Jakarta -
Sejumlah perusahaan BUMN meramaikan industri financial technology dengan membangun LinkAja, yakni sebuah layanan sistem pembayaran berbasis QR code. LinkAja merupakan aplikasi hasil migrasi dari sejumlah uang elektronik milik BUMN seperti Mandiri E-cash, T-money, T-CASH, T-bank dan UnikQu. Kehadiran LinkAja diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif masyarakat untuk mendapatkan layanan sistem pembayaran yang mudah dan efisien.
Selain itu, LinkAja juga diharapkan bisa mendorong inklusi keuangan di Indonesia. Sempat direncanakan meluncur pada awal April 2019, LinkAja berkali-kali mundur peluncurannya akibat alasan yang tak menentu. Namun, kini LinkAja diluncurkan dan siap bersaing dengan GoPay dan OVO.
Berikut wawancara khusus detikFinance dengan Direktur Utama Fintek Karya Nusantara, Danu Wicaksana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bisa dijelaskan kenapa peluncuran LinkAja selalu mundur dari jadwal yang sudah ditentukan?Secara operasional, LinkAja sebenarnya sudah bisa dinikmati masyarakat Indonesia sejak awal Maret 2019. Sampai saat ini sudah jutaan masyarakat Indonesia yang menggunakannya. Hanya saja, seremoni peresmiannya yang sempat tertunda beberapa kali. Ada beberapa pemikiran di belakang keputusan ini, antara lain pertimbangan aspek keamanan pengumpulan massa di tengah masa kampanye Pemilu Presiden dan pemberian izin dari pihak berwenang, serta beberapa pertimbangan lainnya. Pada akhirnya, launching LinkAja dilakukan pada hari Minggu, 30 Juni di Jakarta.
Saat LinkAja pertama kali rilis dan ada di google playstore kan sempat ramai banyak pengguna yang gagal login dan gagal transaksi, boleh diceritakan apa yang terjadi saat itu? Kemudian butuh waktu berapa lama untuk proses penyesuaiannya?Pada saat awal LinkAja di-release sebagai aplikasi baru di awal tahun ini, terdapat antusiasme pengguna yang signifikan, dan di sistem tercatat beberapa pengguna mengalami kendala layanan yang bersifat anomali dalam penggunaan LinkAja. Hal tersebut segera diatasi pada kesempatan pertama melalui penyesuaian yang efektif dan terukur guna memastikan layanan dapat kembali digunakan secara luas tanpa kendala.
Hingga saat ini sudah berapa banyak yang menggunakan LinkAja?Hingga saat ini, terdapat sekitar 25 juta pengguna terdaftar yang berada di seluruh Indonesia.
Dulu kan LinkAja disebut-sebut sebagai pesaing GoPay dan OVO? Bagaimana sebenarnya?Bagi kami, tantangan terbesar masih datang dari tingginya presentase penggunaan uang tunai dalam bertransaksi yang mencapai sekitar 76% dari total transaksi yang terjadi di Indonesia. Meskipun demikian, kini kami melihat semakin banyak masyarakat yang memahami dan menggunakan uang elektronik dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah memang LinkAja didesain untuk menyaingi mereka? Pemain uang elektronik lain sebenarnya merupakan partner kita untuk saling bahu membahu mewujudkan masyarakat non-tunai. Ke depan, kami tentunya mengharapkan LinkAja tentunya bisa menjadi penyedia layanan uang dan dompet elektronik terbesar di Indonesia.
LinkAja akan bisa digunakan untuk bayar tol, beli bensin hingga MRT ya pak? Nanti bagaimana konsepnya?LinkAja sekarang mencoba memberikan offering use case yang berbeda dari para pemain yang ada di pasar saat ini, antara lain dengan cara menjadi opsi pembayaran di SPBU, jalan tol dan berbagai moda transportasi publik seperti kereta api, bis, LRT, MRT, pesawat dan lain-lain.
Kami akan menggunakan beberapa teknologi terkini di dalam layanan ini, yang kami harapkan akan lebih membuat transaksi masyarakat menjadi nyaman, aman dan mudah. Selain itu hal ini juga akan memberikan beberapa benefit tambahan bagi partner kami (seperti pengusaha SPBU, pemilik jalan tol dan operator transportasi publik.
Butuh persiapan berapa lama untuk pembayaran ritel itu? Lalu benchmarknya dari negara mana?
