana?
Tekstil tidak ada GSP dari dulu. Jadi jangan salah sambung. Kita malah membantu industri yang lainnya itu. Tekstil yang jadi membantu, membantu yang produk produk lain yang kena seperti sawit, Kita membantu dia malahan sekarang ini. Caranya kita beli cutton lebih dari Amerika, agriculture nya dia. Jadi kita itu penolong ini, menolong asosiasi yang lain kita ini.

Kenapa mau ikut turun tangan membantu?
Ya pertama kan memang kita itu asosiasi Kadin, juga ada asosiasi pertekstilan, dan asosiasi asosiasi lainnya dan memang kita melihat ada ruang ke Amerika lebih. Harapannya adalah kita beli cotton Amerika lebih banyak, kita juga ekspor ke Amerika lebih banyak kan. Jadi kan kemauan juga Amerika kan untuk bilateral trade.

Pihak AS sendiri responsnya bagaimana?
Baik, kita sudah ketemu USDI di sana oleh deputi sekretaris, wakil menteri, direspons baik oleh mereka karena mereka juga punya kesulitan ekspor ke China, kena tax dia ke China. Jadi ini adalah kesempatan yang baik.

Berarti adanya tawaran industri tekstil Indonesia menyerap cutton dari Amerika lebih banyak mereka merespons positif?
Positif dengan US retailer juga direspons baik.

Sejauh ini belum ada keputusan?
Ini digodok terus. Ini November ada di Amerika lagi. November ada cutton submit lagi di Amerika.

Sritex sendiri ekspornya ke mana saja?
100 negara lebih.

Terbesar ekspor kemana?
Benua saja ya, Eropa, Amerika, itu yang paling gede. Asia juga masih masuk.

Kalau ekspor kompetitornya dari mana saja?
Ya nomor 1 China. 30% loh dunia suplai dari China. Gede banget, kita 2%.

Kenapa mereka menguasai pasar global?
Aturan, menangnya karena aturan, ya nggak boleh masuk anda ini wilayah saya.

Berarti itu peran pemerintahnya bagaimana?
Peran pemerintahnya luar biasa. Ada Menteri Tekstil di situ, khusus. India juga ada Menteri Tekstil. Ada Menteri Tekstil, makanya diatur karena ini gede banget, gede banget pokoknya. Indonesia ini masih kecil, kecil banget mau dinaikan 5 kali aja bisa, tapi ada regulator regulatornya yang bantu kita dong.

Harapannya regulator di Indonesia bisa bantu dari segi apa?
Ya perdagangan, ya itu tadi selundupan, bea masuk, diatur semuanya.

Kalau bantu secara langsung untuk ekspornya?
Ekspor dipermudah.

Sejauh ini ekspor masih sulit?
Ekspornya jadi ya gini, kredit ekspor ada, satu. Nomor dua restitusi pajak harus cepat, Masa restitusi lama banget setahun baru keluar, ya mohon maaf ya ditertawakan.

Kalau bicara ekspor pemerintah bilang sudah banyak kebijakan yang mempermudah dan insentif segala macam?
Ya harus disinkronkan lah kurang detail. kan itu baru covernya aja.

Sejauh ini kebijakan pemerintah belum sesuai kebutuhan industri?
Didetailkan saja, sebetulnya sudah bagus, didetailkan saja satu satu dijalankan

Porsi penjualan ekspor sama domestik Sritex berapa persen?
70:30. 70 ekspor, 30 domestik.

Kenapa lebih besar ekspor?
Diversifikasi. Kalau nggak diversifikasi kan nggak bisa

Kalau pasar domestik masih menjanjikan?
Masih menjanjikan, 250 juta orang, menjanjikan dong.

Dari pengusaha sendiri untuk bersaing di pasar ekspor apa yang dilakukan?
Kita tetap membuat network yang banyak, new product, new customer itu terus tiap hari.

Sritex ekspor ke 100 negara berarti produknya diterima asing? mereka menilainya bagaimana?
Kita karena sudah masuk internasional standard. Jadi dia bisa menerima dengan baik. Jadi tidak diragukan karena semua teknologi sudah terbaik semua di Sritex itu teknologi terakhir semua di tekstil ini dan human resource-nya juga disiplin di Sritex.

Dolar AS sudah stabil rupiah sudah menguat. Tapi sebelumnya kan tertekan, pengaruhnya gimana?
Kita malah positif karena ekspornya lebih besar.

Keuntungannya gimana?
Ya pendapatan rupiahnya lebih.

Hitung-hitungan ke peningkatan pendapatan?
Itu mungkin ada hitung hitungannya ya tapi saya nggak pegang langsung.

Pemerintah kan meminta pengusaha bawa pulang devisa hasil ekspor?
Devisa saya di dalam negeri semua nggak ada yang di luar negeri.

Kenapa seluruh devisa Anda di dalam negeri?
Ya memang hidupnya dari sini kan. Ditaruh saja di sini. Tapi sebenarnya tergantung daripada kepentingan perusahaan perusahaan itu sendiri. Bukan berarti yang devisa di luar negeri itu juga salah, memang kalau ada yang operation di luar bagaimana, mau nggak mau.

Kalau Anda kenapa bisa devisanya di dalam negeri semua?
Karena kan manufacturing saya di Indonesia semua.

Klik selanjutnya untuk halaman berikutnya

Tips buat orang orang yang mau jadi entrepreneur gimana?
Tipsnya satu disiplin enterpreneur itu harus disiplin, lalu bekerja keras, never give up dan banyak inovasi, itu yang harus dilakukan, selama ada inovasi tidak ada krisis.

Kan nggak sedikit yang mencoba jadi enterpreneur tapi gagal, biasanya apa yang menbuat gagal?
Ya ini, ini kata kata yang bagus, tell me and I forget, teach me and I may remember, involve me and I learn. Kebanyakan enterpreneur yang belum sukses, saya ngomong belum sukses ya jadi bukan tidak, tapi belum, dia tidak mengalami yang ketiga, involve ini tidak ada. Temannya masih teman teman yang lama, bukan teman teman pengusaha, kalau mau sukses temannya harus pengusaha, involvemet nah itu kuncinya itu.

Strategi buat pengusaha tekstil bagaimana?
Strateginya agak simpel sebenarnya, satu jelas pertahanan kualitas, kedua harus mempunyai operasional yang efisien, yang ketiga mempunyai produk produk yang bagus dalam arti bisa diterima banyak orang. Untuk efisien ini teknologi, operation itu teknologi sama human resource lah pastinya. Yang keempat juga jangan lupa memperbaiki lingkungan hidup ya kan kita di tekstil itu ada waste water. Itu jangan lupa, harus dikelola.

Hide Ads