![]() |
Pak dua pekan lalu kami sempat berbincang dengan dubes Indonesia untuk Rusia. Dia cerita bahwa ada potensi penumpang buat Garuda yang cukup besar. Jumlah turis 160.000 per tahun dari Rusia. Kita tidak ada penerbangan langsung, ini dimanfaatkan betul oleh Thailand atau maskapai asing lain. Garuda sebetulnya sudah lakukan penjajakan 3 kali tapi belum terealisasi ini sampai juga tidak ke Anda info ini dan tindak lanjut ke depan bagaimana?
Pak Dubes komunikasi dengan saya, dan juga beberapa dubes yang lain melakukan komunikasi. Saya kebetulan beruntung karena keluarga Deplu jadi saya komunikasi dengan bu Menteri juga mengenai beberapa inisiatif dan permintaan dari para dubes tersebut.
Jadi secara komersial kita ini memang melakukan beberapa penelitian dan sampai sekarang belum. Dan yang jadi beberapa masalah di beberapa kota seperti Moskow, Frankfurt, Paris. Angka marketnya memang menarik. Tapi memang tim kemudian melakukan analisa yang menyimpulkan bahwa analisa ini ya betul memang sebanyak ini marketnya. Tapi kalau dipaksakan kita akan babak belur dari sisi bisnis. Kami lagi investigasi lanjutan yaitu apa? 100.000 komposisinya 100, 200,300 ribu mungkin. Bagaimana komposisi mereka berperjalanan. Tampaknya kita menemukan kota-kota atau daerah tertentu ke Indonesia itu memiliki sebuah tendensi yang sifatnya seasonal.
Begini, ketika musim dingin di sana mereka mau keluar. Ketika musim panas, yang keluar sedikit. Karena mereka masuk ke daerah tropis. Kedua, target mereka Bali. Banyak sekali yang fokus ke Bali. Kalau anda ke Bali banyak restoran berbahasa Rusia. Kita juga tahu persis, saya juga dulu ketika ke Bali banyak ada bahasa Rusia, ya mulai banyak ya turis rusia. Tapi temuan kita sementara sifatnya seasonal. Akan ramai saat di sana musim dingin, dan di sana panas di sini sepi.
Kita juga mesti cari tahu juga, ketika musim dingin di sana orang ke Denpasar. Apakah orang Indonesia mau ke sana? Baiknya teman-teman dubes ini melihat cuma imbau ke Indonesia. Sementara kalau mau inbound kita mesti pergi ke sana juga. Kita harus pastikan pesawat ke sana ada isinya. Nah yang jadi masalah buat kita hari ini soal pembukaan rute baru itu adalah analisa internal tetapi juga seberapa besar kita dapat support dari dubes, dari Kementerian Pariwisata.
Ini yang sedang kami bicarakan dengan pak Wisnutama kita lihat supportnya. Jadi ketika kita buka rute tertentu. Kemenpar juga bantu kita untuk promosikan jadi saya sangat mengerti pak Dubes ini gregetan. Tapi memang memutuskan buka jalur ke satu tempat ini tidak gampang. Kita nggak mau masuk lalu keluar, ngga tahu case nya London. Kita buka di sana kita kurangi, keluar dan buka lagi. Amsterdam gimana berubah tadinya langsung sekarang, Jakarta, Denpasar, Medan Amsterdam.
Saya bilang ke Bu menteri, saya agak lambat. Kita mau agak solid dan jangan terkesan bercanda. Kalau ada permintaan dan kita tidak selesai. Ini jadi reputasinya tidak bagus.
Beberapa kota di Eropa, kita sekarang menawarkan interline. Artinya orang dari Barcelona, Spanyol dia bisa ke Jakarta Denpasar lewat Amsterdam. Jadi orang bisa pesan tiket lewat website kita ke manapun ke Jakarta. Nanti ada urutan tertentu, misal dari Amsterdam direct Jakarta, dari situ bisa diatur lagi ke Labuan Bajo atau ke mana. Ini lagi disarankan.
Memang ada sedikit kehilangan rasa kebanggaan dan kenasionalisme karena tidak ada pesawat parkir gitu kan. Itu tanyanya kita ini mau mendahulukan yang mana. Saya sih mau balance dua-duanya. Kalau memang banyak saya highly consider untuk bisa buka.
