Cerita Bos RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

Wawancara Khusus Anak Bos Mayapada

Cerita Bos RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal

Vadhia Lidyana - detikFinance
Sabtu, 10 Agu 2019 12:08 WIB
Cerita Bos RS Mayapada Saat Mati Listrik Massal
Foto: Vadhia Lidyana
Anda menjabat sebagai komisaris utama Mayapada Healthcare, seperti apa ceritanya anda masuk ke bisnis tersebut?
Jadi kita itu memulai usaha kesehatan itu sekitar 10 tahun yang lalu. Itu dimulai saya pikir mungkin tidak sengaja. Jadi memang karena keinginan yang dimulai dari Pak Tahir, ayah saya, yang saat itu sering bepergian ke Singapura ke National University Hospital (NUH), yaitu salah satu rumah sakit (RS) pemerintah yang terbaik di Singapura dan RS tempat Ibu Ani Yudhoyono dirawat. Di NUH, Pak Tahir aktif dalam membantu anak-anak dan juga orang Indonesia yang tidak mampu di sana.

Ketika itu, dokter yang sudah sangat akrab dengan Pak Tahir berkata, kenapa tidak membuka RS saja di Indonesia? Ayah saya menjawab karena tidak ada kenalan. Kemudian, dokter kenalan ayah saya itu dengan sangat berbesar hati membantu kami untuk mendirikan RS. Di situlah kami memiliki sebuah kepercayaan diri untuk masuk ke dalam industri kesehatan. Dahulu, ada RS di Tangerang yang mau dijual, akhirnya kita ambil alih dan dengan bantuan NUH kita melakukan renovasi, kita melakukan peremajaan, dan kita juga membangun gedung baru. Dari situlah asal usul daripada Grup Mayapada masuk ke dalam industri kesehatan.

Setelah itu, Pak Tahir pun dari muda dikenal sebagai filantropis. Pak Tahir dari dulu sangat suka membantu. Sebenarnya dulu Pak Tahir sempat masuk kedokteran. Namun, karena saat itu nilainya kurang bagus akhirnya masuk ke jurusan lain. Jadi dari kecil itu Pak Tahir punya keinginan untuk melayani dan membantu. Dan 11 tahun lalu atas kebesaran Tuhan kita bisa masuk industri kesehatan. Dan dalam 11 tahun terakhir ini pun kami belajar banyak untuk bagaimana memberikan layanan yang terbaik kepada pasien. Kemudian, 6 tahun yang lalu kami berhasil membangun RS yang kedua di Lebak Bulus, dan tahun lalu kami mengakuisisi RS yang ketiga lokasinya di Bogor.

Saat ini, Mayapada Hospital sudah ada 3, dan targetnya kami akan membangun 4 RS baru dalam 2 tahun ini. Jadi kita akan bangun di Kuningan, Jakarta dengan target awal tahun depan. Kita juga akan membangun 2 RS di Surabaya, dan 1 RS di Bandung. Jadi Mayapada Hospital akan ada 7 RS dalam 2 tahun ke depan.

Apa yang membuat Pak Jonathan beralih dari perbankan ke kesehatan?
Saya melihat di Bank Mayapada sudah ada kakak saya yang mengurus. Lalu, saya melihat RS ini belum ada yang memperhatikannya secara khusus. Kala itu juga kami sedang ada perubahan struktur manajemen Mayapada Group. Saya juga melihat bahwa Mayapada Hospital memiliki potensi untuk menjadi salah satu pemain di Indonesia. Di perbankan, jujur saja sulit untuk bersaing dengan BCA, Bank Mandiri, itu sulit.

Dengan adanya grup yang sudah berdiri ini, saya pikir Mayapada Hospital berpotensi menjadi pemain terbaik di Indonesia. Saya pun berpikir ingin lebih banyak spend time di RS untuk mencapai tujuan kami menjadi salah satu RS terbaik di Indonesia. Dengan kami akan membangun jaringan 7 RS ini, saya melihat Mayapada Hospital dapat menetap di posisi yang baik di Indonesia.

Indonesia itu memiliki potensi yang besar untuk industri RS. Kalau melihat suatu negara yang maju itu pasti memiliki health investmen yang besar. Indonesia ini masih sangat minim dalam health investmen. Karena negara kita masih negara berkembang, jadi otomatis kesehatan masih belum masuk dalam prioritas kehidupan seseorang. Tapi di dalam negara yang sudah maju, pasti masyarakatnya lebih memprioritaskan kesehatan.

Indonesia nantinya akan mengalami transisi, dari generasi muda kita yang populasinya sangat besar, one day mereka akan tua juga. Jadi inilah potensinya, dimana kebutuhan kesehatan itu nantinya akan semakin besar. Juga, penyakit itu tidak pernah punah, pasti selalu ada. Kemudian, virus dan bakteri itu rentan muncul. Jadi saya pikir kebutuhan industri kesehatan ini masih sangat besar. Saya pikir pun dengan kita punya masyarakat yang sehat maka akan membantu negara kita juga. Langkah ini pun saya anggap sebagai service juga dari kami terhadap negara untuk memastikan bahwa kita memiliki penduduk yg sehat.