Persiapannya membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk setiap partner kami, ada yang hanya 1-2 bulan, ada yang jauh lebih lama. Benchmark sendiri kami lakukan dengan berbagai negara, misalnya dengan negara Asia lain seperti China, India maupun dengan beberapa negara Eropa. Yang pasti, selain melakukan persiapan teknis, kami juga selalu berkoordinasi dengan regulator kami Bank Indonesia untuk memastikan semua pengembangan fitur selalu memenuhi regulasi yang dimiliki oleh Bank Indonesia.
Selain fitur-fitur canggih yang ada saat ini, apakah ada lagi pengembangan fitur lainnya?
Kami berencana untuk mengembangkan beberapa fitur tambahan jika mendapatkan izin dari Bank Indonesia, seperti pengembangan dompet elektronik, cross border payment, dan juga penggunaan LinkAja di berbagai moda transportasi publik.
Untuk cross border payment nanti di negara mana saja?
Di beberapa negara di Asia.
Bagaimana LinkAja menyikapi pengguna uang elektronik yang gemar dengan cashback dan promosi seperti potongan harga?
Kepuasan pengguna adalah yang utama bagi kami. Karenanya, kami berupaya untuk menyesuaikan strategi yang kami jalankan dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat. Berbagai promosi kami juga hadirkan melihat dari fakta di masyarakat yang memang menjadikan potongan harga sebagai salah satu pertimbangan saat memilih layanan selain kemudahan pemanfaatan LinkAja untuk bertransaksi secara nontunai.
Namun bagi LinkAja, upaya yang lebih esensial sebenarnya adalah memperkaya Use Case LinkAja di seluruh sendi kehidupan masyarakat, dari pagi hingga malam hari, sehingga LinkAja bersifat lebih holistik dan memenuhi seluruh kebutuhan esensial semua kalangan masyarakat. Point of Services LinkAja yang mencapai lebih dari 100,000 titik di seluruh Indonesia juga memberikan kemudahan berarti bagi para pengguna untuk bertransaksi.
Apa harapan untuk LinkAja dalam 5 tahun ke depan?
Harapan utama kami adalah LinkAja bisa menjadi agen pembangunan nasional untuk bangsa Indonesia, sesuai visi Bapak Presiden Jokowi untuk meningkatkan literasi keuangan dan penetrasi inklusi keuangan di Indonesia menuju 75% di akhir tahun ini dan semoga bisa menyentuh angka 90% dalam beberapa tahun ke depan.
Bagaimana cara menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri fintech ?
Untuk bisa mencapai ini, kami sadar bahwa LinkAja harus memiliki ekosistem use case yang lengkap, memiliki target segmen market yang tepat dengan strategi dan eksekusi yang baik pula; dan yang tidak kalah penting didukung oleh seluruh jajaran pemerintah dan swasta di Indonesia.
Sekarang LinkAja punya fitur untuk tarik tunai di 4 bank BUMN, apa tujuannya?
Kalau dilihat bahwa target utama kita adalah masyarakat yang masih unbanked, dimana saat ini biaya untuk mengirimkan uang dari satu kota ke kota lain sangatlah mahal dan lokasi-lokasi pengambilan uangnya juga sangat terbatas, seperti kantor pos. Dengan fitur ini, pelanggan LinkAja dapat dengan mudah menarik saldo LinkAja di ATM Mandiri, BNI, BRI dan BTN yaitu sebanyak lebih dari 42,000 mesin ATM di seluruh Indonesia. Selain fitur Tarik Tunai di ATM Himbara, kami juga memiliki fitur Kirim ke Rekening Bank, dimana pengguna LinkAja bisa mengirimkan saldo LinkAja yang belum terpakai ke akun tabungan mereka di Bank BUMN seperti Bank Mandiri, BNI, BRI dan BTN dengan gratis/tanpa biaya.
Untuk tarik tunai di ATM kenapa kena biaya Rp 5.000?
Fitur Tarik Tunai di ATM Himbara dikenakan biaya Rp 5.000 itu karena adanya biaya pemeliharaan ATM dan pengoperasiannya di sisi bank, misalnya pengisian uang tunai yang dilakukan rutin, update software dan lain-lain, untuk pemeliharaan lah. Biaya tarik tunai ini kalau dibandingkan dengan biaya tarik tunai off-us atau beda Bank di ATM bank lainnyajuga lebih terjangkau karena biaya yang mereka bebankan adalah Rp. 6,500 sampai Rp. 7,500.
Halaman Selanjutnya
Halaman
Simak Video "Jangan Ikut-ikutan Fenomena 'Galbay' Pinjol Ilegal"
[Gambas:Video 20detik]