Mungkin juga kita harus siapkan supaya tidak cuma Bali aja ya khususnya yang dari Rusia itu ya, kota lain dipromosikan?
Betul sekali, mereka cuma tau Bali daripada Indonesia. Tugas utama kerja keras kita ramai-ramai.
Ada perkembangan menarik terkait haji. Kementerian di Saudi minta Kementerian Agama Indonesia untuk menahan diri untuk bicarakan soal haji. Padahal waktunya mepet sudah Juni - Juli ya. Dari Garuda sendiri seperti apa?
Ya kita sudah tanda tangan dengan Kemenag, soal kerja sama haji seperti biasa. Dengan angka, harga dan terms and conditions. Memang corona ini kita jadi aware gitu. Cuma kita jadi sampaikan ke Kemenag. At the end of the day kita harus bersiap. Saya yang paling khawatir adalah ketika, misalnya diputuskan dibuka, terus kemudian semua pihak tidak siap. Karena penting buat kami di Garuda hari ini adalah memastikan jemaah haji yang terbang dengan Garuda itu terlayani dengan baik.
Itu komitmen kita, nah untuk itu kita mesti banyak persiapan. Memang kami dengar ada keinginan pembenahan diri. Saya tidak masalah tahan diri, tapi jangan tahan dirinya dibuka last minutes. Kalau itu terjadi kita repot juga. Saya paling khawatir, kita ngga bisa deliver apa yang kita komit.
Kita lagi diskusi, kalau saya selalu siapkan sampaikan mari kita lakukan yang komit. Tapi prepare for can be. Tolong sampaikan ke semua pihak yang kita akan terima. KIta akan lakukan proses misalnya merekrut tenaga tenaga yang harus mengoperasikan ini. Merekrut khusus awak kabin. Kan kita tidak bisa switch nggak bisa kirim yang tidak ada keahlian khusus untuk jemaah haji.
Meskipun rutin?
Iya meskipun sudah rutin. Jadi ya situasinya memang tidak menguntungkan semua pihak hari ini. Tapi saya harap mudah-mudahan dalam waktu tidak lama ada indikasi positif. Sehingga kita tidak terlalu berlama-lama terjebak dalam situasi wabah ini untuk saya masalah terbesar wabah ini bukan virusnya tapi ketakutannya. Panik mode nya ini yang membuat semua orang bisa takut.
Yang kedua, saya selalu khawatir bahwa ini jadi panggung buat sekelompok orang tertentu menjadikan ini panggung tanpa memikirkan implikasi yang lebih besar.
Saya lihat rekam jejak Anda lebih banyak di telekomunikasi dan ke tambang juga. Kemudian ketika diajak Erick untuk ditawarkan urus penerbangan apa kira-kira yang terbesit. Apa yang membuat Anda bersedia untuk menerima tantangan ini?
Ya memang banyak yang tanya juga, ini bukan industri yang dikuasai. Tapi saya katakan saya punya rekam jejak atau perjalanan karir mungkin menguntungkan karena pindah industri dan pindah environment. Saya pernah di perusahaan multinasional, swasta, BUMN. Saya pernah di industri telekomunikasi, di IT dan di tambang dan maupun kontraktor tambang. Nah pengalaman ini cukup buat saya cukup percaya diri, untuk memegang industri baru. Yang menurut saya, kita nggak perlu tahu terlalu detail, pasti di perusahaan itu banyak yang lebih jago. Tapi penting memahami fundamental dari industri tersebut.
Sebenarnya apa sih yang kita jual bagaimana kita bisa berkompetisi. Itu modal saya dan saya pernah jadi Presiden di umur 38 tahun sekarang 55. Sekarang niat saya masuk di company selalu mempelajari, membereskan yang belum beres, meneruskan yang sudah bagus dan penting berteman. Itu-itu perjalanan yang menarik buat saya. Ketika pak Erick tawarkan ini saya agak terhenyak juga kan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi kayaknya pak Menteri minta tolong buat saya nggak pantes untuk menolak. Ya kita ambil ini sebagai sebuah amanah, melakukan yang terbaik, habis itu biarkan pemegang saham memutuskan apakah orang ini pantas untuk diteruskan atau pantas diganti dan kalau anda juga pengalaman saya kalau ada orang tidak puas ya no hard feeling juga. Kan kita berusaha sebaik mungkin dan ajak orang ke arah yang lebih baik.