Bagaimana dengan rencana pengembangan klinik Mayapada?
Klinik itu sekarang kita ada 3, dan kita sedang mengembangkan lagi dengan business plan yang baru. Jadi kita melihat saat ini banyak sekali klinik yang menawarkan BPJS. Tentu kami juga, tapi bagaimana kami bisa berbeda dengan klinik-klinik lainnya. Nantinya kita akan menentukan apakah mau membuka klinik khsus radiology, atau klinik kecantikan. Jadi kita akan explore dan nantinya menemukan cara untuk memadukan. Tiga klinik kami lokasinya di Sudirman, satu gedung dengan Mayapada Tower, di Central Park, dan di Tangerang City.

Perkembangan bisnis Mayapada Hospital sudah 11 tahun ini bagaimana?
Perkembangannya itu saya lihat di tahun-tahun pertama itu agak susah, karena ini sebuah industri yang masih sangat baru untuk kita. Jadi yang pertama itu kan kita sistemnya peremajaan RS, RS lama kita renovasi dan juga bangun gedung baru. Tapi untuk membangun RS kedua itu kita bangun dari lahan kosong. Jadi kami melihat ini sebagai dua learning experience yang sangat-sangat berbeda. Jadi saya lihat mungkin dalam 5-6 tahun pertama kita belajar bagaimana caranya kita melayani dengan baik dan kita sangat beruntung dibantu oleh NUH dalam perencanaan dan pengembangannya Mayada Hospital. Tapi dalam 2-3 tahun ini saya lihat kita itu sangat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Satu adalah kita sudah lebih mengerti, dan kedua itu kita lihat RS itu tergantung kepada kepercayaan. Dan kepercayaan itu bukan hal yang bisa gain over night.

Untuk orang mempercayai sesuatu itu butuh waktu dan butuh juga pengalaman, atau juga butuh reference poin. Perlu referensi dari kenalan mengenai Mayapada. Dengan adanya referensi dari orang yang dikenal, maka orang tersebut akan percaya untuk berobat di Mayapada. Bedanya, bisnis RS ini tidak bisa iklan. Kami tidak bisa iklan di suatu media misalnya dan menuliskan operasi jantung diskon 50%, itu malah tidak ada yang mau datang. Jadi kita harus melakukan pendekatan secara halus, karena ini masalah kepercayaan.

Tidak bisa kita bicara frontal, setiap hari pasang advertisement di media itu tidak bisa. Jadi gayanya sangat beda. Jadi di awal karir kami yang masih menumbuhkan kepercayaan, saya melihat ini agak lambat, karena orang masih mencoba mengenal siapa itu Mayapada. Orang kalau tanya Mayapada kenalnya bank atau apa. Jadi untuk mereka bisa memiliki konsep dan mengenal RS Mayapada itu butuh waktu. Itu saya nggak deny bahwa itu membutuhkan waktu. Jadi in the beginning it was quiet hard, tapi saya sekarang melihat sudah lebih familiar masyarakat dengan RS Mayapada. Jadi the last few years ini sangat banyak membantu kita dalam pertumbuhan juga, dan itu sudah terefleksi dalam pertumbuhan kami.

Mayapada mau menambah RS baru apakah ingin menambah spesialis-spesialis juga?
Pasti ada, tapi ini tergantung juga dengan lokasi. Misalnya, kita mau buka di Surabaya, kita lihat Surabaya itu kebutuhannya apa, dan otomatis satu adalah kebutuhan demandnya, kedua adalah supplynya. Dokter yang mana yang kita bisa rekrut yang bagus. Otomatis kita harus mencari perjodohan dari dua kebutuhan tersebut. Jadi dari rumah sakit itu tergantung ada perbedaannya, walaupun kita general hospital tetap kita harus ada specialitynya, kita terkenalnya karena apa, otomatis kita ada target.

Misalnya di kuningan ini kita ada target sebagai RS yang fokus kepada Ibu dan Anak. Karena saya lihat di daerah pusat ini masih belum ada sebuah RS yang fokus kepada ibu dan anak. Lebak bulus itu kita itu terkenal atas onkology, perawatan kanker, kita akan launch radiotherapy. Radiotherapy adalah pengobatan kanker berbasis nuklir, jadi radiotherapy. Kan ada kemotherapy, ini ada radiotherapy. Jadi ini alatnya ini bisa menargetkan sel-sel khusus dalam pengobatan. Jadi ini mungkin di Indonesia alat-alatnya baru sangat sedikit dan kebanyakan adanya di RS pemerintah. Jadi kita salah satu RS swasta untuk mendapatkan alat ini.

Apakah Mayapada Hospital punya partner rumah sakit dengan negara lain?

Kita ngomong partner rumah sakit itu mungkin kita lihat dari definisi rumah sakit, tapi selama ini kita sudah mendapatkan banyak bantuan dari Spore, RS spore. Satu adalah NUH, dan Changi General Hospital.

Mayapada Group itu tidak pernah terlibat dalam proyek-proyek pemerintah, apa mungkin ke depannya ada langkah untuk berkecimpung dengan proyek pemerintah atau independen saja?

Mungkin saya melihat bahwa, di dalam bisnis kita belajar never say no. Pasti harus melihat kesempatannya apa. Selama ini memang kita tidak pernah, karena kan kita juga tidak bergerak dalam bidang itu, kita kan bergerak di media, perbankan, properti, RS, jadi biasa interaksinya dengan pemerintah itu tidak banyak. Jadi sementara ini kita sangat minim dalam seperti itu. Paling kalau perbankan kan berhubungannya dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), paling hanya seperti itu. Tapi dalam bisnis ya prinsipnya ya never say no. Jadi kita tidak menolak juga, tapi memang sekarang ini kita tidak ada.

Hide Ads