Ada semacam tarik ulur nggak, ketika tawaran datang. Lalu Erick datang lagi, atau komunikasi pertama langsung?
Ya komunikasi pertama ya memang diminta saya membantu Kementerian BUMN beliau dan segala macam. Beliau katakan saya baca referensi tentang bapak positif semua. Itu sebuah kehormatan saya hanya bilang gitu dan saya bersedia. Lalu muncul nama Garuda. Walaupun di samping saya banyak yang berbisik, kalau ngga keluar langsung dari pak Erick. Kita mulai bicara beberapa hal, organisasi apa yang diinginkan dan sebagainya.
Tarik ulur enggak. Saya tidak berasal dari posisi tarik ulur. Saya coba menawar itu, kalau pemerintah republik Indonesia lewat Kementerian BUMN meminta menawarkan buat saya nggak patutlah ditolak.
Anda punya latar belakang pengalaman di telekomunikasi di tambang. Langsung ke Garuda atau ada tawaran lain?
Ada tawaran lain ya tapi tidak pernah spesifik langsung jadi bicara bicara yang lain yang mungkin lebih dekat ke saya. Walaupun awalnya saya sebenarnya berharap bahwa. Umur saya sudah 55 i think its time for me. Ada kesempatan untuk yang muda, energik untuk memimpin. Waktu itu saya bilang nggak salah nih pak, saya kan udah uzur. Ya saya tau diri, karena profesional seperti saya dengan banyak pengalaman selalu merasa lebih jago, memang seperti itu.
Persoalannya matching dengan kekinian bisa nggak, karena challenge dunia berubah terus. Untungnya saya di dunia IT yang betul-betul dulu waktu di Cisco saya menggunakan internet yang termasuk orang yang pentingnya menggunakan internet. Saya orang pertama yang katakan Facebook menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Saya itu sekarang semua main sosial media, ya saya pernah partisipasi juga lah dikit-dikit apalagi ketika sosial media dipakai dalam tools untuk perusahaan.
Dulu waktu saya di Cisco medsos itu dianggap bermain. Hari ini kita lihat semua orang fokus ke situ. Jadi tidak pernah ada diskusi yang lain secara formal yang ada.
Bahwa Irfan bukan sosok pemburu jabatan mungkin bisa dilihat dari rekam jejak Anda, paling setahun dua tahun tinggal. Kalau Garuda akan berapa lama?
Begini, saya selalu mengatakan jika masih satu perusahaan. I may not be here for to loong, but i intern to be long enough. Jadi saya kira nggak mau dianggap. Orang kalau lihat cv pasti bilang wah ini kutu loncat.
Ah ini pembosan, ah ini orang yang begitu lihat mulai ada masalah dia tinggal, enggak. Saya dari hari pertama masuk berharap bahwa kontrak saya misalnya setahun dan lima tahun saya jalani sampai selesai. Tapi tidak tahu di perjalanan seperti apa, saya profesional. Ketika ada tawaran yang menarik, kan selalu why not kan.
Salah satu tawaran menarik adalah istirahat, main-main sama cucu gitu kan. Yang kedua, ketika tidak ada level seperti saya ini penting ada kecocokan antara dirut dengan komisaris dan pemegang saham. Nah problem utama saya itu adalah saya ini orang yang tau diri. Ketika saya mulai nggak suka, saya juga nggak mau bikin komisaris dan pemegang saham susah dengan nunggu RUPS buat hentikan saya, silakan langsung chat saya life goes on saja.
Suatu hari nanti 5-10 tahun lalu itu ada manfaat atau anda jadi biang kerok dari persoalan perusahaan. Itu aja sih. Jadi kalau ditanya berapa lama. Ya pengen selamanya tapi faktanya anda lihat nggak mungkin lama. Saya pernah 6,5 tahun kerja di dua perusahaan di Bank Niaga maupun di Cisco.
Erick memberi target apa untuk Garuda dan dari sisi pribadi Anda sendiri bagaimana?
Apa yang pak Erick minta ke saya pas waktu itu. Beberapa gejolak yang tidak terlalu riil, kondisi Garuda, itu menurut saya agak diblow up oleh media secara lengkap. Proper, karena perlakuan satu dua orang itu bukan merepresentasikan semua orang. Nampaknya ada pihak tertentu blowup itu. Sampai ada ranah yang terlalu privat.
Yang saya setuju dengan pak Erick dan saya bagaimana membuat Garuda ini jadi membanggakan masyarakat Indonesia. Bukan saya katakan mereka tidak bangga hari ini, tapi lebih bangga. Orang mau berebutan, maupun harganya mahal naik Garuda. Tapi ini soal merah putih, soal hati nurani gitu. Kalau kenapa nggak naik yang lebih hebat atau segala macam. Kedua, beliau bilang ya beres-beresin lah.
Kalau saya lihat dia sebagai Menteri BUMN, ketika ngomong beres-beres saya tahu ujungnya bagaimana. Menteri BUMN pegang ratusan BUMN belum lagi anak dan cucu. Kan bisa kebayang kalau ada suatu BUMN yang bikin heboh terus di media. Ya ini menteri ketika berhadapan dengan media ditanya PT ini ditanya PT ini, saya bisa bayangkan waktu kasus meledak mungkin berapa hari berapa minggu yang ditanyain itu aja. Padahal ada hal lain yang harus diurus.
Jadi saya beruntung pak Erick kita bisa berkomunikasi langsung dan bisa bicara bebas. Ini tolong dipantau biar ada gunanya. Jangan gitu lah kita kan ada gunanya juga. Bisa ledek-ledekan dan serius juga.
Dari sisi usia lebih muda Erick?
Iya lebih muda, kadang susah juga punya bos yang lebih muda. Tapi dia oke, nggak apa apa nggak masalah juga.
Ada tambahan dari saya corona ini akan membuat semua maskapai sulit kita bisa lihat ke depan atau prediksi banyak orang akan ada berapa banyak maskapai yang bangkrut di dunia.
Seleksi alam?
Kadang itu sadis juga kalau bilang seleksi alam. Siapa sih alam itu ya. Tapi ini menunjukkan level of capability adopting the market dynamic. Tapi kan ini tidak ada yang bisa hentikan.
Yang kedua, buat Garuda is also time buat kita survival. Supaya kita tidak masuk dalam kelompok, kita akan lakukan segala upaya untuk bertahan hidup.
Sejauh ini optimis bisa survive?
Indikator bisnis selalu very challenging. Saya harus akui, tapi saya beruntung kerja di perusahaan ini dengan begitu banyak yang saya dari hari ke hari tidak pernah melihat ada pesimisme. Ada optimisme. Dengan segala macam, alasan sehingga membuat saya pribadi maupun manajemen makin menegaskan ini challenging tapi kita harus tetap semangat dan optimis.
Yang penting juga ini. Supaya bisa lewati proses ini survival mode itu adalah bagaimana kita mempersiapkan. Dan dibalik semuanya ini kita tidak akan marketing untuk jualan, saya ingin menegaskan ke anda ke publik dan ke internal kita bahwa paling penting Garuda memastikan Garuda ini maskapai yang aman. Dalam kondisi apapun, jadi memang ada yang membisiki, bener nih Garuda merekayasa maintenance nya. Saya bilang itu nggak boleh, haram hukumnya karena buat kami penting orang yang naik Garuda merasa aman. Safety first dan any different situation. Kita harus lakukan tindakan agar itu kita tingkatkan dan juga penumpang makin melihat bahwa ya memang safety itu penting.
Problemnya di pasar, banyak orang yang tidak anggap penting safety tersebut. Nggak apa-apa itu bagian kita dari edukasi. Kalau ada apa-apa di dalam pesawat, bukan anda yang jadi masalah kan keluarga anda jadi masalah. Kita ajak safety penting, kalau anda terbang dengan Garuda bahwa ini kita pastikan perusahaan aman dan siap. Dan kita pastikan ini perusahaan yang aman membanggakan. Soal financial ya challenging. Terima kasih.
(kil/ang)